5
Salekjalali et al. 2011. Hassanen dan Gabr 2012 melaporkan multiplikasi tunas pir dengan eksplan potongan batang berhasil dilakukan pada media MS dengan
penambahan 2 mgL BAP dan 0,05 mgL NAA. Eksplan daun stroberi yang diinokulasi pada media MS dengan 1 mgL 2,4-D dan 0,1 mgL BAP menghasilkan
kalus secara optimal dan media MS dengan penambahan 2 mgL BAP dan 0,5 mgL NAA mampu menginduksi tunas secara optimal Ara et al. 2012.
Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain kultur embrio, kultur biji, kultur meristem, kultur suspensi, kultur anter
dan polen, kultur pucuk bunga, kultur ovul, dan kultur protoplas.
Perbanyakan biwa secara in vitro dapat dilakukan melalui kultur meristem Abbasi et al. 2013, anter
Wang Teng, 2014 dan biji. Kultur biji merupakan budidaya secara in vitro dengan eksplan biji pada
media steril dan kaya nutrisi sehingga biji dapat beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap Zulkarnain, 2009. Kultur biji umumnya digunakan
terhadap biji tanaman yang sulit berkecambah secara in vivo seperti pada anggrek. Perbanyakan anggrek secara generatif sering menghadapi kendala pada rendahnya
kemampuan dan lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan ukuran biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm
sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji Bey et al. 2006. Perkecambahan in vitro membantu biji anggrek dalam mensuplai nutrisi sebagai
pengganti endosperm dalam proses pertumbuhan. Selain itu, perkecambahan biji secara in vitro menjadi lebih efektif karena lingkungan yang lebih terkontrol.
2.3 Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh ZPT berupa senyawa organik bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan dapat mempengaruhi proses
fisiologi tumbuhan. Fungsi zat tersebut merangsang pertumbuhan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ Gunawan, 1988.
Sitokinin dapat meningkatkan pembelahan sel pada jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya sitokinin
digunakan untuk menumbuhkan dan menggandakan tunas aksilar atau
merangsang tumbuhnya tunas-tunas adventif Yusnita, 2003. Apabila ketersediaan sitokinin di dalam media kultur sangat terbatas maka pembelahan sel
Universitas Sumatera Utara
6
pada jaringan yang dikulturkan akan terhambat. Namun bila jaringan tersebut disubkulturkan pada media dengan kandungan sitokinin yang memadai maka
pembelahan sel akan berlangsung dengan baik George Sherrington, 1984 dalam Zulkarnain, 2009. Sitokinin yang paling banyak digunakan adalah zeatin,
BA, isopentenyl adenosine IPA dan kinetin Santoso Fatimah, 2004. Kinetin merupakan kelompok sitokinin yang secara alami tidak terdapat pada tumbuhan
namun mampu memacu pembelahan sel dan pemulihan luka pada umbi kentang Zulkarnain, 2009.
Giberelin GA telah banyak ditemukan dalam berbagai bentuk dengan berbagai variasi aktivitas biologinya. Terdapat 2-3 GA saja yang dapat dikatakan
komersil salah satunya Giberelin acid GA
3
. Dari tanaman telah dijumpai ±72 jenis GA. Giberelin ada yang dikelompokan menjadi 2, yaitu : GA dengan jumlah
karbon 19, merupakan kelompok yang paling aktif dan GA dengan jumlah karbon 20. GA sintetik yang paling banyak dipasaran dalah GA
3
disusul GA
4
, GA
7
dan GA
9
yang semuanya termasuk dalam kelompok berkarbon 19 Santoso dan Fatimah, 2004.
Giberelin jarang digunakan dalam teknik kultur jaringan. Dalam penggunaannya sebagai komponen media kultur, GA
3
tidak dapat disterilisasi menggunakan autoklaf karena sifatnya yang tidak tahan panas. Sehingga harus
ditambahkan ke dalam medium steril dengan menggunakan filter milipore. Secara umum, peran asam giberelin di dalam tanaman adalah meningkatkan
perkecambahan biji dan menginduksi pemanjangan ruas Zulkarnain, 2009. Struktur kinetin dan GA
3
dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Struktur kinetin Amasino, 2005 kiri dan GA
3
Hedden Thomas, 2012 kanan
Universitas Sumatera Utara
7
2.4 Peran Giberelin dan Sitokinin dalam Perkecambahan Biji