Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Model Teoritis Operasional Variabel

7 antar pribadi remaja dengan keluarga diharapkan memiliki konsep diri yang positif. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tetarik untuk meneliti lebih hubungan antara komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga khususnya orang tua dengan pembentukan konsep diri pada siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi. Adapun alasan pemilihan siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi sebagai responden adalah dikarenakan komunikasi yang terjadi lebih bersifat formal karena masih mengatur aliran hirarki dimana otoritas orang tua sangat kuat dan juga masih merupakan darah yang persaingan belum begitu ketat dimana anak tidak dituntut lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan sehingga anak lebih di rumah, ini mengakibatkan anak punya banyak waktu untuk bertemu dengan orang tua dan saudaranya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi yang dilakukan orang tua terhadap pembentukan konsep diri Remaja pada siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi?” 8

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditunjukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah dan tidak meluas sehingga menyulitkan peneliti dalam penelitiannya. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain pada : 1. Peneliti ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hiopotesis. 2. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi karena sekolah ini dianggap memiliki prestasi yang cukup baik. 3. Subjek penelitian peneliti menentukan sampel adalah siswa kelas X, XI, da XII pada segala jurusan 4. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2008 sd Mei 2008.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi antar pribadi yang dilakukan orang tua terhadap pembentukan konsep diri pada siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi. 2. Untuk mengetahui konsep diri positif atau negatif yang terbentuk pada remaja sebagai hasil dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan orang tua. 9 3. Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi yang dilakukan orang tua terhadap pembentukan konsep diri remaja ditinjau dari jenis kelamin, latar belakang pendidikan orang tua, dan usia.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenali komunikasi antar pribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan atau referensi khususnya bagi orang tua, agar mereka mengetahui komunikasi yang tepat yang dilakukan kepada anaknya dalam rangka pembentukan konsep diri sehingga anak memiliki konsep diri yang positif. 3. Untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian di bidang ilmu komunikasi di lingkup FISIP USU.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori menggambarkan dari teori yang mana suatu masalah penelitian berasal atau dengan teori yang mana masalah tersebut dikaitkan Lubis, 2004 : 107. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang 10 menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti. Kerangka teori disusun sebagi landasan berpikir yang menunjukan dari sudut mana masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot Naway, 1991 : 40-41. Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruksi konsep defenisi dan porposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2006 : 6. Mengingat masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah komunikasi antara pribadi. Orang tua dan pembentukan konsep diri remaja, maka peneliti mengemukakan pengetian-pengertian tentang komunikasi, komunikasi antar pribadi, konsep diri, kepribadian, orang tua dan remaja.

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi

Baik disadari ataupun tidak, kehidupan manusia selalu sejalan dengan proses komunikasi. Untuk menyampaikan isi pikirannya, dalam rangka pemenuhan kebutuhannya, dan bahkan dalam kodratnya sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dri komunikasi. Dengan kata lain, besarnya peran komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari aktivitas manusia. Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni comunication yang bersumber dari kata communis yang berasal sama dalam hal ini diartikan sama makna Onong, 1986 : 56. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau terjadi apabila pesan yang disampaikan 11 oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain sebagai sasaran dan jika tidak dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian maka komunikasi itu pun tidak dapat berjalan. Menurut Williem Albig dalam bukunya Public Opinion mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu Communication is the process of transmiting mean full symbols between individuals Siahaan, 1991 : 3. Proses pengaruh mempengaruhi merupakan proses psikologis, dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang mewakili suatu pribadi, dan memberikan suatu peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Dalam proses mempengruhi, remaja akan memperoleh sikap dari pembelajaran dan sikap mereka diubah lewat proses yang sama seperti ketika pembelajaran terjadi, ini merupakan teori pembelajaran dari albert Bandura. Peneliti juga menggunakan teori self disclousre oleh Joseph Luft yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Pembukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut. Pengertian komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang dimana akan terjadi kontak 12 langsung dalam bentuk percakapan komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara tatap muka, bisa juga melalui medium seperti telepon. Ciri khas komunikasi ini adalah sifatnya dua arah timbal balik Onong, 1986 : 48. Lebih lanjut diungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah : “Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses komunikasi yang sering terjadi dalam interaksi manusia. Melalui komunikasi tatap muka, kita dapat melihat langsung reaksi dari lawan bicara kita, apabila dia mau menerima pesan yang kita sampaikan atau tidak. Oleh karena itu komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan Alo Liliweri, 1991 : 12. Menurut Rogers Depari, 1988 : 3 ada beberapa ciri-ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah : 1. Arus pesan yang cenderung dua arah 2. Konteks komunikasi tatap muka 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi 4. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang relatif lambat 6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi harus menghadapi suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya pengaruh sebaliknya interaksi juga tidak ada manfaatnya. Karena interaksi dalam 13 komunikasi antar pribadi mengandalikan suatu perubahan dalam sikap, pendapat dua pikiran, perasaan dan minat maupun tindakan tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi dapat dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan pikiran yang pendapat saja atau diteruskan pada mimik dan perasaan ataukah hanya pada tindakan saja.

1.5.2. Konsep Diri

Berdasarkan pernyataan Cooley 1909:34, bahwa konsep diri seseorang adalah pangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri ini akan terbentuk saat individu tersebut berhubungan dengan orang lain. Bahkan seseorang dapat mengerti dirinya sendiri saat ia berkomunikasi dan beinteraksi dengan orang lain. Konsep Cooley 1909:34 tersebut mengacu kepada gagasan atau pandangan bahwa anak cenderung menginteprestasikan apa yang dipikirkan orang lain mengenai dirinya. Proses penginteprestasian tersebut terjadi melalui rangkaian sebagai berikut : Pertama adanya imajinasi anak mengenai penampilan dan gerak- geraknya di hadapan orang lain. Kedua, adanya imajinasi atau pandangan orang lain terhadap peran yang dilakukan anak. Ketiga, adanya perasaan yang dialami anak sebagaimana yang diimajinasikan orang lain, misalnya perasaan bangga karena menganggap orang lain menilai penampilan anak positif, atau 14 sebaliknya merasa rendah diri karena menganggap orang lain mencemooh dirinya. Konsep diri yang baik dikategorikan sebagai berikut : - Mampu menerima diri sendiri dengan segala keberadaannya - Percaya pada dirinya sendiri - Sikap terbuka dan tidak ragu dalam tingkah lakunya - Mudah diajak maju - Mudah mengembangkan konsep diri yang sehat - Tidak pemalu - Keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang matang Buletin BKKBN, Agustus, 1991 :17

1.5.3. Kepribadian

Dengan keterangan-keterangan yang panjang lebar, seperti yang telah dipaparkan diatas, maka sampailah kita untuk mendapatkan bahan yang memadai untuk dapat merumuskan apa, mengapa dan bagaimana sebenarnya dengan kepribadiannya itu. Kata kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari kata personal yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal ini dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang angkara murka, serakah 15 dan sebagainya sering ditopengkan dengan gambar raksasa, sedang untuk perilaku yang baik, budi luhur, suka menolong, berani berkorban, dan sebagainya ditopengkan dengan seorang kesatria dan sebagainya. Sementara ada pendapat bahwa sebenarnya manusia itu didalam kehidupannya sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu menggunakan tutup muka, maksudnya adalah untuk menutupi kelemahannya atau ciri-cirinya yang khas supaya tindakannya itu dapat diterima oleh masyarakatnya. Di dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, kebanyakan orang hanya akan menunjukkan keadaannya yang baik-baik saja dan untuk itu maka dipakailah topeng, atau pesona itu. Dengan topeng itu kadang-kadang orang akan mendapatkan kedudukan, penghasilan atau prestise yang lebih daripada bila tanpa topeng tersebut. Sekalipun ia terpaksa harus bertindak, berbicara atau berbuat yang bukan saja tidak sesuai dengan dirinya sendiri, melainkan kadang-kadang sama sekali bertentangan dengan hakekat kepribadiannya sendiri.

1.5.4 Orang tua

Konsep dari merupakan hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain Baldwin dan Holmes dalam Calhoun Acocella, 1990. Orang tua merupakan kontak sosial pertama remaja yang paling kuat dalam menghadapi kehidupan masyarakat. Perilaku dan kosep diri anak dipengaruhi 16 oleh konsep diri orang tua mereka. Bealmer. Bussell, Cunnungham, Gideon, Gunderson, dan Livingston 1965, dalam William H.Fits, 1971 mempelajari anak yang berusia 8 sampai 10 tahun dan menemukan hubungan yang signifikan antara konsep diri orang tua dan anak. Dimana salah satu atau kedua orang tua memiliki konsep diri yang sehat dan positif, konsep diri anak cenderung menjadi positif juga. Pencapaian yang tinggi memiliki konsep diri yang lebih positif seperti yang orang tua mereka lakukan daripada pencapaian yang rendah, walaupun mereka tidak ada perbedaan dalam intelegensi. Anak yang konsep diri ayahnya lebih sehat daripada ibu mereka cenderung menjadi penyendiri, sementara anak yang konsep diri ibunya lebih kuat cenderung menjadi lebih kuat cenderung menjadi lebih teliti. Anak yang mendeskripsikan suasana di rumah dan hubungan keluarga yang positif lebih memiliki konsep diri positif dan konsisten dan lebih sedikit kritikan untuk dirinya. Mary Ellen Donovan 1984 : 56 berhipotesis bahwa garis hubungan antara kesehatan mental dan identifikasi dari orang tua dan lainnya. Terlalu sedikit atau terlallu banyak identifikasi akan menjadi refleksi dari konsep diri yang tidak sehat. Anak dengan identifikasi yang kuat dari ibu, atau dari ayah jelas memiliki konsep diri yang baik. Identifikasi yang rendah memiliki konsep diri yang rendah. Gordon 1970:11 mengatakan bahwa cara orang tua menjalankan kekuatan dalam mengontrol anak mereka mempengaruhi konsep diri dan 17 tingkat pemusuhan pada anak. Orangtua memiliki pengaruh yang signifikan pada anak konsep diri anak mereka, walaupun masa remaja dan masa dewasa dini. Itu terlihat hampir aman untuk berpendapat bahwa pengaruh orang tua adalah yang paling kuat selama masa anak. Itu juga jelas dari studi oleh May, Miller dan George 1984 : 107 bahwa individual yang identifikasi kuat dengan orang tua mereka dan orang lain yang signifikan cenderung memiliki konsep diri yang lebih baik. Individu yang identifikasinya kuat dengan orang tua yang konsep dirinya menyimpang akan menjadi konsep diri anak yang menyimpang. Ketika orang tua tidak bisa menjadi objek yang diperlukan untuk identifikasi, kemungkinan akan sedikit memilihnya menjadi model. Anak cenderung lebih mengidentifikasi lebih kuat dari kedua orangtuanya. Ketika memiliki keseluruhan, konsep diri yang konsisten, orang tua bisa menyediakan lingkungan yang lebih aman dalam bentuk cinta, perhatian, dan respek untuk anak. Ketika ini terjadi anak bisa menyukai, menilai, merespek dirinya sendiri dan menghadapi dunia dengan rasa aman yang luar biasa dan rasa percara diri. Ketika kedua orang tua menyediakan penguatan semacam ini, konsep diri anak akan lebih kuat. Dengan menyediakan penguatan yang dia sediakan oleh orang lain yang signifikan konsep diri akan lebih kuat. Di setiap hal anak cenderung untuk mengidentifikasi dan mencontohkan dirinya sendiri setelah orang yang memiliki nilai positif untuk 18 dirinya. Orang tua dan keluarga terdekat mungkin dapat menjadi penting untuk perkembangan awal dari konsep diri, tetapi perkembangan selanjutnya dan perubahan dalam persepsi diri dipengaruhi oleh banyak orang lain. Informasi yang diberikan oleh orang tuanya pada anaknya lebih dtiangkap daripada informasi yang diberikan oleh orang lain.

1.5.5. Remaja

Masa remaja sebagai perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini diistilahkan sebagai “Stom and Stress” Drs. Andi mappiare, 1982 : 26. Tidak aneh lagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang sangat rasa yakin dri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. Masa remaja adalah masa yang kritis, dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahya atau tidak. Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalah selanjutnya, sampai ia dewasa. Pada awal masa remaja,anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat-sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian mereka. Remaja juga mengetahui sifat-sifat apa yang dikagumi 19 oleh teman-teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Meskipun sifat- sifat yang dikagumi berbeda dari kelopok sosial ke kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya. Bila hubungan remaja muda dengan anggota-anggota keluarga yang tidak harmonis selama masa remaja, biasanya kesalahan terletak pada kedua belah pihak. Masalah yang lebih penting adalah apa yang disebut “kesenjangan generasi” antara remaja dengan orang tua mereka. Orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan pertentangan yang berkembang antara mereka dan anak remaja mereka. Remaja muda adalah anak yang paling tidak bertanggung jawab, paling sulit dihadapi, paling tiak dapat diramal dan paling menjengkelkan dan ktidakmapuan untuk berkomunikasi dengan orang tua semakin memperbesar kesenjangan antara remaja dan orang tua. Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak. Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa pada nantinya. 20

I. 6. Kerangka Konsep

Menurut Nawawi 1991 : 56, kerangka konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang kan dicapai. Jadi suatu kerangka konsep berperan dalam memecahkan masalah yang relevan dengan teori yang telah dikemukakan. Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut :

1. Variabel Bebas Independen Variabel

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidak adanya gejala atu faktor atau unsur lain Nawawi, 1991:56. Yang menjadi variabel bebas adalah komunikasi antar pribadi dengan indikator : a. Frekuensi komunikasi yang dilakukan antara remaja dengan orang tua b. Proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan antara remaja dengan orang tua c. Waktu yang diperukan untuk melakukan komunikasi antar pribadi

2. Variabel Tergantung Dependent Variabel

Variabel tergantung adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau tidak ada munculnya dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas Nawawi, 1991 : 57. Yang menjadi variabel tergantung adalah 21 konsep diri yang positif merupakan efek yang diharapkan dari komunikasi antar pribadi. Konsep diri yang positif ditandai dengan adanya : a. Mampu menerima dirinya dengan segala keberadaannya b. Sikap terbuka terhadap keluarga khususnya orang tua dan orang lain c. Optimis, memiliki harapan atau cita-cita untuk masa depan d. Kreatif e. Mandiri

3. Variabel Antara Intervening Variabel

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas Nawawi, 1991 : 58. Yang menjadi variabel antara pada penelitian adalah karakteristik responden, dengan indikator : a. Umur b. Jenis kelamin c. Pendidikan orang tua d. Urutan anak dalam keluarga e. Status anak dalam keluarga 22

I.7. Model Teoritis

Model psikologis komunikasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah model sel Diclosure. Yang menanggapi pemukaan diri adalah komunikasi antara pribadi oleh orang tua kepada remaja. Yang menjadi pembuka diri adalah remaja yang tercermin dari konsep diri positif remaja. Variabel- variabel dapat dikelompokkan menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Keterangan : X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat + = Pengaruh kuat - = Pengaruh lemah Variabel X Komunikasi antar pribadi yang dilakukan orang tua Variabel Y Konsep diri remaja pada siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi + - Variabel Antara Z Karakteristik Responden 23

I.8. Operasional Variabel

Operasional variabel-variabel disusun untukmemudahkan penggunaan kerangka konsep yang telah disusun dalam operasionalisasi lainnya. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian adalah : Tabel 1 Operasionaisasi Variabel Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel bebas X Komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga khususnya orangtua - Frekuensi berkomunikasi - Waktu penyampaian pesan - Topik pembicaraan orang tua kepada anak - Cara penyampaian pesan Variabel Terikat Y Konsep diri remaja yang positif - Mampu menerima diri dengan segala keberadaannya - Sikap terbuka terhadap orang lain - Optimis, memiliki harapan atau cita-cita untuk masa depan - Kreatif - Mandiri Variabel Antara Z Karakteristik responden - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Urutan Anak dalam keluarga - Status anak dalam keluarga 24

I.9. Defenisi Operasional

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pola Perilaku Anak Dalam Menonton Televisi Di Perumahan Taman Setia Budi Indah.

5 37 92

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi (Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

0 39 90

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Dengan Anak Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Keluarga Untuk Memilih Pasangan Hidup Dengan Syaid Atau Syarifah

1 52 126

Hubungan antara pola komunikasi orang tua - remaja dengan konsep diri remaja

4 12 129

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI REMAJA PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Resiliensi Remaja Pada Keluarga Orang Tua Tunggal.

0 2 17

KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, KONSEP DIRI TERHADAP INTERAKSI Kontribusi Layanan Bimbingan Kelompok Komunikasi Antar Pribadi Konsep Diri Terhadap Interaksi Sosial Di Sekolah Pada Siswa kelas VII SMPN Di Kecamatan Punung

0 1 13

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANG TUA DENGA

0 0 11