32 Alimilia dan Herdiningtyas, 2005. BOPO dinyatakan dalam rumus
berikut: BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100
2.5. Rasio Kecukupan Modal
Rasio Kecukupan Modal merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan
semakin baik posisi modal Achmad dan Kusuno, 2003. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 pasal 2
ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari asset tertimbang menurut risiko ATMR, Rasio Kecukupan Modal adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan,surat berharga,tagihan pada bank
lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank PBI,2008.
Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal Amilia, 2005. Perhitungan Capital Adequacy didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung resiko
Universitas Sumatera Utara
33 harus disediakan jumlah modal sebesra persentase tertentu terhadap jumlah
penanamannya. Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International
Settelements BIS, seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8 dari ATMR Kuncoro dan
Suhardjono, 2002. Rumus Rasio Kecukupan Modal sebagai berikut : CAR = Modal Sendiri
ATMR x 100
2.6. Financing to Deposit Ratio
Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Suatu bank dikatakan liquid apabila bank
tersbut dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dan dapat membayar kembali semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan
kredit yang diajukan tanpa terjadi penagguhan. Oleh karena itu bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan liquitas untuk suatu jangka
waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan liquiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola
bank. Rasio yang sering digunakan untuk menilai tingkat liquiditas adalah Financing to Deposit Ratio FDR. Rasio ini memberikan gambaran
mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit pembiayaan.
Universitas Sumatera Utara
34 Dalam istilah konvensional Loan to Deposit Ratio LDR menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko
apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Secara lebih rinci LDR
dapat dijalaskan sebagai rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. Menurut Mulyono 1995 LDR
merupakan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat diirumuskan sebagai berikut:
FDR = Jumlah Pembiayaan yang disalurkan Total deposit
x 100
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan bank dalam pembiayaan yang disalurkan.
2.7. Dana Pihak Ketiga DPK