Tinggi Kecambah Jumlah Tunas

15 giberelin dan sitokinin dalam proses perkecambahan. Interaksi giberelin dan sitokinin pada konsentrasi yang tepat mampu menginduksi perkecambahan lebih cepat dibanding perlakuan ZPT tunggal. Hal ini sesuai dengan penelitian Cavusoglu dan Kabar 2007 pada biji gandum dan lobak yang menunjukkan bahwa kombinasi antara giberelin dan sitokinin mampu meningkatkan persentase dan kecepatan perkecambahan.

4.3 Tinggi Kecambah

Tinggi kecambah diukur pada akhir pengamatan 60 HST dengan pengukuran dari pangkal tajuk sampai ujung daun terpanjang. Rata-rata tinggi kecambah dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Rata-rata tinggi kecambah GA 3 Kinetin Rata-rata 0 ppm 4 ppm 8 ppm 12 ppm 0 ppm 2,53 4,60 4,10 6,20 4,35 250 ppm 4,93 2,26 2,46 2,30 2,98 500 ppm 3,96 2,80 2,66 1,60 2,75 Rata-rata 3,80 3,22 3,07 3,36 Berdasarkan uji statistik, pemberian GA 3 , kinetin dan kombinasi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi kecambah biwa Lampiran 5., namun berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kecambah tertinggi dihasilkan perlakuan GA 3 0 ppm + kinetin 12 ppm, yakni 6,20 cm. Hal ini sejalan dengan fungsi utama sitokinin, yakni memicu pembelahan sel. Menurut Gardner 1991, aktivitas sitokinin akan memacu pembelahan dan pembesaran sel-sel embrio pada titik tumbuh pucuk dan akar. Diduga kuat hal ini sangat berpengaruh pada tinggi kecambah. Namun bila giberelin dan sitokinin terdapat dalam konsentrasi yang tinggi, maka aktivitas sitokinin akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Valio dan Schwabe 1987, dalam Leite at al. 2003 bahwa terjadi interaksi negatif antara GA 3 dan sitokinin dalam menginduksi pemanjangan batang. Universitas Sumatera Utara 16

4.4 Jumlah Tunas

Hasil uji statistik menunjukkan pemberian GA 3 , kinetin dan kombinasi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah tunas kecambah biwa Lampitan 6.. Data rata-rata jumlah tunas dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rata-rata jumlah tunas GA 3 Kinetin Rata-rata 0 ppm 4 ppm 8 ppm 12 ppm 0 ppm 3,00 2,33 1,00 3,66 2,49 250 ppm 2,00 3,00 3,00 4,00 3 500 ppm 2,66 3,66 2,33 2,66 2,82 Rata-rata 2,55 2,99 2,11 3,44 Tabel 4.4 menunjukkan perlakuan kombinasi GA 3 250 ppm + kinetin 12 ppm menghasilkan jumlah tunas paling banyak, yakni 4,00 tunas. Hal ini menunjukkan bahwa multiplikasi tunas pada kecambah biwa dipengaruhi oleh efek sinergis giberelin dan sitokinin. Menurut Setiawan dan Wahyudi 2014, giberelin, sitokinin dan auksin saling berhubungan dalam menstimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Giberelin menginduksi aktivasi enzim proteolitik yang melepaskan asam amino triptofan. Asam amino triptofan merupakan prekursor auksin sehingga kadar auksin meningkat. Kadar auksin tertinggi terdapat pada titik-titik tumbuh seperti ujung koleoptil, tunas, titik tumbuh daun dan akar. Perimbangan auksin dan sitokinin yang tepat akan mengaktivasi pembelahan dan pemanjangan sel di tunas dan daun. Pemberian konsentrasi ZPT yang berbeda menghasilkan respon pertumbuhan yang berbeda. Gambar 4.4 menunjukkan adanya perbedaan tinggi tajuk antar kecambah dengan tunas tunggal dan kecambah dengan tunas majemuk. Kecambah dengan tunas tunggal cenderung memiliki tajuk lebih tinggi dan kecambah dengan tunas majemuk memiliki tajuk lebih pendek. Diduga hal ini disebabkan terjadinya dominansi apikal pada kecambah tunas tunggal. Sehingga seluruh ZPT yang tersedia akan dipusatkan untuk pertumbuhan tunas tersebut. Pada tunas majemuk, ZPT tidak akan terkonsentrasi pada satu tunas sehingga konsentrasi ZPT di setiap tunas akan lebih rendah dan menghasilkan tajuk lebih pendek. Universitas Sumatera Utara 17 Gambar 4.4 Perkembangan kecambah biwa setelah 60 HST; A. Kecambah dengan perlakuan tanpa GA 3 ; B. Kecambah dengan perlakuan GA 3 250 ppm; C. Kecambah dengan perlakuan GA 3 500 ppm

4.5 Jumlah Daun