77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, yaitu “Apakah Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, Capital
Adequacy Ratio CAR, Financing Deposit to Ratio FDR, dan Dana Pihak Ketiga DPK, berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap
pembiayaan murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010- 2015?” Dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. 2.
Capital Adequacy Ratio CAR secara parsial berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah.
3. Financing to Deposit Ratio FDR secara parsial tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan murabahah. 4.
Dana Pihak Ketiga DPK secara parsial berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.
5. Variabel-Variabel Biaya Operasional Pendapatan Oprasional BOPO,
Capital Adequacy Ratio CAR, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Dana Pihak Ketiga DPK secara simultan berpengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah. 6.
Dari hasil penelitian, besarnya R Square �
2
diperoleh sebesar 0,923. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel
Universitas Sumatera Utara
78 Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, Capital Adequacy
Ratio CAR, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap pembiayaan murabahah adalah sebesar 92,3
sedangkan sisanya 7,7 dipengaruhi oleh faktor - faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, seperti inflasi, NPF, NIM, DER, ROE dan
lain-lain.
5.2. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya, agar menambah variabel independen yang lebih banyak, seperti inflasi, NPF, NIM, DER, ROE dan lain-lain. agar
hasil yang didapatkan lebih valid
dan akurat.
Periode pengamatan hendaknya diperpanjang sehingga bisa menunjukkan kondisi dalam jangka panjang.
Objeksampel penelitian hendaknya diperluas sehingga dapat meningkatkan
generalisasi hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Pertukaran dan Percampuran
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, kontrak akad dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Natural Certainty Contracts
b. Natural Uncertainty Contracts
Natural Certainty Contracts adalah kontrakakad dalam bisnis memberikan kepastian pembayaran,baik dari segi jumlah
amount maupun waktunya. Cashflow nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua pihak yang
bertransaksi di awal akad. Kontrak-kontrak ini secara sunnatullah menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya fixed and
predetermined. Objek pertukarannya baik barang maupun jasa pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti, baik jumlahnya,
mutunya, harganya, dan waktu penyerahannya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak jual-beli, upah-mengupah, sewa-
menyewa, dan lain-lain. Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mempertukarkan asetnya baik real assets maupun Financial assets. Jadi masing-masing pihak tetap berdiri sendiri, sehingga tidak ada
pertanggungan resiko bersama. Juga tidak ada percampuran
Universitas Sumatera Utara
13 antara aset si A dan si B. Yang ada, misalnya adalah si A
memberikan barang ke si B, kemudian sebagai gantinya B menyerahkan uang kepada si A. disini barang ditukarkan dengan
uang, sehingga terjadilah kontrak jual-beli. Kontrak-kontrak Natural Certainty ini dapat diterangkan dengan sebuah teori umum yang
dinamakan teori pertukaran the theory of exchange. Di pihak lain Natural Uncertainty Contracts adalah kontrak
akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan return, baik dari segim jumlah amount maupun waktu-nya
timing. Tingkat return bisa positif, negatif, atau nol. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi.m
Kontrak-kontrak investasi ini secara “sunnatullah” by their nature tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak
fixed and predetermined. Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya baik real asset maupun financial assetmenjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko
bersam-sama untuk mendapatkan keuntungan. Disini, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Natural Uncertainty Contracts
dapat diterangkan pula dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori percampuran the theory of venture.
Mengapa perlu membahas terlebih dulu teori pertukaran dan teori percampuran dalam islam sebelum membahas perbankan
Universitas Sumatera Utara
14 syariah? jawabnya karena perbankan syariah bukanlah financial
sector based banking sebagaimana perbankan konvensional. Sebaliknya, perbankan syariah adalah real sector based banking.
Transaksi di sektor riil melibatkan ‘ayn dan ‘dayn, sehingga teori – pertukaran merupakan pilar penting.
Dengan semakin kompleksnya transaksi perbankan, maka diperlukan keahlian untuk mendesain akad sesuai syariah.
dilakukannya seluruh fungsi perbankan oleh satu institusi mengakibatkan diperlukan beberapa akad fiqih untuk satu transaksi
perbankan modern. Keadaannya tentu saja berlainan ketika salah satu fungsi perbankan dilakukan oleh seorang individu seperti zaman
Rasullullah SAW, sehingga hanya diperlukan satu akad fiqih untuk satu transaksi
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah diketegorikan sebagai Lembaga Keuangan Bank. Bank syariah dapat berbentuk bank Umum Syariah BUS maupun
Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS. Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Indonesia,
dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Ismail 2011:32 menyatakan bahwa bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan dalam
kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar
Universitas Sumatera Utara
15 bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah
ataupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akan dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian akad yang terdapat
di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam.
Antonio 1997:1 Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang
operasionalnya mengikuti ketentuan syariah khususnya menyangkut tata cara ber muamalat secara Islam.
Ascarya 2007:30 Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil
melalui aktivitas kegiatan usaha jual-beli, investasi dan lainnya berdasarkan prinsip syariah yaitu aturan perjanjian antara hukum
islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro. Adapun nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah,
sistem zakat, bebas dari bunga riba, bebas dari kegiatan spekulatif dan yang non produktif seperti perjudian maysir, bebas dari hal-hal
yang tidak jelas dan merugikan gharar, bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah bathil dan penggunaan uang sebagai alat tukar.
Sementara itu nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, yaitu shiddiq, amanah, tablig dan fatanah.
2.2.2. Fungsi Utama Bank Syariah
Ismail 2011:39 menyatakan bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan pelayanan
dalam bentuk jasa perbankan syariah.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.3. Ciri-Ciri bank Syariah
Sudarsono 2003:41 menyatakan Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank
syariah adalah : a.
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang
besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut
hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.
b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat pada sisi utang mesipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Di dalam kontral-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang
mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan
oleh penyimpan dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
e. Dewan pengawas syariah DPS bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar
muamalah Islam.
f. Fungsi kelembagaan syariah selain menjembatani antara pihak
pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya
berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana
diambil pemiliknya.
2.2.4. Perbedaan Sistem Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem
operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan syariah Islam. Dalam
Universitas Sumatera Utara
17 menentukan imbalan, baik imbalan yang diberikan maupun diterima,
bank syariah tidak menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan. Berikut adalah beberapa perbedaan antara bank
syariah dan bank konvensional antara lain:
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bank Syariah dan Bank Konvensional
No. Bank Syariah
Bank Konvensional 1
Investasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta
menguntungkan Investasi tidak mempertimbang-kan
halal atau haram, asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan
2 Return yang dibayar danatau
diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan
prinsip syariah Return baik yang dibayar kepada
nasabah penyimpanan dana dan return yang diterima nasabah
pengguna dana berupa bunga
3 Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah Islam Perjanjian menggunakan hukum
positif 4
Orientasi pembiayaan tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat
Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan
5 Hubungan antara bank dan nasabah
adalah mitra Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditor dan debitur 6
Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, dan Komisaris 7
Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara musyawarah
antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat
Sumber: Perbankan Syariah 2011; Drs.Ismail MBA, Ak Karakteristik utama bank syariah adalah ketiadaan bunga
sebagai representasi dari riba yang diharamkan. Karakteristik inilah yang menjadikan perbankan syariah lebih unggul beberapa hal
termasuk pada sistem operasional yang dijalankan. Berikut dijelaskan perbedaan antara bunga dan bagi hasil
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.2 Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
No. Bunga
Bagi Hasil 1
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus
selalu untung Penentuan besarnya resiko atau
nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
2 Besarnya persentase berdasar-kan
pada jumlah uang modal yang dipinjamkan
Besarnya rasio bagi hasil berda- sarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh 3
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimba-
ngan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi Bagi hasil tergantung pada
keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
4 Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming” Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
5 Eksistensi bunga diragukan oleh
semua agama Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil
Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktik 2001; M. Syafi’i Antonio
2.2.5. Jenis dan Kegiatan Bank Syariah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan
maupun transaksi perbankan lainnya. Transaksi yang dapat ditawarkan oleh bank berbeda antara satu sama lainnya. Beberapa
bank syariah menawarkan semua produk perbankan, sebagian bank syariah hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya. Produk
dan jasa bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung jenis bank nya. Jenis bank syariah ditinjau dari segi
fungsinya yaitu;
Universitas Sumatera Utara
19 2.2.5.1.Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah BUS adalah bank yang dalam aktivitasnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip syariah dan melaksanakan kegiatan lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam
yang dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan. BUS
disebut juga dengan full branch, karena tidak dibawah koordinasi bank konvensional, sehingga aktivitasnya terpisah
dari bank konvensional. BUS dapat dimiliki oleh bank konvensional, akan tetapi akitivitas dan pelaporannya
terpisah dengan induk banknya. BUS memiliki akta pendirian terpisah dari induknya, Sehingga setiap laporan yang
diterbitkan oleh bank syariah akan terpisah dengan induknya. Kegiatan BUS secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
fungsi utama yaitu; penghimpunan dana pihak ketiga atau masyarakat, penyaluran dana kepada pihak yang
membutuhkan, dan pelayanan jasa bank. 2.2.5.2.Unit Usaha Syariah
Unit usaha syariah UUS merupakan unit usaha yang dibentuk oleh bank konvensional, akan tetapi dalam
aktivitasnya menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah, serta melaksanakan kegiatan lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
20 pembayaran. Aktivitas UUS sama seperti BUS, yaitu
penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa perbankan lainnya. UUS adalah unit kerja dari kantor pusat
bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah UU perbankan No.21 Tahun 2008.
UUS tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih menjadi bagian dari induknya yang pada umumnya bank
konvensional. Unit usaha syariah tidak memiliki kantor pusat, karena merupakan bagian atau unit tertentu dalam struktur
organisasi bank konvensional. Namun demikian, transaksi UUS tetap dipisahkan dengan transaksi yang terjadi di bank
konvensional. UUS memberikan laporan terpisah atas aktivitas operasionalnya, meskipun pada akhirnya dilakukan
konsolidasi oleh induknya. UUS tidak memiliki akta pendirian secara terpisah dari induknya bank konvensional,
akan tetapi merupakan divisi tersendiri yang khusus melakukan transaksi perbankan sesuai syariah islam.
Beberapa contoh UUS antara lain, Bank Danamon Syariah,
Universitas Sumatera Utara
21 BII Syariah, CIMB Niaga Syariah, dan Bank Permata
Syariah. 2.2.5.3.Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS tidak melaksanakan
transaksi lalu lintas pembayaran atau transaksi dalam lalu lintas giral. Fungsi BPRS pada umumnya terbatas pada hanya
penghimpunan dana dan penyaluran dana.
2.2.6. Prinsip-Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa prinsip yaitu : Salman
2012:76 1
Prinsip Simpanan Al-Wadiah Dalam prinsip simpanan ini dikenal dengan istilah Al-Wadiah, yang maknanya adalah
perjanjian antara pemilik barang termasuk uang, dimana pihak penyimpan bersedia menyimpan dan menjaga
keselamatan barang yang dititipkan kepadanya.
2 Prinsip Bagi HasilInvestasi
a Al-Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara dua
pihak atau lebih pemilik modal uang atau barang untuk membiayai suatu usaha.
b Al-Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik modal
uang atau barang dengan pengusaha. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu
proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola
Universitas Sumatera Utara
22 proyek tersebut dengan pembagian bagi hasil sesuai dengan
perjanjian. c
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap dimana pemilik lahan
memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
persentase hasil panen.
d Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari
muzara’ah dimana si penggarap lahan hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
3 Prinsip Jual Beli, yaitu hak proses pemindahan hak milik
barang atau asset dengan menggunakan uang sebagai media. Macam-macam dari prinsip jual beli ini adalah :
a
Al-Musawamah adalah jual beli biasa dimana penjual memasang harga tanpa memberitahu si pembeli tentang
berapa margin keuntungan yang diambilnya.
b Al-Tauliah adalah menjual dengan harga beli tanpa
mengambil keuntungan sedikitpun, seolah si penjual dijadikan pembeli sebagai walinya atas barang atau asset.
c Al-Murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
d Al-Salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan
terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.
e Al-Istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas
penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
4 Prinsip Sewa
a Al-Ijarah adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
b Al-Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah transaksi sewa
menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakannya
dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi Ijarah,
transaksi Ijarah Muntahiya Bittamlik memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki barng yang disewa.
5 Prinsip Jasa
a Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang
muwakkil kepada yang lain wakil dalam hal-hal yang diwakilkan.
Universitas Sumatera Utara
23 b
Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kafil kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung makfuul ‘anhu ‘ashil.
c Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang
berutang muhil kepada orang lain yang menanggungnya muhal’alaih.
d Al-Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi
jual beli mata uang, baik antarmata uang sejenis maupun antarmata uang berlainan jenis.
2.3. PembiayaanAkad Murabahah
2.3.1. Pengertian Murabahah
Al-Murabahah berasal dari kata arab, yaitu Al-Ribh keuntungan. Al-Murabahah dibentuk dengan wazan pola
pembentukan kata mufa’alat yang mengandung arti saling. Oleh karenanya secara terminologi, diartikan dan didefinisikan dengan
reaksi yang variatif. Ahmad Al-Syaisy Al Qaffal mengatakan, Al- Murabahah adalah tambahan terhadap modal. Bagi Al-Sayid Sabiq
murabahah adalah penjualan barang seharga pembelian disertai dengan keuntungan yang diberikan oleh pembeli artinya ada
tambahan harga dari harga nilai beli. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual
sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli. PSAK 102 Paragraf 5 dalam buku Salman 2012:141. Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi murabahah
tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh kredit, melainkan
Universitas Sumatera Utara
24 dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang,
ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari.
UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “akad murabahah”
adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Definisi lain dari murabahah menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan
Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia adalah murabahah merupakan jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Selanjutnya, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
juga mendefinisikan akad murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. Pembiayaan murabahah adalah istilah untuk :
1 Akad atau perjanjian jual beli antara bank dengan supplier
untuk barang yang dipesan oleh nasabah. 2
Akad atau perjanjian antara bank dengan nasabah dengan menjual barang yang telah dimiliki bank kepada nasabah.
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang
Universitas Sumatera Utara
25 disepakati oleh penjual dan pembeli Sri Nurhayati Wasilah,
2008. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya.
Berikut ini pendapat para ulama dalam buku Karim 2004:114 :
1 Maliki, membolehkan biaya-biaya yang langsung terkait
dengan transkasi jual beli itu dan biaya-biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan
nilai tambah pada barang itu.
2 Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya secara umum
timbul dalam suatu transaksi jual beli, namum mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang memang semestinya
dikerjakan oleh si penjual.
3 Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung maupun
tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya- biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan
menambah nilai barang yang dijual.
4 Syafi’i membolehkan membebankan biaya-biaya yang secara
umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam
keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai barang tidak boleh dimasukkan dalam komponen biaya.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat para ulama mazhab membolehkan pembebanan biaya langsung
yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang
berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung berkaitan dengan
hal-hal yang berguna.
Universitas Sumatera Utara
26
2.3.2. Ketentuan Syariah
Berikut akan dijelaskan dari dalil-dalil umum dari Alquran dan Al-hadis mengenai akad murabahah.
1 Alquran
Beberapa dalil dari Alquran adalah sebagai berikut: a
Surat An-Nisa ayat 29 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
b Surat Al-Baqarah ayat 280 yang artinya: “Dan jika orang
yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian
atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
c Surat Al-Maidah ayat 1 yang artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu,
yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya.”
Universitas Sumatera Utara
27 d
Surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya: “Orang-orang yang makan mengambil riba atau dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang
larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” 2
Al-Hadis Beberapa dalil dari Al-hadis adalah sebagai berikut:
a Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan sahih
menurut Ibnu Hibban. b
Rasulullah Saw. bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung
Universitas Sumatera Utara
28 untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.”HR.
Ibnu Majah dari Shuhaib. c
“Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi akan menghapus keberkahannya.” HR. Iman Bukhari.
d “Penundaan pembayaran yang dilakukan oleh orang
mampu adalah suatu bentuk kezaliman.” Diriwayatkan oleh Ash-Shahihain.
e “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya
di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama
ia menolong saudaranya.” HR. Iman Muslim. f
“Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya.”
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurarirah Radhiyallahu’anhu.
2.3.3. Skema Pembiayaan Murabahah
Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya terdapat dua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank
syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli barang
Universitas Sumatera Utara
29 1.Negoisasi dan persyaratan
2.Akad jual beli
6.Bayar
5.terima barang dokumen 3.Beli Barang
4. Kirim barang Sumber: Ismail 2011
Gambar 2.1 Pembiayaan Murabahah
Keterangan: 1.
Bank syariah dan nasabah melakukan negoisasi tentang rencana transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negoisasi
meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang dan harga jual.
2. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah dimana
bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dalam akad ini ditetapkan barang yang menjadi objek dan harga jual barang
3. Atas akad tersebut, bank syariah membeli barang dari supplier
yang sesuai dengan keinginan nasabah yang tertuang di dalam akad.
Bank Syariah Nasabah
Supplier Penjual
Universitas Sumatera Utara
30 4.
Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas permintaan bank syariah
5. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima
dokumen kepemilikan barang tersebut 6.
Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan
oleh nasabah adalah dengan cara angsuran.
2.3.4. Jenis-Jenis Murababah
Salman 2012:145 menyatakan terdapat dua jenis murabahah, antara lain:
1 Murabahah berdasarkan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan
pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Murabahah yang
bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang pesanannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.
Murabahah yang bersifat tidak mengikat yaitu walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka
pembeli dapat menerima ataupun membatalkan barang tersebut.
2 Murabahah tanpa pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak
sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual
2.3.5. Rukun dan Ketentuan Murabahah
Salman 2012:146 adapun rukun dan ketentuan murabahah, yaitu sebagai berikut:
1 Pelaku
Pelaku harus cakap hukum dan balig, sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak
kecil dianggap sah, apabila seizin walinya
Universitas Sumatera Utara
31 2
Objek Jual Beli, harus memenuhi: a.
Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal b.
Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai dan bukan barang-barang yang dilarang
diperjualbelikan
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan
kejadian tertentu di masa depan e.
Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasi oleh pembeli sehingga tidak ada ketidakpastian
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya
dengan jelas, sehingga tidak ada gharar g.
Harga barang tersebut jelas h.
Barang yang diakadkan ada di tangan penjual 3
Ijab Kabul Pernyataan atau ekspresi saling ridharela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2.4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO
BOPO termasuk rasio rentabilitas earnings Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur
dengan menggunakan rasio biaya opeasional terhadap pendapatan opeasional Kuncoro dan Suhardjonono, 2002.
Menurut Dendawijaya 2005 rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
32 Alimilia dan Herdiningtyas, 2005. BOPO dinyatakan dalam rumus
berikut: BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100
2.5. Rasio Kecukupan Modal