Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi (Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran
PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU
TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI
(Studi Korelasional Pada Siswa/Siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran SKRIPSI
FITRIANI 080922013
Diajukan Untuk
Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Ekstensi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
PROGRAM EKSTENSI
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi
Oleh : Fitriani
NIM : 080922013
Disetujui Oleh :
Medan, Juni 2010
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Drs. Amir Purba, M.A
PUDEK 1
(3)
ABSTRAKSI
PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH
ALIYAH NEGERI KISARAN
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.
Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.
Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas
adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya
hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
Tingkat determinasi peranan komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan konsep diri siswa adalah sebesar0.460 (46%) sedangkan 54% lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti orang tua, keluarga, teman dan lingkungan.
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Peranan Komunikasi Antarpribadi Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi”, guna memenuhi syarat mendapatkan gelar S1 Ilmu Komunikasi Fisip USU.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis didalam menyusun skripsi terutama kepada :
1. Bapak Prof. Drs. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Fisip USU.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Fisip USU. 3. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku dosen pembimbing yang
memberi bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Terima kasih buat semua dosen FISIP dan staff jurusan yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu persatu.
5.
Untuk Mama dan Papa saya I love you so much, terima kasih buat kasih sayang yang diberikan kepada penulis dan nasehat yang diberikan.6.
Buat keluarga saya, abang-abangku yang baik hati dan kakak-kakak ipar ku yang cantik-cantik makasih buat dukungannya selama ini (baik moril maupun materil).7.
Untuk teman-teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama Vina tralala trilili, Qieqie, Isma, k’(5)
Semoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu penulis mendapat rahmat dan hidayah Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya skripsi ini.
Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat member manfaat dan masukan bagi kita semua. Amin.
Medan, Juni 2010 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI………....i
KATA PENGANTAR………...ii
DAFTAR ISI………iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang………1
1.2. Perumusan Masalah………6
1.3. Pembatasan Masalah………..6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..7
1.5. Kerangka Teori………..8
1.6. Kerangka Konsep………..10
1.7. Model Teoritis………...14
1.8. Operasional Variabel……….15
1.9. Defenisi Operasional……….16
1.10. Hipotesis………18
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Komunikasi………19
2.2. Pengertian Komunikasi Antarpribadi………...20
2.3. Teori AIDDA………...23
2.4. Teori Jendela Johari………..24
2.5. Konsep Diri Siswa/Siswi………..26
(7)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………32
3.2. Metode Penelitian………...35
3.3. Populasi Dan Sampel………..36
3.4. Tehnik Pengumpulan Data………..39
3.5. Tehnik Analisis Data………...40
3.6. Uji Hipotesis………40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan………43
1.2. Tahap Pengolahan Data………44
1.3. Penyajian Dan Analisa Data……….46
1.4. Analisis Tabel Silang………68
1.5. Test Hipotesis………70
1.6. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis………....72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan………74
1.2. Saran………..75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
ABSTRAKSI
PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA/SISWI SEKOLAH MADRASAH
ALIYAH NEGERI KISARAN
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk konsep diri mereka. Konsep diri sendiri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus terdiferensiasi. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas untuk bisa memberikan contoh dan pengajaran yang baik bagi para siswanya agar konsep diri yang positif dapat terbentuk.
Guru sebagai orang tua kedua bagi para siswa saat mereka berada di sekolah, dituntut agar mampu memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa baik dalam belajar maupun diluar jam belajar. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru selama mengajar diharapkan tidak hanya terfokus pada pelajaran semata, tetapi juga berpengaruh pada konsep diri mereka. Para guru harus bisa memahami siswa/siswinya, terutama mereka yang memasuki usia remaja yang rentan dengan berbagai macam pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya komunikasi antarpribadi guru dengan siswa diharapkan dapat membentuk konsep diri yang telah ada sebelumnya menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran untuk melihat seberapa besar pengaruh komunikasi antarpribadi guru dalam membentuk konsep diri para siswanya.
Data penelitian ini berasal dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi yang duduk dibangku kelas XI (247 siswa), sedangkan yang menjadi sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili seluruh populasi yang ada sebagai sumber penelitian sebanyak 71 siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari perhitungan korelasi variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (konsep diri) dengan menggunakan rumus Spearmen, diperoleh besarnya koefisien korelasi tata jenjang (rs) adalah = 0.460, besarnya probabilitas
adalah 0.000 lebih kecil dari 0.41-0.70(Ho ditolak dan Ha diterima) yakni terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan dua tanda bintang (**) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0.460 berada pada skala 0.41-0.70 yang menunjukkan adanya
hubungan yang cukup berati antara komunikasi antarpribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
Tingkat determinasi peranan komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan konsep diri siswa adalah sebesar0.460 (46%) sedangkan 54% lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti orang tua, keluarga, teman dan lingkungan.
(9)
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah yang tak ternilai dari Sang Pencipta di dalam sebuah keluarga. Tanpa kehadiran seorang anak, maka keluarga tidak akan lengkap. Begitu pentingnya arti seorang anak di dalam sebuah kelurga sehingga tanggung jawab dalam mendidiknya untuk menjadi manusia yang berkualitas nantinya pada saat mereka dewasa menjadi suatu hal yang sangat penting pula. Pendidikan yang diberikan dapat melalui pendidikan informal maupun formal. Pendidikan informal dapat mereka peroleh dari orang tua, lingkungan tempat mereka tinggal, dan juga melalui interaksi dengan teman atau orang-orang disekeliling mereka setiap harinya sedangkan pendidikan formal mereka dapatkan melalui sekolah.
Namun banyak orang tua yang kurang menyadari hal tersebut, kebanyakan dari mereka berfikir sekolah merupakan tempat untuk mendidik anak mereka baik secara formal maupun informal. Mereka membebankan semua tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka kepada guru-guru disekolah. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar. Guru tidak mungkin mampu untuk mengontrol semua kegiatan siswa/siswinya pada saat mereka tidak berada di sekolah, karena pada kenyataannya anak datang dari berbagai macam lingkungan keluarga, masyarakat dengan pola sikap orang tua terhadap anak yang berbeda-beda pula sehingga berpengaruh pada perkembangan
(10)
mereka peroleh dari sekolah juga sangat memberi pengaruh yang cukup besar. Pendidikan yang mereka peroleh akan merubah sikap, cara berfikir, kepercayaan dan pendiriannya tentang sesuatu hal yang semuanya merupakan bagian dari konsep diri.
Konsep diri sendiri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Hurlock memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Brehm (dalam Hudaniah, 2003:65) mendefinisikan konsep diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut atau ciri-ciri yang dimilikinya. Menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Dengan demikian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik diri maupun lingkungan terdekatnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
(11)
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Dalam pembentukan konsep diri seorang anak dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua dan murid itu sendiri. Dengan adanya proses komunikasi yang berkesinambungan serta perhatian orang tua dan guru dalam perkembangan anak, maka akan memudahkan untuk mengarahkan siswa ke arah konsep diri yang positif.
Sekolah sebagai salah satu tempat pembentukan konsep diri bagi anak-anak terutama remaja mengutamakan bimbingan dari seorang guru. Tugas menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas menjadi tanggung jawab yang sangat besar. Oleh sebab itu, para guru harus memberikan pendidikan dan contoh sebaik mungkin baik berada didalam maupun diluar kelas. Semuanya dapat terwujud jika komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi berjalan sesuai dengan semestinya.
Adapun komunikasi yang terjadi di dalam kelas berlangsung di saat guru menyampaikan materi pelajaran atau bimbingan dan sebaliknya para siswa memberikan respon berupa pendapat, tanggapan, diskusi atau tanya jawab dengan para guru. Adapun proses komunikasi yang berlangsung selama aktivitas belajar mengajar dikelas meliputi juga bimbingan dan penyuluhan, mewujudkan dua sifat komunikasi, yaitu:
1. Verbal Communication atau komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, mancakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan
2. Non Verbal Communication atau komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gestures),
(12)
Para ahli psikologi menyadari bahwa pengajaran disekolah atau pendidikan formal terlalu menekankan perkembangan intelektual semata, padahal perkembangan sikap dan perasaan (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) serta berfikir divergen atau berfikir kreatif adalah faktor yang menunjang minat yang dimiliki oleh siswa perlu ditingkatkan, sehingga akan terbentuklah konsep diri anak yang juga merupakan salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan.
Selanjutnya, terkadang para siswa juga memerlukan bimbingan dan penyuluhan didalam memecahkan masalah pribadi, karena masalah pribadi sering menimbulkan pengaruh dalam prestasi belajar mereka dan ini jelas merugikan siswa terutama karena dapat membawa efek negatif pada prestasinya di sekolah. Diharapkan dengan adanya bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh guru, dapat memberikan semangat dan menimbulkan rasa kepercayaan diri dalam diri para siswa dan menciptakan konsep diri positif. Dengan demikian akan tercipta hubungan yang intrapersonal yang akrab dan terbuka diantara guru dengan siswa.
Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu dimana didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara guru dengan siswa/siswinya. Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran merupakan salah satu sekolah unggulan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas walaupun sekolah tersebut berbasis agama islam di kota Kisaran. Sekolah tersebut tidak hanya unggul dalam bidang agama tetapi juga dalam ilmu pengetahuan umum lainnya. Banyak prestasi yang telah mereka capai mulai dari lomba
(13)
pidato bahasa asing (bahasa Inggris), lomba cerdas cermat dan masih banyak lagi perlombaan yang telah dimenangkan oleh siswa/siswi sekolah tersebut. Oleh sebab itu, tiap tahunnya para orang tua berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut dan hanya anak-anak yang mampu melewati tes-tes tertentu yang ditetapkan oleh sekolah yang dapat belajar di sekolah itu. Para orang tua memiliki keyakinan bahwa jika anak mereka bersekolah di MAN nantinya dapat menjadi anak yang berkualitas dalam agama tetapi juga dalam prestasi belajar, sikap dan prilaku yang semuanya merupakan bagian dari konsep diri.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kisaran, khususnya siswa/siswi kelas XI. Hal ini dikarenakan, pada saat siswa/siswi duduk di kelas XI berusia 15-17 tahun, mereka berada pada masa transisi (peralihan) dari remaja kedewasa terutama dalam cara berfikir. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Mereka bersikap sesuai dengan apa yang mereka yakini benar dan sesuai dengan diri mereka walaupun terkadang belum tentu benar. Namun hal tersebut terkadang mereka abaikan karena sesuatu hal seperti ingin mencari perhatian, ingin dipuji, pengaruh teman dan masih banyak lagi yang lainnya. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka mereka sendiri yang akan mengalami
(14)
negatif tidak hanya dalam sikap dan prilaku tetapi juga prestasi belajar di sekolah. Disinilah peranan seorang guru sangat besar selain orang tua, karena pada umunya siswa/siswi lebih banyak menghabiskan waktu disekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk memilih judul ”Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/Siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran”.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Melihat bagaimana pengaruh komunikasi antar pribadi guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran yamg berpengaruh pada prestasi belajar”.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis menetapkan beberapa batasan masalah dalam penelitian ini: 1. Karakteristik guru yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah usia,
jenis kelamin,suku, pengalaman/lama mengajar, dan latar belakang pendidikan)
2. Metode belajar yang digunakan dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa/siswi dibatasi hanya pada cara penyampaian dan interaksi.
3. Objek penelitian terbatas pada siswa kelas XI Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
(15)
4. Penelitian hanya terbatas pada pembentukan konsep diri yang berpengaruh dalam prestasi belajar siswa/siswi.
5. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan selesai.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi antar pribadi yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi dalam pembentukan konsep diri yang berpengaruh dalam prestasi belajar.
b. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis dan membahas karakteristik dari guru dan siswa/siswi dalam kecendrungannya terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
c. Mendeskripsikan dan mengetahui isi-isi komunikasi yang disampaikan oleh guru dalam pembentukan konsep diri siswa/siswi Madrasah Aliyah Kisaran.
1.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai proses komunikasi dan menambah referensi khususnya bagi para mahasiswa FISIP USU jurusan komunikasi.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala penulis tentang sejauh mana pengaruh komunikasi yang dilakukan oleh guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
(16)
c. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait didalam penelitian dan mengukur kemampuan penulis dalam membahas dan menggali data yang berhubungan dengan komunikasi guru dan pembentukan konsep diri siswa/siswi.
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian haruslah memiliki kerangka teori sebagai landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah yang ada. Untuk itu, perlu disususn kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39).
Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam penelitian ini yakni: Teori Jendela Johari dan Teori AIDDA yang merupakan akronim dari Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Keinginan/hasrat), Decision (Keputusan), Action (Tindakan).
I.5.1. Teori Jendela Johari
Pada tahun 1969, Joseph Luft memperkenalkan sebuah teori yang dikenal dengan Jendela Johari (Johari Window). Teori ini menekankan jika setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya disaat berhubungan dengan orang lain.
Jendela Johari terdiri atas empat bidang, dimana bidang I menggambarkan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Bidang II melukiskan bidang buta, Bidang III disebut bidang tersembunyi, dan bidang IV tidak
(17)
dikenal (Liliweri, 1991:49). Adapun hubungan dengan penelitian yang akan dibahas adalah bagaimana hubungan antara guru dengan siswa/i disekolah MAN, termasuk ke dalam bidang I,II,III, atau IV.
I.5.2. Konsep Teori AIDDA
Konsep AIDDA ini adalah suatu proses psikolog pada diri komunikan. Berdasrkan formula AIDDA, komunikasi persuasive didahului dengan upaya membangkitkan perhatian.
Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika menghadapi komunikan, tentu saja dalam hal ini perhatian siswa/siswi. Membangkitkan perhatian tersebut bisa saja dengan mimic wajah, gerakan tubuh atau hal lainnya yang dapat menarik perhatian siswa/siswi. Apabila perhatian sudah berhasil dibangkitkan maka menyusul upaya membangkitkan minat. Contohnya saja dengan memberikan tambahan nilai tambah ketika siswa/siswi mampu mengerjakan soal tertentu sehingga timbul minat siswa/siswi untuk mengerjakan soal tersebut. Oleh karena itu, komunikator harus mengenal betul siapa komunikan yang dihadapinya. Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada siswa/siswi agar ajakan, bujukan atau rayuan komunikator (guru).Di sini imbauan emosional perlu ditampilkan komunikator sehingga pada tahap berikutnya komunikan mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan daripadanya. (Effendy, 1993: 25).
(18)
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstarak, contohnya seperti kejadian, keadaan, dan kelompok sehingga diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya (Sarwono, 2006: 9). adapaun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi dan komunikasi antar pribadi, konsep diri siswa/siswi, pengertian guru dan prestasi belajar.
a. Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi
Manusia sebagai makhluk social tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya komunikasi dengan manusia lainnya. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan.
Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuaru yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Menurut Effendy dengan mendasarkan defenisi dari Harold Laswell (suatu defenisi tua yang sampai saat ini masih digunakan) maka rumusan komunikasi adalah: Siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa (Who says what in which channel to whom with effect).
(19)
Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication). Komunikasi antar pribadi melibatkan komunikator dan komunikan untuk saling bertatap muka secara langsung (face to face communication). Dengan demikian, bentuk komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan tingkah laku seperti yang diungkapkan Liliweri (1991: 15): “Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja.
b. Konsep diri siswa/siswi
Konsep diri didefenisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. http:/www.e-psikologi.com/2010/01/15.
Sedangkan menurut Stuart dan Sudden konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Sedangkan siswa/siswi merupakan anak atau pelajar yang melakukan aktifitas belajar. Jadi konsep diri siswa/siswi adalah gambaran yang dimiliki siswa/siswi tentang dirinya, yang dibentuk melalui
(20)
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, konsep diri cenderung digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan konsep diri siswa/siswi dengan prestasi akademisnya; hubungan yang ada diantara konsep diri guru dan gaya mengajarnya diruangan kelas; dapatkah modifikasi-modifikasi konsep diri siswa/siswi dan guru melalui kelompok kerja intesif dan lainnya dibuat, apakah hal tersebut mempunyai efek pada penampilan anak sekolah dan guru diruangan kelas; apakah efek-efek dari bentuk-bentuk organisasi sekolah yang berbeda-beda pada konsep diri siswa/siswi (Burns, 1993:355).
c. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Adapaun bentuk kerangka konsep dari variabel diatas adalah:
a. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah segala gejala, factor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel berikutnya. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga muncul variabel
(21)
terikat yang berbeda atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi, 1995 : 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa/siswi.
b. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi oleh variabel bebas dan bukan oleh variabel lain (Nawawi, 1995:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsep diri anak yang terbentuk atau tercipta karena adanya komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa/siswi.
c. Variabel antara (Z)
Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tetapi tidak dapat diukur. Variabel antara dalam penelitian ini adalah Kharakteristik responden (siswa/siswi)
(22)
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang ada maka, maka dapat dibentuk model teoritis sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) Komunikasi antar pribadi
antara guru dengan siswa/siswi
Variabel Terikat (Y) Konsep diri anak terhadap prestasi
belajar
Variabel Antara (Z) Kharakteristik responden
(23)
I.8. Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)
Komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi
1. Cara guru menyampaikan materi pelajaran
2. Sikap guru dalam
menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi
3. Metode yang digunakan
dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi
4. Kegiatan Diskusi
5. Kegiatan guru dan
siswa/siswi di luar kelas
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Frekwensi kehadiran
disekolah 4. Suku
5. Pekerjaan orang tua 6. Pendidikan orang tua Variabel Terikat (Y)
Konsep diri anak (siswa/siswi) terhadap prestasi belajar
1. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran
2. Kemampuan merespon
arahan dari guru
3. Menerapkan metode-metode dalam belajar
4. Tanya jawab,
mengeluarkan pendapat
5. Menciptakan suasana
kekeluargaan, kebersamaan dan rasa saling memiliki.
(24)
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penjelasan lebih lanjut tentang variabel operasional. Defenisi operasioanal dari variabel-variabel penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (komunikasi antar pribadi antara guru dengan siswa/siswi)
a. Cara guru menyampaikan materi pelajaran: Bagaimana cara seorang guru mengajar di depan kelas, menjelaskan pelajaran, sesuai dengan teks atau memberi gambaran yang sesuai dengan pelajaran.
b. Sikap guru dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi: Sikap sabar, mengayomi siswa/siswi yang lambat dalam menerima pelajaran.
c. Metode yang digunakan dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi: penggunaan metode-metode tertentu seperti Quantum Learning ; Quantum Teaching, SQ4R dan metode lainnya.
d. Kegiatan diskusi: Dilakukan oleh murid saat menemukan soal-soal yang sulit dipecahkan dengan bantuan arahan dari guru.
e. Kegiatan guru dan siswa di luar kelas: gotong royong membersihkan taman pada saat hari-hari tertentu, misalnya saja dibeberapa sekolah menjadwalkan hari jumat sebagai jumat bersih.
(25)
2. Variabel Terikat (Konsep diri anak) terhadap prestasi belajar
a. Sikap dalam menerima dan mengikuti pelajaran: tekun, mendengarkan, dan memperhatikan guru saat menerangkan di depan kelas
b. Kemampuan merespon arahan guru: dengan tertib mengikuti pelajaran, mengajukan pertanyaan saat menemukan kesulitan dan lain-lain.
c. Menerapkan metode dalam belajar: Penggunaan metode-metode seperti Quantum Learning; Quantum Teaching, SQ4R dalam pembelajaran dan penguasaan materi serta pembahasan soal.
d. Tanya jawab, mengeluarkan pendapat: Mengajukan pertanyaan, berani memberikan pendapat atau opini.
e. Menciptakan rasa kekeluargaan, kebersamaan dan rasa saling memiliki: menjaga sekolah seperti rumah sendiri dan menganggap orang-orangdidalamnya seperti keluarga.
3. Variabel Antara
Variabel Antara (Karakteristik responden) yaitu nilai-nilai yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lainnya. Usia siswa/siswi kelas 1 SMA pada umunya berkisar antara 15-17 tahun, jenis kelamin laki-laki atau perempuan, pekerjaan orang tua yang pada umunya membedakan tingkat sosial antara yang satu dengan yang lain.
(26)
1.10. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti (Suyanto dan Sutina, 2005:43). Dikarenakan merupakan jawaban sementara, perlu adanya pembuktian yang dilakukan melalui prosedur-prosedur pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:.
Ha : terdapat pengaruh antara komunikasi antar pribadi guru dengan pembentukan konsep diri siswa/siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
(27)
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi
Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi antara manusia yang satu dengan lainnya. Dengan adanya komunikasi, maka terciptalah sebuah kehidupan yang saling melengkapi satu sama lain.
Istilah komunikasi merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa Inggris “communication” yang berasal dari bahasa latin”communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang berarti “sama”, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan oranglain kepadanya, maka komunikasi itu dapat berlangsung dan sebaliknya.
Laswell mendefinisikan komunikasi yakni “siapa” mengatakan “apa” melalui “saluran apa” kepada “siapa” dengan “efek apa” (Who says What in which Channel to Whom with What Effect) (Liliweri, 1991:6). Komponen-komponen tersebut adalah;
a. Who (siapa) : komunikator : orang yang menyampaikan pesan. b. Says What(mengatakan apa) : pesan : pernyataan yang didukung
(28)
c. In Which Channel (saluran) : media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
d. To Whom (kepada siapa) : komunikan : orang yang menerima pesan
e. With What Effect (dampak) : efek : dampak atau hasil yang merupakan pengaruh dari proses komunikasi.
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut Effendy (1986:5) mendefenisikan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Menurut D. Lawrence (dalam Cangara, 2006:19) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Dari beberapa defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada komunikan melalui saluran atau media tertentu dengan maksud untuk mengubah perilaku komunikan sesuai dengan keinginan komunikator.
II.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif dalam mengubah prilaku seseorang, hal ini disebabkan karena dalam prosesnya ada arus balik langsung, sehingga komunikator dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak.
(29)
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang berlangsung secara berhadapan (muka) langsung satu sama lain (face to face) atau bisa juga melalui media seperti telepon.
Rogers mengemukakan komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi dan De Vito memberikan mendefinisikan sebagai pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung, sedangkan Effendy berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan (Liliweri, 1991:12 dan13). Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negative, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia tidak dapat member kesempatan kepada komunikasi untuk bertanya seluas-luasnya. Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat dilihat ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi sebagai berikut:
a. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan dan sambil lalu. b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan diantara peserta
yang tidak mempunyai identitas yang jelas.
d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun tidak disengaja.
(30)
f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.
g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.
h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna. (Liliweri, 1991:14).
Dalam setiap komunikasi, pesan merupakan hal utama yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan, begitu pula dengan komunikasi antar pribadi. Pesan sendiri terdiri atas sekumpulan lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal dan non verbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi lisan atau tulisan, sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang memakai symbol, isyarat, sentuhan, perasaan dan penciuman dalam proses teerjadinya komunikasi.
Oleh sebab itu, maka suatu pesan harus dipersiapkan yang berarti jika hendak ditulis atau diucapkan harus benar- benar disusun dengan memperhatikan beberapa faktor penting. Effendi mengemukakan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehinggadapat menarik perhatian komunikan.
b. Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
(31)
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Liliweri, 1991:20).
II. 3. Teori AIDDA
Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah teori AIDDA yang sering disebut A-A Procedure atau Attention ro action Procedure. Aidda merupakan akronim dari kata Attention (Perhatian), Interest (Minat), Desire (Keinginan), Decision (Keputusan), dan Action Tindakan). Tahapan tersebut mengandung pengertian bahwa proses komunikasi antar pribadi dalam pembentukan konsep diri siswa/i yang berpengaruh dalam prestasi belajar hendaknya dimulai sengan membangkitkan perhatian, dimana dalam hal ini, seorang guru harus mengetahui cara yang tepat untuk menarik perhatian siswa agar siswa memiliki minat melalui pesan yang berisi informasi yang disampaikan guru sehingga akan timbul keinginan dan akhirnya diambil keputusan untuk bertindak terhadap pesan tersebut. (Effendy, 1986:31)
Teori AIDDA merupakan suatu poses psikologi pada diri komunikan. Berdasarkan formula AIDDA ini, komunikasi persuasive didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang tetapi juga dengan
(32)
dari segi psikologisnya, maka komponen perubahan yang terjadi pada teori AIDDA juga bisa ditinjau dari komponen perubahan sikap yang terjadi pada diri manusia akibat terpaan pesan (Rakhmat, 1986:52) yaitu:
a. Cognitive: Pesan yangdisampaikan ditujukan pada pikiran komunikan. Hal ini dilakukan agar komunikan tahu dan paham akan pesan yang disampaikan. Hal ini sama dengan Attention dalam Teori AIDDA.
b. Afektif: Pada tahap ini tujuan komunikator tidak hanya supaya komunikan tergerak hatinya hingga timbul perasaan tertentu seperti minat yang muncul akibat adanya perhatian.
c. Behavioral: Dampak yang timbul adalah berupa tindakan atau kegiatan. Hal ini sudah bisa mulai dilihat pada proses pengambuilan keputusan.
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi antar pribadi dalam membentuk konsep diri siswa/i yang berpengaruh dalam prestasi belajar dan bagaimana hasil yang diperoleh jika komunikasi antar pribadi tersebut berhasil.
II.4. Teori Jendela Johari
Teori Jendela Johari atau yang sering disebut tori “Johari Window” diperkenalkan pertama kali oleh Joseph Luft pada tahun 1969. Teori ini merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi.
(33)
Adapun gambar dari Jendela Johari adalah sebagai berikut:
Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri
Diketahui orang lain
Tidak diketahui orang lain
1.Terbuka 2.Buta 3.Tersembunyi 4.Tidak Dikenal
Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya saat berhubungan dengan orang kain.
Bingkai 1 atau “bingkai terbuka” menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain dan paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan dan lain-lain. Apabila bingkai 1 diperbesar, maka individu yang termasuk kedalam nya adalah individu ideal, yakni individu yang selalu terbuka dengan orang lain.
Bingkai 2 atau “bidang buta” merupakan orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain
(34)
individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang terlalu menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri.
Bingkai 3 atau “bidang tersembunyi” menunjukkan keadaan bahwa berbagai hal diketahui diri sebdiri namun tidak diketahui orang lain. Apabila bingkai 3 diperbesar, maka individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu.
Bingkai 4 atau “bidang tidak dikenal” menunjukkan berbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain. Apabila bingkai 4 diperbesar, maka individu yang termasuk kedalamnya adalah individu yang tahu banyak tentang orang lain tetapi dia menutup dirinya. (Liliweri, 1991:49)
Jendela Johari mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah keterbukaan tersebut akan menghasilkan efek yang positif dalam hubungan antar pribadi. Dalam penelitian ini, peneliti hendak mengetahui komunikasi antar pribadi yang terjadi antara guru dengan siswa/ siswi termasuk kedalam bidang Jendela Johari 1,2,3,atau 4.
II.5. Konsep diri siswa/siswi
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melaui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan berharga.
(35)
c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.
William H. Fitss (Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri juga berpengaruh kuat dalam tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, maka akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut karena merupakan sebuah penilaian.
Namun, dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negative. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri negative dan konsep diri positif seperti yang diungkapkan oleh William D. Brooks. Adapun ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia
(36)
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negative memiliki ciri:
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi
(37)
3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan). 5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
II.6. Pengertian Pendidikan a. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sysem Pendidikan Nasional Indonesia Bab I pasal 1, adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam
(38)
Dalam kamus Oxford (1995:369) pendidikan adalah sebuah proses membimbing dan mengajar anak-anak disekolah, memberikan ilmu pengetahuan dan pengembangan kemampuan. Berdasarkan pengertian tersebut, komponen utama yang harus ada dalam pendidikan adalah guru dan siswa sehingga pendidikan tersebutdapat berjalan.
b. Guru
Guru dalam kamus Oxford (1995:1225) adalah” a person who teaches” yang berarti seorang pengajar. Guru merupakan seseorang yang memiliki peranan penting dalam mendidik siswa/siswi yang berkualitas. Memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku siswa. Dapat menempatkan diri dalam dalam situasi siswa serta melihat segala sesuatu dari sudut pandang mereka sehingga para siswa akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya. Perbuatannya akan menjadi contoh bagi siswa/siswinya, oleh sebab itu diharapkan guru dapat menjadi pembimbing dan membantu para siswa ketika mereka sedang berada disekolah atau pun diluar sekolah, seperti dengan memberikan nasehat bagaimana untuk berperilaku yang baik dan sesuai dengan norma yang ada.
c. Siswa/siswi
Siswa/siswi merupakan anak-anak yang belajar disekolah baik pada tingkat SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Keberadaan mereka merupakan syarat mutlak untuk berlangsungnya sebuah pendidikan. Setiap
(39)
siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda namun memiliki satu tujuan ketika mereka datang ke sekolah yaitu belajar. Diharapkan dengan adanya pembelajaran yang mereka peroleh dari sekolah dapat menjadikan mereka manusia yang berkualitas saat mereka dewasa dan dapat menjadi penerus bangsa.
d. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh siswa/siswi karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Dengan adanya prestasi belajar, diharapkan dapat memotivasi para siswa untuk bersaing secara sehat untuk menjadi yang terbaik.
Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN III.I. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran (MAN) yang terletak di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kelurahan Kisaran Naga Kecamatan Kisaran Timur kira-kira 180 km dari Kota Medan. Berada pada lingkungan masyarakat mayoritas beragama Islam yang dikelilingi oleh areal perkebunan sawit dan karet.
Pada tahun 1990 didirikan MAN Persiapan Negeri, sebagai cikal bakal MAN Kisaran sekarang ini, yang gedung belajarnya masih menumpang pada MIN filial Mutiara- Kisaran dan selanjutnya pindah ke Gedung SMA PGRI berlokasi di Jalan Budi Utomo juga di kelurahan yang sama. Tak lama kemudian, seiring dengan perkembangan MAN Persiapan yang begitu pesat, pada tanggal 25 Oktober 1993, MAN Persiapan berubah statusnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran (MAN Kisaran) secara definitif di bawah kendali Bapak Drs. Moh. Hadi. Ks yang sebelumnya merupakan Kepala MAN Persiapan.
Kondisi ini ternyata mendapat perhatian pemerintah dengan terealisasinya dana APBN pada tahun anggaran 1995/1996 untuk membangun empat ruang belajar dan satu ruang kantor secara permanen. Dalam perkembangan, dimasa Kepemimpinan Drs. Makmur Syukri sebagai kepala yang sekarang ini, Madrasah Aliyah Negeri Kisaran atau yang disingkat MAN Kisaran telah memiliki 20 ruang belajar, 1 kantor Kepala, 1 Kantor Tata Usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang
(41)
Laboratorium Komputer, 1 ruang Laboratorium IPA, 1 ruang Laboratorium IPS, 1 Ruang Bimbingan Konseling dengan joglonya, .Diantara ruang yang ada, masih ada yang belum representative yang jika di tinjau dari aspek kepentingan dan kapasitas yang mengelola serta tenaga dan siswa yang memanfaatkannya, yaitu Ruang Perpustakaan dengan besaran gedung 8 x 9 meter yang menampung pengunjung 750 orang, Ruang Bimbingan dan Konseling 2,5m x 8 m untuk 5 konselor , ruang Guru 7 x 11m untuk 63 orang guru, ruang laboratorium IPA yang masih bergabung antara Laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia yang diharapkan masing-masing bidang memiliki satu ruang laboratorium. Ruang sanitasi bagi siswa sudah memenuhi standart perbandingan sehingga dalam keseharian siswa sudah merasa nyaman menggunakan WC dengan penjagaan dan perawatan yang intensif. Adapun denah lokasi dapat dilihat dalam lembar lampiran.
Pendiskripsian lokasi tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bapak Ika Irawan, S.Pd selaku wakil kepala Madrasah bidang HUMAS. Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran dan beliau juga menceritakan dengan terbuka mengenai struktur organisasi MAN tersebut.
(42)
Struktur MAN Kisaran
Kepala MAN KISARAN
WALI KELAS
RUMPUN GURU AGAMA
RUMPUN GURU MATEMATIKA
IPA
RUMPUN GURU
IPS WAKIL
BIDANG KURIKULUM
WAKIL BIDANG SARANA DAN
WAKIL BIDANG KESISWAAN
WAKIL BIDANG HUMAS
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
KEPALA TATA USAHA
STAF ADMINISTRASI
SELURUH SISWA
(43)
III. 2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional, dimana metode tersebut bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rahmat, 2004 :27).
Metode korelasional dalam penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan variabel dominan bebas berpengaruh di dalam suatu konteks terhadap variabel-variabel lainnya yang kemungkinan berubah dari variabel bebas, sehingga akan terlihat sejauh mana pengaruh guru (variabel dominan bebas) dalam membentuk konsep diri siswa/siswinya yang dapat diketahui melalui karakteristik guru, karakteristik siswa/siswi, dan cara guru berinteraksi dengan siswa/siswi baik berada didalam maupun diluar kelas.
Penganalisaan data menggunakan alat kuisoner yang diberikan kepada siswa/siswi dan juga melakukan sedikit wawancara dengan guru sebagai tambahan, pelengkap dan penjelasan. Untuk mencarai harga dan makna korelasi antara komunikasi antar pribadi guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi dikalkulasikan dengan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman. Rumus Spearman yang tergolong ke dalam rumus statistic nonparametric adalah rumus yang sesuai digunakan untuk mencari harga dan makna korelasi dalam penelitian ilmu sosial.
(44)
III.3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2003:55).
Dari pengertian diatas populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran kelas XI.
Tabel 1
Populasi Siswa/Siswi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran
No Kelas Jumlah
1 Kelas XI IPA 1 36
2 Kelas XI IPA 2 38
3 Kelas XI IPA 3 38
4 Kelas XI IPA 4 38
5 Kelas XI IPS 1 32
6 Kelas XI IPS 2 34
7 Kelas XI IPS 3 33
Total Populasi 247
(45)
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Berdasarkan data yang diperoleh, makapeneliti menggunakan rumus Slovin dengan presisi 10% sebagai berikut: n= 2 1 Ne N Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e =kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.
Dari rumus diatas maka besar sampel yang diambil adalah:
n= 2 ) 1 , 0 ( 247 1 247 = 47 , 3 247 =71,18 =71
c. Teknik Penarikan Sampel
1. Sampling Stratifikasi Proporsional
Penggunaan teknuik ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan berdasarkan criteria tertentu sehingga setiap kelompok mempunyai anggota sampel yang relative homogen.
(46)
Sampel ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk dipilih sebagai sampel dengan rumus:
Sampel= N
xn n1
Keterangan:
n1= Jumlah populasi
n = Jumlah sampel secara keseluruhan N = Jumlah populasi
Tabel 2 sampel
Kelas Populasi Penarikan sampel sampel
Kelas IPA XI 1 36
=36 71 247
x
=10,348 10
Kelas IPA XI 2 38
=38 71 247
x
=10,923 11
Kelas IPA XI 3 38
=38 71 247
x
=10,923 11
Kealas IPA XI 4 38
=38 71 247
x
=10,923 11
Kelas IPS XI 1 32
= 9,198
247 71 32
x 9
Kelas IPS XI 2 34
= 9,773
247 71 34
x 10
Kelas IPS XI 3 33
= 9,485
247 71 33
x 9
(47)
2. Sampling Accidental
Sampling accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui dan cocok sebagai sumber data. Kecocokan yang dimaksud adalah sesuai dengan criteria responden yang telah dilakukan, yakni siswa/siswi kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
III.4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunnakan dua tehnik pengumpulan data yaitu:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang akan menjawab permasalahan dalam penelitian. Adapun cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Observasi: Pengamatan langsung kelapangan terutama didalam kegiatan belajar dan mengajar dikelas, situasi dan lokasi, keadaan fisik bangunan.
b. Wawancara: Menemui wakil kepala sekolah bagian HUMAS sebagai bahan penulisan Bab III.
c. Kuesioner: Pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden siswa/siswi. Kuesioner penelitian dibuat berdasarkan indicator dari variabel penelitian yang sebelumnya telah diuji coba untuk melihat validitas dan realibilitasnya (Hasil uji coba validitas dan reabilitas kuesioner terlampir).
(48)
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
III.5. Teknik Analisis Data a. AnalisisTabel Tunggal
Analisis tabel tunggal dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 2006:266).
b. Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang digunakan untuk mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah bersifat positif atau negative (Singarimbun, 2006:273).
III.6. Uji Hipotesis
Yaitu pengujian datastatistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan diantara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearmen (Spearmen’s Rho Rank-OrderCorrelations). Dalam teknik ini setiap data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar (diranking).
(49)
Rumus koefisien korelasinya (Kriyantono, 2008:176) adalah:
Rs =
1
6 1
2 2
N N
d
Keterangan:
Rs (rho) = koefisien korelasi rank-order Angka 1 = bilangan konstan
6 = bilangan konstan
d = perbedaan antara pasangan jenjang
∑ = sigma atau jumlah
N = jumlah individu dalam sampel
Spearmen Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.
Jika rs < 0, maka hipotesa ditolak
Jika rs > 0, maka hipotesa diterima
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford (Rakhmat, 2004:29):
< 0,20 = Hubungan rendah sekali; lemas sekali 0,20-0,40 = Hubungan rendah tetapi pasti
0,41-0,70 =Hubungan yang cukup berarti 0,71-0,90 = Hubungan yang tinggi; kuat
>0,90 = Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan
(50)
Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n > 10,digunakan rumus ttest tingkat signifikansi 0,05 (Kriyantono, 2008:177) sebagai berikut:
t= 2
1 2
r n
Keterangan:
t = nilai thitung
r = nilai koefisien korelasi n = jumlah sampel
jika thitung> ttable, maka hubungannya signifikan
(51)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan
Penelitian di lapangan akan membuktikan bahwa karya ilmiah yang dibuat oleh seorang peneliti adalah benar adanya dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
I. Tahap Awal
Tahap awal dalam penelitian ini dimulai dari penjajakan tempat penelitian yakni Sekolah Madrasah Aliyan Negeri Kisaran yang berlokasi di JL. Latsitarda Nusantara VIII Kisaran Timur. Tujuannya adalah untuk menemui kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) untuk memperoleh ijin melakukan penelitian disekolah tersebut. Kepala MAN menyambut baik maksud tersebut dan memberikan ijin dengan ketentuan tidak akan menganggu jam pelajaran siswa/siswi.
2. Pengumpulan Informasi dan Data
Pengumpulan informasi dan data dimulai pada 3 Mei 2010, penelitian turun kelapangan dengan membawa kuesioner yang telah dipersiapkan. Pengumpulan data diawali dengan uji coba kuesioner yang kemudian dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner yang telah diuji serta melakukan sedikit wawancara dengan beberapa guru guna menambah dan melengkapi data yang ada.
(52)
IV.2. Tahap Pengolahan Data
Sebuah penelitian yang objektif dan benar ditentukan oleh proses pengolahan data. Pengolahan data yang menjamin ketelitian dan kebenaran harus mengikuti tahapan sebagai berikut:
1. Klasifikasi Rau Data dan Penomoran
Kuesioner diklasifikasikan menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya, seperti jenis kelamin, usia, dan kelas. Karena respondennya berjumlah 71 orang, maka nomor urutnya adalah 01/71.
2. Editing
Tahapan selanjutnya adalah editing yaitu proses editing terhadap data yang berasal dari responden. Tujuannya adalah untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data kedalam kotak kode yang telah disediakan.
3. Coding
Proses pemindahan jawaban-jawaban dari para responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam kuesioner berupa bentuk angka (skor).
4. Inventarisasi Tabel
Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar Fortran Cobol (FC) kedalam tabel. Tabulasi ini terbagi atas tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekwensi, persentase, dan selanjutnya dianalisis.
(53)
5. Tabulasi Data
Kegiatan berikutnya adalah tabulasi data yang merupakan proses pemindahan variabel data dalam tabel data percobaan
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas ini dilakukan dengan cara membuat korelasi skor pada item dengan skor total itemnya. Uji reabilitas menggunakan teknik belah dua dimana data kuesioner dibagi menjadi item ganjil dan item genap dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas 30 item pertanyaan, yang valid dan reabel hanya 11 item.
Tabel 3
Hasil uji validitas untuk 30 item
Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)
Pernyataan Korelasi Pernyataan (rxy)
Item 1 -0.06434 Item 16 0.208964
Item 2 0.312736 Item 17 0.381525
Item 3 -0.16068 Item 18 0.170983
Item 4 0.414679 Item 19 0.08741
Item 5 0.190567 Item 20 0.268785
Item 6 -0.02531 Item 21 0.356907
Item 7 0.137743 Item 22 0.301372
Item 8 0.15658 Item 23 -0.22548
Item 9 0.540529 Item 24 0.220167
Item 10 0.352305 Item 25 0.375551
Item 11 0.310292 Item 26 0.105073
Item 12 0.268572 Item 27 -0.04708
(54)
Untuk hasil uji validitas dan reabilitas penelitian lebih detail dan jelas dilampirkan pada lampiran.
7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Spearman Rank karena data dalam penelitian adalah data ordinal, maka sesuai dengan korelasi Spearman Rank yang bekerja dengan data ordinal, berjenjang atau rangking.
IV.3. Penyajian dan Analisa Data
Penyajian data dan analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Data Observasi
Data Observasi ini meliputi data mengenai keadaan fisik atau bangunan dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran.
Jumlah ruang belajar
Jumlah ruang belajar/kelas sebanyak 21 lokal dengan kondisi baik. Dengan perincian. Tujuh kelas X (satu kelas unggulan), tujuh kelas XI (satu unggulan) dan tujuh kelas XII. Dilengkapi dengan meja dan kursi yang dicat berwarna coklat yang sangat layak pakai. Selain itu, terdapat taman-taman kecil disetiap depan kelas sehingga menambah keasrian dari sekolah MAN dan terdapat juga satu ruang kantor kepala, 1 kantor tata usaha dan satu ruang bimbingan konseling dengan joglonya.
(55)
Perpustakaan
Perpustakaan terdapat pada bangunan permanen terdiri dari ruang baca yang sekaligus merupakan ruang buku. Perpustakaan MAN Kisaran memiliki koleksi buku;
a. populer : novel, roman dan kumpulan cerpen b. ilmiah : sains dan agama
c. buku pelajaran terdiri atas ratusan judul yang dapat di pinjam dengan membawa pulang dan ada beberapa judul yang hanya boleh di baca di perpustakaan. Waktu buka perpustakaan dimulai jam 08.00 wib – 16.00 wib. Artinya perpustakaan MAN melayani siswa sampai sore hari.
d. buku-buku literatur lainnya.
Pada tahun 2008 Perpustakaan MAN Kisaran, melalui penilaian Team Perpustakaan Daerah Kabupaten Asahan menetapkan Perpustakaan MAN Kisaran merupakan Perpustakaan Terbaik Pertama untuk Tkt SLTA Kabupaten Asahan, ini berarti bahwa Perpustakaan MAN masih lebih baik dibanding dengan Perpustakaan yang dikelola SLTA lainnya (SMA N 1, SMA N 2, SMA N 3, SMA N 4, SMKN 1, SMK N 2 yang standar Internasional dan SLTA Lainnya di Kabupaten Asahan). Dengan harapan ke depan perpustakaan ini dapat berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan.
Pada tahun 2009 kembali Perpustakaan MAN Kisaran mengukir prestasi, melalui penilaian Team Perpustakaan Propinsi Sumatera
(56)
perpustaakaan tingkat SLTA sePropinsi Sumatera Utara. Hal ini menambah semangat bagi seluruh personil MAN Kisaran untuk lebih meningkatkan lagi mutu keberadaan Perpustakaan tersebut.
Laboratorium
Tabel.4
Keadaan Laboratorium
No Nama Lab Banyaknya Keterangan
1 Lab IPA 1 Modularkit SMA lengkap
2 Lab IPS 1
Dalam tahap pembenahan
3 Lab Komputer 1
Masih sangat sederhana
Sarana Olah Raga
Tabel.5 Sarana Olah Raga
No Nama Banyaknya Keterangan
1 Lapangan Bola Voli 1 Lengkap dengan bola dan netnya
2 Lapangan Tenis meja 2 Lengkap
3
Sarana Atletik : Lompat Jauh Lempar Cakram Tolak Peluru
1
Lengkap
Tahap pembenahan
4 Lapangan
Bulutangkis/takraw 1
Pusat latihan takraw Dispora Asahan
(57)
2. Data Guru
Dalam dunia pendidikan, peranan seorang guru sangat vital karena mereka sepenuhnya bertanggung jawab dalam mendidik para siswanya. Oleh sebab itu, diperlukan guru-guru yang berkualitas dalam proses belajar mengajar ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Jenis Kelamin
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa guru yang mengajar di sekolah MAN serta beberapa staf tata usaha lebih banyak perempuan daripada laki-laki.
Usia
Dari sebaran usia, guru yang mengajar di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran termasuk kedalam kategori usia produktif, energik dan bertanggung jawab.
Pendidikan
Ada sebanyak 55 guru pengajar yang latar belakang pendidikannya umumnya merupakan lulusan sarjana, baik Sarjana Pendidikan, Sosial, Agama dan Psikology dan satu guru tamatan Diploma.
Masa Kerja
Pada umumnya, para guru yang mengajar di sekolah MAN dengan masa kerja yang berkisar antara 1 s/d 10 tahun.
(58)
3. Data Responden
Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner terbagi atas tiga bagian yaitu:
I. Data umum responden
II. Komunikasi antarpribadi Guru III.Konsep diri siswa/siswi
Lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan tabel tunggal berikut ini:
I. Data umum responden
Data umum responden yang termasuk dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, usia, frekwensi kehadiran di sekolah, suku, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.
Penjelasan temuan data identitas responden akan diuraikan lebih rinci sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dilapangan atas jawaban responden, diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 71 orang terdiri atas 36 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa laki-laki dan perempuan di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran hampir sama rata. Hal ini cukup ideal untuk mengembangkan tingkah laku sosial tanpa adanya pengaruh dominan baik dari siswa perempuan atau laki-laki.
(59)
Tabel 6 Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Laki-laki 35 49.3 49.3 49.3 Perempuan 36 50.7 50.7 100.0 Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.01
Dari tabel 6 diatas maka diperoleh data yang menunjukkan bahwa dari 71 responden yang diteliti, 35 orang responden (49.3%) adalah berjenis kelamin perempuan dan selebihnya 36 responden (50.7%) laki-laki.
2. Tingkatan usia
Tingkatan usia dalam penelitian ini ditentukan oleh kelas responden. Pada umumnya siswa/siswi yang duduk di bangku kelas XI adalah siswa yang memiliki usia 15 s/d 17 tahun. Dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabeL
Tabel 7 Tingkatan Usia
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
17 tahun 31 43.7 43.7 43.7
16 tahun 34 47.9 47.9 91.5
(60)
Dari tabel 7 diatas maka diperoleh data usia responden dimana siswa yang berusia 15 tahun sebanyak 6 responden (8.5%), 16 tahun sebanya 34 responden (47.9%) dan yang berusia 17 tahun 31 responden (43.7%). Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia siswa/siswi Madrasah Aliyah Negeri Kisaran kelas XI adalah 16 s/d 17 tahun.
3. Frekwensi kehadiran di sekolah
Frekwensi kehadiran siswa/siswi di sekolah akan berdampak pada bagaimana cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya. Apabila ia selalu hadir, maka akan semakin mudah dia berinteraksi dengan teman-teman dan juga gurunya dan sebaliknya.
Tabel 8
Frekwensi kehadiran di sekolah
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Selalu 65 91.5 91.5 91.5
Sering 6 8.5 8.5 100.0
Jarang - - - -
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.03
Tabel 8 menunjukkan bahwa frekwensi kehadiran para responden cukup baik dengan 65 responden (91.5%) yang menyatakan selalu hadir dan sisanya 6 responden (8.5) menyatakan sering yang mungkin dapat disebabkan beberapa hal seperti sakit, izin, atau karena terlambat datang kesekolah. Peraturan sekolah MAN sendiri menetapkan bahwa seorang siswa hanya boleh terlambat paling lama 15 menit dan jika hal tersebut
(61)
dilanggar maka ia tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4. Suku bangsa
Asahan khususnya Kisaran merupakan kota yang penduduknya dihuni oleh berbagai macam suku seperti Batak, Jawa, Melayu dan lainnya. Siswa/siswi yang bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri pada umumnya adalah anak-anak yang tinggal dikota Kisaran dan sekitarnya sehingga mereka juga datang dari suku yang berbeda-beda pula. Namun hal tersebut bukan menjadi suatu penghalang bagi mereka untuk berkomunikasi atau berinteraksi satu sama lain. Karena mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar komunikasi.
Tabel 9 Suku Bangsa
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Jawa 43 60.6 60.6 60.6
Batak 22 31.0 31.0 91.5
Melayu 1 1.4 1.4 93.0
Lainnya 5 7.0 7.0 100.0
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.04
Tabel diatas menununjukkan siswa/siswi yang bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri Kisaran cukup heterogen, walaupun suku Jawa lebih mendominasi sebanyak 43 responden (60.6%) dan Batak 22 responden (31.0%) namun suku lainnya juga tetap ada, Melayu 1 orang (1.4%) dan lainnya 5 orang (7.0%).
(62)
5. Pendidikan orang tua
Orang tua memiliki peranan penting dibalik kesuksesan dan keberhasilan seorang anak. Pendidikan yang mereka miliki akan membuat pola pikir mereka berbeda dalam mendidik anak-anaknya.
Tabel 10
Pendidikan orang tua
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Tamatan D3,S1,S2 9 12.7 12.7 12.7 Tamatan SLTA 30 42.3 42.3 54.9 Tamatan SLTP 9 12.7 12.7 67.6 Tamatan SD 23 32.4 32.4 100.0 Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.05
Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua siswa/siswi MAN yang memiliki tamatan SD sebanyak 23 responden (32.4%), tamatan SLTP 9 responden (12.7%), SLTA 30 responden (42.3%) dan Diploma serta Sarjana 9 responden (12.7%). Data tersebut menunjukkan rata-rata pendidikan orang tua murid adalah SLTA.
6. Pekerjaan orang tua
Jenis pekerjaan orang tua dikelompokkan untuk melihat bagaimana tingkatan sosial kehidupan siswa/siswi MAN. Berdasarkan data yang ada, kebanyakan orang tua siswa bekerja sebagai pegawai swasta, lainnya (buruh, petani, pedagang dan lain-lain), pegawai negeri dan guru. Dilihat dari pejerjaan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa/siswi MAN rata-rata dari keluarga menengah kebawah.
(63)
Tabel 11 Pekerjaan orang tua
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Lainnya (buruh, pedagang,
petani) 27 38.0 38.0 38.0
Pegawai swasta 32 45.1 45.1 83.1
Guru 3 4.2 4.2 87.3
Pegawai Negeri 9 12.7 12.7 100.0
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.06
Tabel 11 diatas menunjukkan pekerjaan orang tua responden sebagai pegawai swasta sebanyak 32 orang (45.1%), lainnya seperti petani, buruh, pedagang 27 orang (38%), pegawai negeri 9 orang (12.7%) dan guru 3 orang (4.2%).
II. Komunikasi antarpribadi guru
Isi dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh guru meliputi: cara guru menyampaikan materi pelajaran, sikap guru dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi, metode yang digunakan dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi, kegiatan diskusi dan kegiatan guru dan siswa/siswi di luar kelas. Kegiatan-kegiatan tersebut harus diketahui karena kualitas dari komunikasi yang dilakukan akan berpenggaruh terhadap pembentukan konsep diri para siswa. Bagaimana peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru terhadap pembentukan konsep diri siswa/siswi dapat dilihat pada hasil yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Kuesioner yang disebarkan oleh peneliti
(64)
coba untuk melihat validitas dan reabilitasnya (hasil uji coba validitas dan reabilitas kuesioner terlampir). Dalam variabel pernyataan, peneliti menetapkan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Adapun indicator dan variabel dari kuesioner yang disebarkan adalah sebagai berikut:
1. Cara guru menyampaikan materi pelajaran
Setiap guru pasti memiliki cara-cara tersendiri dalam menyampaikan materi pelajarannya agar dapat diterima oleh para siswanya. Begitupula dengan guru-guru yang mengajar di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran. Mereka memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya saat materi pelajaran diberikan.
Tabel 12
Guru membuka sesi tanya jawab saat penyampaian materi pelajaran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Sangat setuju 26 36.6 36.6 36.6
Setuju 39 54.9 54.9 91.5
Kurang setuju 6 8.5 48.5 100.0
Tidak setuju - - -
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.07
Data dalam tabel menunjukkan 26 responden (36.6%) sangat setuju, 39 responden (54.9%) setuju ketika guru memberikan kesempatan tanya jawab saat penyampaian materi pelajaran dan 6 responden (8.5%) untuk jawaban kurang setuju. Dalam proses belajar mengajar, penjelasan yang terus-menerus dapat membuat para siswa merasakan kejenuhan karena disajikan dengan berbagai macam teori atau rumus. Pembelajaran
(65)
yang cendrung teoritis hanya akan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dan masih berpusat pada guru, juga menyebabkan tidak diperolehnya pengalaman untuk memahami konsep secara utuh oleh siswa. Data diatas menunjukkan bahwa guru selalu mebuka sesi tanya jawab saat
menyampaikan materi pelajaran.
2. Sikap guru dalam menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi
Kesulitan yang dialami para siswa dalam belajar dapat disebabkan berbagai hal, contohnya kurang konsentrasi dalam mendengarkan pelajaran atau guru yang menerangkan terlalu cepat sehingga siswa/siswi kurang memahami. Oleh sebab itu, perlu adanya sikap yang tegas dari seorang guru untuk menghadapi kesulitan belajar siswa/siswi.
Tabel 13
Guru mengajarkan secara pribadi siswa/siswi yang mengalami kesulitan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Tidak setuju 27 38.0 38.0 38.0 Kurang setuju 29 40.8 40.8 62.0
Setuju 15 21.1 21.1 100.0
Sangat setuju - - -
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.08
Tabel diatas menunjukkan 27 responden (38.0%) menyatakan tidak setuju, 29 responden (40.8%) kurang setuju jika para siswa mengalami kesulitan maka guru akan mengajarkan secara pribadi. Berdasarkan pemantauan peneliti dilapangan, pada umunya guru lebih suka menerangkan ulang sehingga tidak hanya siswa yang mengalami kesulitan saja yang
(66)
dan memperjelas tentang pelajaran tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri, menjelaskan secara pribadi akan berdampak lebih efektif atau sebaliknya, karena guru dan siswa langsung bertatap muka atau berdampingan sehingga siswa dapat lebih jelas dan lebih terbuka. Namun, bila siswa memiliki kepribadian yang tertutup, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Para siswa akan merasa canggung jika berdekatan dengan guru dan sulit untuk terbuka sehingga usaha guru pun menjadi sia-sia. Akan tetapi, ada juga 15 responden (21.1%) yang menyatakan setuju dengan menerangkan secara pribadi.
3. Metode dalam menghadapi kesulitan belajar siswa
Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini sangat pesat, banyak cara ataupun metode-metode belajar yang dapat digunakan untuk mempermudah para siswa dalam belajar, seperti metode SQ4R, Quantum (Quantum learning;Quantum Teaching), SURVEY dan masih banyak lagi yang lainnya. Metode-metode tersebut pada dasarnya memberikan kemudahan dan membantu para siswa untuk lebih mudah memahami pelajaran.
Tabel 14
Menerapkan metode belajar cepat
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Sangat setuju 11 15.5 15.5 15.5
Setuju 42 59.2 56.8 74.6
Kurang setuju 15 21.1 21.1 95.8
Tidak setuju 3 4.2 4.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Sumber: FC.09
Tabel diatas menunjukkan bahwa 11 responden (15.5%) menyatakan sangat setuju dan 42 responden (59.2%) setuju dengan penerapan metode belajar
(1)
Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 2006.
Metode Penelitian Survei
. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia..
Sugiono, 2003.
Metode Penelitian Administrasi
. Bandung: Alfabeta.
Sumber lain:
http://ilmupsikologi.wordpress.com/jenis-jenis-konsep-diri/2010/01/15.
http://ilmupsikologi.wordpress.com/pengertian-konsep-diri/2010/01/15.
http://khairuddinhsb.wordpress.com/konsep-diri/2010/03/30.
(2)
KUESIONER
Peranan Komunikasi Antarpribadi Terhadap Pembentukan Konsep Diri
Sisw/Siswi Di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kisaran
Petunjuk pengisian kuesioner,
2.
Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan
3.
Berilah tanda “X” pada jawaban yang paling sesuai menurut anda
4.
Kotak kode yang berada disebelah kanan pertanyaan mohon supaya tidak
diisi.
5.
Peneliti sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab jujur
6.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Identitas Responden (siswa/siswi)
1. Jenis kelamin :
2. Usia :………..tahun
3. Frekwensi kehadiran disekolah
1.selalu
2.sering
3. jarang
4.
Suku
1.
Jawa
2.
Batak
3.
Aceh
(3)
5.
Pendidikan orang tua
1.
tamat SD
2.
tamat SLTP
3.
tamatSLTA
4.
tamat D3,S1, S2
6.
Pekerjaan orang tua
2.
Pegawai Negeri
3.
Guru
4.
Wiraswasta/Pegawai Swasta
5.
………
Daftar Kuesioner Komunikasi Antar Pribadi
Berilah tanda checklist(√) pada kolom yang disediakan untuk jawaban yang sesuai
dengan pilihan anda.
1. Guru membuka sesi tanya jawab saat penyampaian materi
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 2. Guru mengajarkan secara pribadi bagi siswa/siswi yang menemukan kesulitan
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 3. Guru menerapkan metode belajar cepat (SQ4R, Quantum leraning;Quantum
Teaching dan lainnya) dalam menghadapi kesulitan belajar siswa.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 4. Guru menetapkan sanksi bagi siswa/siswi yang tidak bertanya saat diskusi.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 5. Guru memberikan kebebasan bertanya pada siswa saat diskusi.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 6. Guru memonitor dan terjun langsung bersama para siswa saat bergotong royong.
(4)
Daftar Kuesioner untuk Konsep diri
Berilah tanda checklist(√) pada kolom yang disediakan untuk jawaban yang sesuai
dengan pilihan anda.
1. Tanya jawab saat pelajaran berlangsung membangkitkan minat belajar siswa/siswi.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 2. Siswa/siswi (kamu) diam saja saat menemukan kesulitan.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 3. Siswa/siswi (kamu) mampu mengerjakan soal-soal latihan baik dari LKS atau
buku tanpa bantuan orang lain.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 4. Siswa/siswi (kamu) masih ragu untuk mengeluarkan pendapat saat diskusi.
sangat setuju( ) setuju( ) kurang setuju( ) tidak setuju( ) 5. Siswa/siswi (kamu) lebih memilih duduk-duduk dikantin dari pada bergotong
royong dengan temanmu.
(5)
NO
Responden
Variabel
X
Variabel
Y
1 13 14
2 14 15
3 13 15
4 14 14
5 13 12
6 12 13
7 13 14
8 13 15
9 17 14
10 16 15
11 14 12
12 15 16
13 12 14
14 13 15
15 12 14
16 17 15
17 16 14
18 14 14
19 17 15
20 17 19
21 13 15
22 14 15
23 16 14
24 16 15
25 15 16
26 12 10
27 12 13
28 15 16
29 15 16
30 13 15
31 13 15
32 15 13
33 13 13
34 13 13
35 16 14
36 16 16
37 15 14
38 16 17
39 16 15
40 14 15
(6)
42 17 15
43 14 13
44 16 14
45 12 14
46 13 15
47 14 13
48 15 14
49 13 12
50 14 15
51 15 13
52 15 15
53 16 14
54 15 17
55 14 12
56 15 13
57 16 15
58 15 13
59 17 15
60 15 15
61 17 16
62 14 13
63 14 12
64 17 15
65 18 16
66 13 13
67 16 14
68 15 14
69 16 17
70 14 12