Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkomunukasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi merupakan kehrusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan degan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipusatkan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kia menjadi terampil berkomunikasi. Devito 1978, dalam onong, 1986:65 telah memaparkan betapa luasnya aktivitas komunikasi. Komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, berupa aktivitas menyampaikan dan menerima pesan, yang mengalami distorsi karena adanya gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik. Komunikasi penting artinya bagi manusia sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Pertama, komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dangan orang lain, yaitu mngetahui siapa diri kita sebenarnya. Ketiga, perbandingan sosial 2 social comparison hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain. Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terutama dengan tokoh-tokoh yang sangat penting dalam hidup kita. Remaja adalah anak yang berusia 13-18 tahun Hurlock, 1996 : 2006. Pada usia seperti ini memiliki keinginn untuk melakukan kegiatan yang dapat memuaskan dirinya, selain itu juga remaja masih dalam keadaan mencari tahu siapa sebenarnya dirinya, belum lagi masalah-masalah pelajaran ataupun dengan orang tuanya. Pada usia 17 tahun, biasanya orang tua menanggapnya hampir dewasa dan berada diambang perbatasan dimana remaja harus sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkannya. Remaja yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, Paget 121 Hurlcok, 1980 : 206 mengungkapkan : “Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok tranformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang 3 mencolok ransformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologinya terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pula perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen perasaan yang bertentangan terhadap setiap perubahan. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi remaja. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan tidak lagi puas dengan menjadi sama dan 4 yang kedua mendambakan suatu dilema yang menyebabkan “krisis identitas” atau masalah identitas ego pada remaja. Erinson 42 Hurlock, 1980 : 208; identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa diriya, apa perannnya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat berapa orang merendahkannya ? Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau akan gagal ? Gambaran diri, pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri yang diktakan konsep diri Burns, 1982 dalam Pudjijogyanti, 1988 : 16 konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Dengan kata lain, perilaku individu akan sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Menurut Mead 1934 dalam Pudjijogyanti, 1988:27 bahwa konsep diri merupakan sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dana pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan relaksasi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting Signifikan person sekitarnya. Menurut Onong 1986:9 komunikasi antar pribadi merupakan jenis komunikasi dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang 5 karena sifatnya dialogis Moss dan Kagen Calhoun Acocella, 1990 juga mengatakan bahwa keinginan untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep diri yang didimiliki individu. Konsep diri yang dimimiliki individu tidak terbentuk dengan sendirinya namun berkembang sejalan dengan perkembangan manusia Hardy Heyes, 1988. Dalam perkembangan konsep diri remaja sering menjadi permasalahan yang khusus karena pada saat itu individu dituntut untuk mengambil keputusan mengenai dirinya dalam rangka mengatasai berbagai pernyataan Hardy Heyes, 1998. Konsep diri diperoleh dari hasil belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain, terutama dengan orang tua karena orang tua merupakan kontak sosial yang paling awal yang dialami individu dan yang paling kuat Calhoun Accocella, 1990. Dalam perkembangan anak, tidak hanya terjadi proses-proses perkembangan dalam diri anak sesuai teori kematangan, namun dalam banyak hal proses perkembangan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam hal ini lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama kali tempat anak berinteraksi. Komunikasi antara pribadi yang terjalin dalam keluarga sangat besar pengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Sejak dilahirkan manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial anak yang 6 meliputi asuhan, bimbingan kasih sayang perawatan kesehatan, pembinaan rohani serta memberinya dengan pendidikan formal yang memadai. Semuannya menjadi tanggung jawab keluarga, khususnya orang tua sebelum seorang anak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Orang tua menghadirikan anak ke dunia, secara kodrat bertugas untuk mendidik anak itu. Di dalam hal ini, tentu saja peranan ayah dan ibu sangat menentukan justru mereka berdualah yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga. Kebanyakan anak meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, dengan demikian maka jelaskah betapa mutlaknya kedua orang tua itu harus bertindak seia sekata, seazas, setujuan, seirama, dan bersama- sama terhadap anaknya. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak, mengharapkan terciptanya suasana yang harmonis diantara sesama anggota keluarga adalah dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hukuman maupun hadiah, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan juga orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak. Hendriks dan Monks dalam Haditono, 1979 meninjau pola asuh dari sudut social learning. Pengasuhan anak merupakan satu interaksi sosial dan meliputi beberapa aspek kognitif, melalui isyarat-isyarat sosial seperti senyuman, anggukan kepala, penghargaan atau perhatian, dimana orang tua menanamkan pengertian dan nilai terhadap anak. Dengan adanya komunikasi 7 antar pribadi remaja dengan keluarga diharapkan memiliki konsep diri yang positif. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tetarik untuk meneliti lebih hubungan antara komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga khususnya orang tua dengan pembentukan konsep diri pada siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi. Adapun alasan pemilihan siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi sebagai responden adalah dikarenakan komunikasi yang terjadi lebih bersifat formal karena masih mengatur aliran hirarki dimana otoritas orang tua sangat kuat dan juga masih merupakan darah yang persaingan belum begitu ketat dimana anak tidak dituntut lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan sehingga anak lebih di rumah, ini mengakibatkan anak punya banyak waktu untuk bertemu dengan orang tua dan saudaranya.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pola Perilaku Anak Dalam Menonton Televisi Di Perumahan Taman Setia Budi Indah.

5 37 92

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan)

6 53 121

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi (Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

0 39 90

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Dengan Anak Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Keluarga Untuk Memilih Pasangan Hidup Dengan Syaid Atau Syarifah

1 52 126

Hubungan antara pola komunikasi orang tua - remaja dengan konsep diri remaja

4 12 129

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN RESILIENSI REMAJA PADA KELUARGA ORANG TUA TUNGGAL Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Resiliensi Remaja Pada Keluarga Orang Tua Tunggal.

0 2 17

KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, KONSEP DIRI TERHADAP INTERAKSI Kontribusi Layanan Bimbingan Kelompok Komunikasi Antar Pribadi Konsep Diri Terhadap Interaksi Sosial Di Sekolah Pada Siswa kelas VII SMPN Di Kecamatan Punung

0 1 13

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANG TUA DENGA

0 0 11