DAMPAK KOMITMEN ORGANISASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH, AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)

(1)

(Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)

THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,

PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE

(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area)

Oleh

DESY AMALIA CANDRAKUSUMA 20130420115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

(Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)

THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,

PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE

(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

DESY AMALIA CANDRAKUSUMA 20130420115

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Nama : Desy Amalia Candrakusuma Nomor Mahasiswa : 20130420115

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “DAMPAK KOMITMEN ORGANISASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH,

AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI ANGGARAN DAN

KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 18 Desember 2016


(4)

iii

demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (Q.S: Al Baqarah ayat 45)

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa” (Desy Amalia Candrakusuma)

“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali apabila kaum tersebut berubah untuk merubahnya” (Q.S : Ar-Ra’d ayat 11)

“Jangan pernah takut akan rintangan lalu menyerah. Sebaiknya, kamu bangkit dan percaya akan kemampuanmu karena rintangan bukanlah suatu penghalang

yang patut untuk ditakuti” (Desy Amalia Candrakusuma)

“Jangan pernah menyesal dengan hasil yang tidak kita ingikan karena tidak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita” (Desy Amalia

Candrakusuma)

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Allah SWT (Q.S:

Al-Insyirah ayat 6-8)

Jangan menanti hingga situasi sempurna. Situasi demikian takkan pernah ada. Anda harus mengharapkan rintangan dan kesulitan di masa depan.


(5)

iv

dari Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala rangkaian perjuangan yang saya lalui di dalam menjalankan perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

 Untuk keluarga Kembar Kusuma, yaitu orang tua saya Ayah Suwandi, Ibu Pundyowatik, kakak dan adik-adik saya Hastutik, Luthfi Candra, Aprillia Wulandari, Audina, Ghaida serta Ghania yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Untuk kakek dan nenek saya, yaitu Simbah Hadi, Simbah Radiyo dan Simbah Surip yang sudah memberikan dukungan dan doa kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Terimakasih kepada dosen pembimbing saya Bapak Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si yang telah membimbing saya, memberikan saran dan memberikan motivasi kepada saya dalam penyusunan skripsi ini

 Terimakasih kepada seluruh dosen Akuntansi yang tidak mungkin dilupakan, khususnya Ibu Ietje Nazaruddin, Bapak Suryo Pratolo, Bapak Afrizal Tahar, Bapak Emile Satia, Bapak Wahyu Manohara, Ibu Erni Suryandari, Ibu Arum Indrasari, Ibu Evi Rahman Utami, Ibu Evi Rahmawati, Ibu Sri Budi R dan dosen-dosen lainnya yang sangat berjasa dalam memberikan ilmu, dukungan dan saran dalam perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

v

Apriyati Amrih, Citra Fathika, Tyas Dwi W, Pramudita Probosiwi, Mellyanda Febrina, Shipa Fauziah, Reni Larasati, Lady Ayu, Rahma Dwi Y, Isfan Pratama, Setiawan, Tri Dana Pamungkas, Desi Ismayani dan teman-teman saya lainnya.

 Untuk teman seperjuangan saya dalam mengerjakan skripsi, yaitu Ana, Tyas dan Raka yang saling menguatkan, mendukung dan memberi saran.

 Untuk HOME yaitu Miss Kiki, Wulan, Mbak Vivi, Rima, Andreano, Haikal, Aditya, Dimas, Ditya, Yoga, Cua, Mbak Anes, Aka, Ilya, Tyo, Faqih yang selalu menguatkan dan saling mendukung.

 Untuk HIMA, khususnya DPPM periode 2015-2016.  Semua rekan-rekan angkatan 2013 Akuntansi UMY

 Tidak lupa terimakasih untuk semua pihak yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu.


(7)

vi

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “DAMPAK KOMITMEN ORGANISASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH, AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi UMY. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya. Berbagai macam pencarian, gagasan, ide, berfikir sampai pada akhirnya menemukan titik temu adalah proses panjang dari penyusunan skripsi ini. Semua ini dilakukan bukan hanya untuk menyelesaikan skripsi dalam bentuk fisik saja, tetapi lebih untuk menjawab segala pertanyaan yang berkembang dalam konsep dan teori yang menjadi acuan dalam topik penelitian. Dengan demikian, penyusunan skripsi tidak hanya terbatas sebagai syarat kelulusan saja, tetapi juga untuk memenuhi jangkauan maupun kualitas sebagai kepuasan berkarya.


(8)

vii

1. Kedua orangtua saya, yaitu Suwandi, Pundyowatik dan Keluarga besar Kembar Kusuma yang dengan penuh kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan nasehat untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

3. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., CA., Ak. selaku Kepala Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan, bimbingan dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Andan Yunianto, S.E., M.Sc., CA., Ak. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan penuh kesabaran memberikan motivasi dan dukungan bagi peneliti dalam menjalankan perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Bapak dan Ibu Dosen, staf serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama kuliah.


(9)

viii

sehingga saran dan kritik sangat di harapkan bagi penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta,


(10)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 12

A. Landasan Teori ... 12

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 25


(11)

x

B. Jenis Data ... 39

C. Teknik Pengambilan Sampel... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 46

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 52

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 59

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 67

D. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Keterbatasan penelitian ... 85

C. Saran ... 88

D. Implikasi ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xi

Tabel 4.2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.3 Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 55

Tabel 4.4 Responden berdasarkan Jabatan... 56

Tabel 4.5 Responden berdasarkan Lama Bekerja ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kinerja Manajaerial... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Publik ... 62

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Partisipasi Anggaran ... 63

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Kejelasan Sasaran Anggaran ... 63

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas ... 65

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinearitas... 66

Tabel 4.16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 67

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 68

Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ... 70

Tabel 4.19 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 71


(13)

xii

Tahun 2013-2015 ... 6 Gamber 2.1 Metode Penelitian ... 38


(14)

(15)

KINERJA MANAJERIAL (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)

THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,

PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE

'I

(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area) Diajukan oleh

DESY AMALIA CANDRAKUSUMA 20130420115

Skripsi ini telah Djpertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguj i Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Y ogyakarta

セ@

-z

'::l

セ@

Tanggall7 Desember 2016 Yang terdiri dari

....____ セセMNMML@ -.:-cv- -v-(..../ ... N⦅セN⦅NNNL⦅NLBゥゥN@ f

Dr. Bambang Jatmiko, M.Si

セ ・エオ。@ Tim Penguji

セ@

.:e

セ@

,

Emile Satia Darma, S.E ., M.Si., Ak., CA Anggota Tim Penguji

Dra.

セセ

Z@

M.Buss., Ak.,CA Anggota Tim Penguji


(16)

KINERJA MANAJERIAL (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)

THE IMPACT OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT, INTERNAL CONTROL SYSTEM OF GOVERNMENT, PUBLIC ACCOUNTABILITY,

PARTICIPATION BUDGET AND BUDGET GOAL CLARITY ON MANAGERIAL PERFORMANCE

(Survey of Sragen Regency Work Unit Device Area)

:\

セ\ZL@

M U

hMTセ@

セGf@

セ@

DセセセセN@

t,

_:::.

MセセMセ@

Dtajukan oleh :..._

:<

DESY AMALIA CANDRAKUSUMA ,

20130420115

セ@ セ|BN@ I _::/

'-L

._,...)-: セ@ "' ' T

gyakセセG|セ@

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Bambang Jatmiko, SE., M.Si. NllC: 19650106201210143092

Tanggal, 02 Desember 2016


(17)

viii

perangkat daerah Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan adanya kriteria atau pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah pejabat struktural eselon tingkat tiga dan eselon tingkat empat yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian pada SKPD Kabupaten Sragen yang berjumlah 104 responden. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Data yang dikumpulkan dianalisis terlebih dahulu dengan pengujian kualitas instrumen dan data kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan alat uji SPSS versi 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Namun, akuntabilitas publik dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dengan cakupan yang lebih luas, sehingga akan dapat meningkatkan generalisasi kesimpulan hasil penelitian.

Kata Kunci: Komitmen Organisasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Akuntabilitas Publik, Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah


(18)

ix

Sragen. This study uses survey research. The sampling technique in this research is done by purposive sampling with Reviews their specific criteria or considerations. The sample in this study is a structural official echelon echelon level three and level four roomates consisted of the secretariat / secretary, the head of the field / section, the level of the head, as well as the head subfield / subsections at SKPD Sragen totaling 104 respondents. The type of the data used in this study are primary data. The technique of collecting the data using questionnaires. Testing the hypothesis in this study using multiple regression test with t test, F test and the coefficient of determination. Data were collected and Analyzed in advance by testing the quality of the instrument and the data is then testing hypotheses by means of SPSS version 22. Results of this study indicate that organizational commitment, the internal control system of government and budget goal clarity positive effect on managerial performance in the local work unit, However, public accountability and participation budget does not Affect the performance of managerial work unit area. Advice can be given in this research that should use a larger sample with wider coverage, so it will be Able to Increase the generalizability conclusion of the study.

Keywords: Organizational Commitment, Internal Control System of the Government, Public Accountability, Participation Budget, Budget Targets Clarity and Managerial Performance on SKPD


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) maka setiap pemerintah diharuskan untuk memiliki sistem pemerintahan yang baik (good governance). Perwujudan dari sistem pemerintahan yang baik dapat melalui kebijakan-kebijakan yang melindungi hak dasar warga negara serta menyejahterakan kehidupan masyarakat. Hal tersebut dalam prespektif al fiqh as-siyasi didasarkan pada kaidah fiqih “tashorrus al-imam ‘ala ar-ra’yyah manuth bi a-mushlahah” bahwa kebijakan

pemerintah kepada warga negaranya harus diorientasikan pada kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah juga dituntut untuk senantiasa memberikan pertanggungjawaban secara transparan kepada masyarakat dan tidak melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat. Hal tersebut merujuk pada Al-Quran surah Albaqarah (188) yang berbunyi:

Artinya “dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain

diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa


(20)

(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagiaan daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

mengetahuinya” (www.google.com).

Pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengelola daerahnya sendiri, begitu pula dalam hal penyusunan anggaran. Sujarweni (2015) menyatakan bahwa dalam sektor publik anggaran merupakan suatu pertanggungjawaban yang berasal dari manajemen organisasi untuk memberikan informasi mengenai kegiatan dan aktivitas organisasi kepada pemilik organisasi atas pengelolaan dana publik serta pelaksanaan yang berupa rencana-rencana program yang didanai oleh dana publik.

Anggaran dalam pemerintah dibagi menjadi 2 yaitu APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Sujarweni (2015) menyatakan bahwa APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), sedangkan APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). APBD dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik sesuai tujuan otonomi daerah yang nyata, bertanggung jawab, dan luas. Pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Pemerintah dalam menyusun anggaran diharuskan untuk mempunyai kinerja yang berorientasi pada kepentingan publik dengan adanya pembagian tugas yang sesuai dengan bidangnya dan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat agar tujuan pemerintah dapat tercapai. Peran manajerial dalam


(21)

hal meningkatkan kinerja pemerintah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat sangat diperlukan guna tercapainya pemerintahan yang baik.

Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Dalam suatu organisasi, pengukuran kinerja sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan evaluasi. Pengukuran kinerja merupakan proses penilaian mengenai kemajuan pekerjaan dengan sasaran dan tujuan yang pada awalnya telah ditentukan termasuk informasi mengenai perbandingan hasil kerja dan rencana kerja, efisiensi pemanfaatan sumber daya dalam menciptakan output berkualitas dan menunjukkan adanya tindakan dalam mencapai tujuan secara efektif (Adamy, 2010).

Kinerja pemerintah didasarkan pada kinerja manajerial pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Kinerja manajerial pada SKPD dapat dilihat dari kemampuan atau keberhasilan manajer pada SKPD dalam melaksanakan kegiatan atau programnya guna mencapai tujuan pemerintah. SKPD merupakan pelaksana suatu kegiatan yang harus berkoordinasi dan bertanggung jawab dalam mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif. SKPD dalam pemerintah menjadi dasar perencanaan, pengendalian anggaran dan penilaian kinerja pada unit yang bersangkutan. Oleh karena itu, SKPD dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dituntut untuk mempunyai kinerja positif yang berorientasi pada kepentingan masyarakat (Hazmi dkk, 2012).


(22)

Komitmen organisasi adalah tingkat sejauh mana seorang pegawai memihak dan mengutamakan kepentingan organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Adanya komitmen organisasi dalam pemerintah akan meningkatkan tanggung jawab manajerial dalam mencapai tujuan pemerintah. Putri (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan mendorong para pegawai untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja organisasinya dan mencapai tujuan organisasi.

Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan keyakinan bagi manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menyatakan bahwa apabila tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai maka dengan demikian akan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 sistem pengendalian intern dikenal dengan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) yang diselenggarakan di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara keseluruhan. Afrida (2013) menyatakan bahwa SPIP sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja manajerial pada pemerintah daerah menjadi lebih baik.

Akuntabilitas dalam sektor publik akan mampu menjawab kekhawatiran pengguna informasi dan para stakeholder. Akuntabilitas publik merupakan prinsip pertanggungjawaban yang dari proses awal hingga pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada publik (Hazmi dkk, 2012). Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa publik mempunyai hak terhadap


(23)

penggunaan dana yang berasal dari publik dan berhak untuk meminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan atau rencana anggaran. Adanya akuntabilitas publik, maka publik akan dapat mengetahui penggunaan anggaran yang berasal dari masyarakat tersebut (Hazmi dkk, 2012). Oleh karena itu, manajerial akan bertanggung jawab dan berusaha untuk melakukan perencanaan yang lebih baik dengan cara selalu meningkatkan kinerja manajerialnya.

Partisipasi anggaran memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja manajerial pada pemerintah karena manajer tingkat bawah dan tingkat menengah pada pemerintah ikut terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Oleh karena itu, manajer pada tingkat menengah dan tingkat bawah akan berusaha untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan memiliki tanggung jawab yang tinggi supaya tujuan dalam penyusunan anggaran dapat mudah tercapai. Sari, dkk (2014) menyatakan bahwa partisipasi anggaran yang semakin baik dalam pemerintah akan menyebabkan kinerja manajerial pada pemerintah daerah akan semakin baik pula.

Adanya kejelasan sasaran anggaran akan dapat membantu pemerintah dalam pencapaian sasaran anggaran dan melakukan perencanaan anggaran dengan baik. Anggaran akan lebih mudah untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan apabila manajemen menentukan sasaran anggaran dengan jelas (Hazmi dkk, 2012). Oleh karena itu, dengan mengetahui sasaran anggaran yang jelas maka manajerial akan termotivasi untuk meningkatkan


(24)

kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab supaya tujuan sasaran anggaran dapat dengan mudah tercapai.

Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen menyatakan bahwa misi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yaitu:

“Mewujudkan Sragen ASRI bebas korupsi sebagai perwujudan reformasi

birokrasi yang sungguh-sungguh atas kebekuan birokrasi menuju manajerial yang bersih berorientasi kepada pelayanan publik serta penggunaan anggaran

yang pro rakyat” (www.sragenkab.go.id).

Dilihat dari misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dituntut untuk mempunyai kinerja yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, kepentingan masyarakat dengan adanya pembagian tugas yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab serta dituntut untuk mencapai kinerja manajerial yang bersih dan bebas

korupsi.

Sumber : www.sragenkab.go.id Data diolah kembali oleh peneliti

Gambar 1.1

Data Jumlah Pejabat Struktural Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen pada Tahun 2013-2015


(25)

Berdasarkan Gambar 1.1 adanya kenaikan jumlah pejabat struktural Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dapat mengakibatkan adanya persaingan kerja dalam mendapatkan posisi dan jabatan. Oleh karena itu, setiap manajer dalam pemerintah daerah harus meningkatkan kinerja manajerialnya dengan memberikan pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, memiliki komitmen organisasi yang tinggi, loyalitas, jujur dan bertanggung jawab supaya mendapatkan posisi dan jabatan yang diinginkan serta dapat memberikan hasil kerja yang baik bagi pemerintah dan masyarakat.

Namun, dalam hal ini masih saja ditemukan beberapa kasus yang terjadi terkait dengan kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Sragen. Suwarni (2013) menyatakan bahwa Kejati Jateng (Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah) kembali melanjutkan pemeriksaan kasus korupsi Kasda (Kas Daerah) APBD Kabupaten Sragen yang menjerat mantan BPKD (Kepala Badan Pengelolaan Keuangan) Daerah Sragen senilai Rp 11,2 miliar. Selain itu, Pratomo (2014) menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat kasus korupsi Bansos (Bantuan Sosial) senilai Rp 2,173 miliar yang menjerat mantan FORKOS (Forum Komunikasi Organisasi Kepemudaan Sragen).

Pada dasarnya penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Sari,dkk

(2014) “Pengaruh Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi

Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi

Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng)” dengan

menambah variabel independen yaitu komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern pemerintah. Obyek penelitian yang akan dilakukan


(26)

berbeda dengan penelitian Sari, dkk (2014) yaitu penelitian ini akan dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah, sedangkan penelitian Sari, dkk (2014) dilakukan di Pemerintah Kabupaten Buleleng. Selain itu, waktu penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian Sari, dkk (2014) karena penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2016, sedangkan penelitian Sari, dkk (2014) dilakukan pada tahun 2014.

Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Komitmen Organisasi, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Akuntabilitas Publik, Partisipasi Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial (Survei pada SKPD Kabupaten Sragen)”.

B.Batasan Masalah Penelitian

Sampel dalam penelitan ini merupakan sebagian pejabat struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian. SKPD dalam penelitian ini terdiri dari seluruh dinas dan badan di Kabupaten Sragen selaku unit yang secara langsung memberikan pelayanan kepada publik dan merupakan unit yang berfungsi memberikan dukungan kepada unit-unit lain untuk hal-hal yang bersifat strategis.


(27)

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?

2. Apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?

3. Apakah akuntabilitas publik berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?

4. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?

5. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis apakah komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.

2. Untuk menguji dan menganalisis apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.


(28)

3. Untuk menguji dan menganalisis apakah akuntabilitas publik berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. 4. Untuk menguji dan menganalisis apakah partisipasi anggaran berpengaruh

positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. 5. Untuk menguji dan menganalisis apakah kejelasan sasaran anggaran

berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat di ambil dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bidang Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan dan pengembangan ilmu mengenai akuntansi sektor publik, khususnya mengenai dampak komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas publik, partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Sragen.

2. Bagi Bidang Praktis

a. Bagi instansi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan, khususnya untuk bidang sektor publik yang berkaitan dengan kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Sragen.


(29)

b. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi investor dalam hal pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dan program, khususnya berkaitan dengan kinerja manajerial pada SKPD Kabupaten Sragen.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi masyarakat bagaimana kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, khusunya pada SKPD Kabupaten Sragen.

d. Bagi perguruan tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah suatu bukti empiris dan literatur dalam bidang akuntansi sektor publik, khususnya mengenai kinerja manajerial pada SKPD.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Medina (2012) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan

agent, dimana salah satu pihak (principal) memberikan kewenangan dan tanggung jawabnya kepada pihak lain (agent) untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan principal. Dalam pemerintah, masyarakat (principal) memberikan amanah kepada pemerintah (agent) untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sebagai pihak agent dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat harus memiliki kinerja pemerintahan yang baik. Pemerintahan yang baik dapat diwujudkan melalui kinerja manajerial yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik.

Hubungan agency dalam sektor publik dapat memunculkan agency problem yang berupa asimetri informasi dan konflik kepentingan antara pemerintah dengan masyarakat. Asimetri informasi dapat terjadi apabila pemerintah daerah mempunyai informasi mengenai pemerintah yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat, sedangkan konflik kepentingan


(31)

dapat terjadi apabila seorang manajer pada pemerintah menyalahgunakan wewenang dalam pengambilan keputusan yang hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja. Konflik kepentingan berhubungan dengan aspek kepercayaan karena dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Adanya asimetri informasi dan konflik kepentingan akan menimbulkan celah awal terjadinya korupsi. Pemerintah yang ingin mengurangi adanya

agency problem maka harus menggunakan informasi yang dimilikinya dengan baik serta tidak melakukan penyalahgunaan wewenang. Seorang manajer yang menggunakan informasinya dengan baik dan tidak menyalahgunakan wewenang harus memiliki kinerja manajerial yang baik dengan cara memberikan pelayanan publik, menyejahterakan kehidupan masyarakat, mempertanggungjawabkan, menyajikan, dan melaporkan segala informasi, pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dana publik kepada masyarakat. Adanya kinerja manajerial yang baik akan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sehingga tujuan pemerintah akan mudah tercapai.

2. Kinerja Manajerial

Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Kinerja biasanya digunakan sebagai alat untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu manajer dalam mencapai tujuannya. Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa salah


(32)

satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas organisasional yaitu dengan adanya kinerja manajerial.

Putri (2013) menyatakan bahwa dalam kinerja manajerial terdapat delapan indikator yang meliputi:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menentukan tujuan, tindakan, sikap, kebijakan, perilaku, penganggaran, pemograman, penjadwalan kerja dan perencanaan.

b. Investigasi

Investigasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menyiapkan dan mengumpulkan informasi guna menganalisis pekerjaan.

c. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk saling bertukar informasi atau berdiskusi dengan divisi lain guna menyesuaikan, mengaitkan, menyamakan, dan memberitahukan divisi lain.

d. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menilai dan mengukur keputusan yang akan diambil, kinerja yang dilaporkan atau diamati, penilaian pegawai dan penilaian laporan keuangan.


(33)

e. Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk hal mengarahkan, memimpin, membimbing, serta menjelaskan segala peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi

f. Pemilihan staf

Pemilihan staf merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menetapkan pegawai, merekrut pegawai, memutasi pegawai, mempromosikan pegawai, dan mempertahankan angkatan kerja dibagiannya.

g. Negosiasi

Negosiasi merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk melakukan suatu kontrak perjanjian antara pihak satu dengan pihak lainnya.

h. Perwakilan

Perwakilan merupakan suatu kemampuan yang digunakan untuk menghadiri pertemuan dalam suatu kegiatan.

3. Komitmen Organisasi

Robbins (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan mengutamakan kepentingan suatu organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadi yang bertujuan untuk memelihara keanggotaan dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang mempunyai komitmen organisasi akan menggunakan informasi yang dimilikinya dalam menyusun anggaran dengan jelas.


(34)

Manajer yang menggunakan infrormasi yang dimilikinya dengan jelas akan meningkatkan kinerja manajerialnya dengan mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap informasi yang dimilikinya sehingga tujuan dari anggaran dan tujuan pemerintah dapat mudah tercapai.

Komitmen organisasi akan dapat diciptakan dalam diri masing-masing manajer apabila setiap manajer mampu menciptakan tiga sikap yang saling berhubungan dengan organisasi dan profesinya (Mowday et al., 1984). Tiga sikap tersebut meliputi:

a. Identifikasi (Identification)

Identifikasi merupakan suatu penghayatan atau pemahaman manajer terhadap tujuan organisasi

b. Keterlibatan (Involvement)

Keterlibatan merupakan suatu perasaan yang dirasakan oleh manajer bahwa pekerjaan yang dilakukan menyenangkan dan manajer mempunyai perasaan untuk ikut terlibat dalam suatu pekerjaan

c. Loyalitas (Loyality)

Loyalitas merupakan suatu perasaan yang di rasakan oleh manajer bahwa organisasi merupakan tempat dimana manajer bekerja dan tinggal.

Budiharjo (2008) menyatakan bahwa manajer pada organisasi yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan memiliki ciri-ciri komitmen pada pekerjaan, ciri-ciri komitmen dalam kelompok dan ciri-ciri komitmen


(35)

pada organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai ciri-ciri manajer memiliki komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut:

a. Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan

Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada pekerjaan, yaitu menyukai pekerjaannya, mempunyai konsentrasi yang tinggi dalam bekerja, tidak pernah melihat jam karena ingin segera pulang, dan walaupun tidak sedang bekerja tetap memikirkan pekerjaannya.

b. Ciri-ciri komitmen dalam kelompok

Ciri-ciri manajer memiliki komitmen dalam kelompok, yaitu berusaha untuk menolong rekan kerjanya, berusaha untuk berinteraksi dengan rekan kerjanya, berusaha untuk memperhatikan bagaimana orang lain sedang bekerja, memperlakukan rekan kerjanya sebagai keluarga, berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan rekan kerjanya, dan berusaha terbuka dengan rekan kerja baru.

c. Ciri-ciri komitmen pada organisasi

Ciri-ciri manajer memiliki komitmen pada organisasinya, yaitu berusaha untuk menyukseskan organisasi, memberikan perhatian terhadap hubungan kerja antar setiap unit organisasi, berusaha untuk mencari informasi mengenai kondisi organisasi, tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih unggul dan menarik, menempatkan prioritas organisasi diatas departemennya, terdapat keyakinan bahwa organisasinya mempunyai harapan untuk selalu berkembang.


(36)

Komitmen organisasi memiliki 3 indikator (Mowday et al., 1984). Tiga indikator komitmen organisasi terdiri dari:

a. Komitmen afektif (affective commitment)

Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada seberapa baik perasaan manajer mengenai organisasinya. Komitmen jenis ini muncul dengan adanya dorongan keamanan, kenyamanan, dan adanya manfaat lain yang tidak diperoleh manajer di organisasi lain.

b. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment)

Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada biaya yang dikeluarkan (sosial, ekonomi, dan hubungan status) jika ia meninggalkan organisasi. Komitmen jenis ini muncul apabila manajer cenderung memiliki komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan akibat keluar dari organisasi semakin tinggi.

c. Komitmen normative (normativecommitment)

Tingkat keterikatan manajer secara psikologis pada organisasi yang didasarkan pada kewajiban moral untuk memlihara hubungan dengan organisasi atas tugas yang diberikan kepadanya. Komitmen jenis ini muncul dengan adanya kewajiban moral yang mana manajer akan merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang baik untuk organisasi. Hal ini dapat berasal dari etika kerja dan budaya individual


(37)

yang dapat menyebabkan mereka wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi.

4. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) merupakan suatu proses yang dirancang oleh manajemen pemerintah untuk mendukung pencapaian tujuan pemerintah. Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan keyakinan bagi manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Apabila manajer memiliki keyakinan dan kepastian, maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, pemerintah akan dapat memperbaiki kinerja pemerintahannya.

Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa dalam pengendalian intern terdapat lima indikator yang meliputi:

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan dan kebijakan yang dapat mencerminkan atau menggambarkan keseluruhan tindakan dari manajemen puncak secara keseluruhan mengenai pengendalian intern. b. Penilaian risiko

Penilaian risiko merupakan sikap manajemen yang digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi


(38)

c. Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan sikap manajemen yang digunakan untuk memastikan bahwa sikap dan perilaku yang diperlukan telah dilakukan untuk mengatasi risiko dalam pencapaian sasaran suatu organisasi atau pemerintahan.

d. Komunikasi dan informasi

Sistem komunikasi dan informasi bertujuan untuk mencatatat, memulai, memproses, melaporkan transaksi yang dilakukan dan bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas aktiva yang terkait.

e. Pemantauan

Pemantauan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan penilaian berkelanjutan atau berkala dari kualitas prestasi pengendalian internal oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian telah beroperasi sesuai dengan yang diharapkan dan telah di perbarui sesuai dengan perubahan kondisi yang terjadi.

5. Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik merupakan prinsip pertanggungjawaban yang dari proses awal sampai dengan pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan kepada publik. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik merupakan suatu kewajiban pihak agent memberikan pertanggungjawaban, mengungkapkan, menyajikan, dan melaporkan semua kegiatan dan aktivitas yang terjadi kepada pihak principal yang mempunyai wewenang serta hak untuk meminta pertanggungjawaban.


(39)

Setiap pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawabnya atas penggunaan anggaran yang berasal dari publik dalam bentuk penyajian informasi keuangan. Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa pelaporan keuangan pemerintah hanya menekankan pada pertanggungjawaban atas sumber daya yang diperoleh apakah sudah digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas publik pada pemerintah dapat dinilai dari laporan keuangan pemerintah (Mardiasmo, 2002). Akuntabilitas publik dalam pemerintah akan membantu pemerintah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dengan adanya kepercayaan dari masyarakat akan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pemerintah. Harapan manajer dalam mendapatkan kepercayaan dari masyarakat akan memotivasi setiap manajer untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan cara menyelenggarakan kegiatan dan menyusun anggaran dengan sebaik mungkin. Selain itu, manajer juga akan memberikan pertanggungjawaban, melaporkan dan menyajikan pelaksanaan kegiatan, serta penggunaan dana publik.

Putra (2013) menyatakan bahwa akuntabilitas publik pada pemerintahan terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Akuntabilitas vertikal

Akuntabilitas vertical merupakan suatu pertanggungjawaban otoritas yang lebih rendah kepada otoritas yang lebih tinggi mengenai pengelolaan dana, seperti pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada


(40)

MPR, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pertanggungjawaban unit-unit kerja kepada pemerintah daerah. b. Akuntabilitas horizontal

Akuntabilitas horizontal merupakan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat luas. Elwood (1993) menyatakan bahwa terdapat empat indikator akuntabilitas publik yang harus dipenuhi oleh pemerintah, yaitu:

1) Akuntabilitas hukum dan akuntabilitas kejujuran

Akuntabilitas hukum berkaitan dengan pemberian jaminan adanya kepatuhan terhadap peraturan yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik dan hukum yang berlaku, sedangkan akuntabilitas kejujuran berhubungan dengan adanya penghindaran penyalahgunaan jabatan.

2) Akuntabilitas proses

Akuntabilitas proses berkaitan dengan apakah prosedur yang dipakai dalam melaksanakan kewajiban sudah baik dalam hal ketersediaan prosedur administrasi, sistem informasi manajemen, dan sistem informasi akuntansi

3) Akuntabilitas program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dan sudah mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil optimal dengan menggunakan biaya yang lebih minimal.


(41)

4) Akuntabilitas kebijakan

Akuntabilitas kebijakan berkaitan dengan pertanggungjawaban pemerintah daerah maupun pemerintah pusat terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap masyarakat dan DPR atau DPRD.

6. Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran adalah keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh manajer tingkat bawah dan manajer tingkat menengah dalam proses penyusunan anggaran. (Chong et. al, 2002). Penentuan tujuan anggaran sangat membutuhkan partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran merupakan kunci dari kinerja efektif yang dapat digunakan untuk menentukan tujuan anggaran, melakukan negosiasi dengan atasan dan melakukan identifikasi dengan melibatkan manajer tingkat bawah dalam proses penyusunan anggaran (Indriantoro, 1993). Adanya partisipasi manajer tingkat bawah dan menengah dalam proses penyusunan anggaran dapat menimbulkan komitmen yang lebih besar untuk memenuhi dan melaksanakan anggaran, mengurangi adanya ketimpangan informasi dalam suatu organisasi, serta dapat meciptakan lingkungan yang dapat mendorong penggunaan dan perolehan informasi dengan baik.

Partisipasi anggaran akan mampu mempengaruhi kinerja manajerial karena manajerial yang ikut serta dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran, sehingga manajer diharapkan akan dapat melaksanakan anggaran dengan baik (Nengsy dkk,


(42)

2013). Soobaroyen (2005) menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki dua indikator, yaitu:

a. Keterlibatan

b. Pengaruh terhadap anggaran 7. Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab (Sari dkk, 2014). Kejelasan sasaran anggaran dapat digunakan untuk mengatur perilaku manajer karena adanya ketidakjelasan sasaran anggaran akan dapat menyebabkan pelaksanaan anggaran akan menjadi tidak terarah, pelaksana anggaran akan bingung dan akan merasa tidak puas dalam bekerja, sehingga akan menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi dalam mencapai kinerja yang diharapkan. Selain itu, ketidakjelasan sasaran anggaran akan mengakibatkan kegagalan dan kesulitan dalam pelaksanaanya (Hazmi dkk, 2012). Sebaliknya, apabila dalam penyusunan anggaran terdapat kejelasan sasaran anggaran maka akan dapat mendorong manajer untuk mempunyai tanggung jawab, sehingga lebih efektif dan akan termotivasi untuk memberikan kinerja yang baik.

Putra (2013) menyatakan bahwa dalam menentukan sasaran anggaran terdapat dua karakteristik utama, meliputi:

a. Sasaran harus lebih spesifik, jelas dan tidak samar-samar b. Sasaran harus lebih menantang, tetapi masih dapat dicapai


(43)

Samuel (2008) menyatakan supaya pengukuran sasaran menjadi efektif diperlukan tujuh indikator, yaitu:

a. Tujuan

Menetapkan tujuan secara secara jelas dan terperinci mengenai tugas yang harus dilakukan.

b. Kinerja

Menetapkan kinerja dalam bentuk pertanyaan yang diukur. c. Sasaran

Menetapkan target atau standar yang diharapkan tercapai. d. Jangka waktu

Menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan. e. Sasaran prioritas

Menetapkan sasaran yang menjadi prioritas. f. Tingkat kesulitan

Menetapkan sasaran berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan g. Koordinasi

Menetapkan kebutuhan koordinasi. B.Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis/Tahun

Judul Hasil Sumber Pustaka

Keterangan

1.

Ni kadek Astini; Ni Luh Gede Erni Sulindawati; Ni kadek Sinarwati / 2014 Pengaruh Akuntabilitas Publik, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Sistem Pengendalian Manajemen

- Secara parsial,

akuntabilitas publik, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan positif tehadap kinerja

e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Spesifik


(44)

terhadap Kinerja Manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung

manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung.

- Secara simultan

Akuntabilitas publik, kejelasan sasaran anggaran, dan sistem pengendalian manajemen berpengaruh signifikan simultan terhadap kinerja manajerial SKPD di Kabupaten Klungkung

(Volume 2, No 1, Tahun 2014)

2 Yusri hazmi ;

Ali imran ; Zuarni ; Yeni Irwan ; Said Herry Safrizal/ 2012 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik terhadap Manajerial Aparatur Pemerintah kota Lhokseumawe, (Studi empiris pada satuan Kerja perangkat Kota Lhokseumawe)

- Kejelasan sasaran

anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial aparatur

- Akuntabilitas publik

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial aparatur Jurnal Ekonomi dan Bisnis. (Volume 13, No.2 Agustus, Tahun 2012) ISSN 1693-8852 Spesifik

3. Desak Putu

Intan Permata Sari

; Ni Kadek Sinarwati ; Edy Sujana / 2014

Pengaruh Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi empiris pada satuan kerja perangkat - Akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

- Kejelasan sasaran

anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

- Partisipasi dalam

penyusunan

e- journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 no. 1 Tahun 2014)


(45)

daerah Kabupaten Buleleng)

anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. - Akuntabilitas, kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi penyusunan anggaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

4 Deki Putra/

2013 Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang)

- Akuntabilitas publik

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (skpd) Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah (skpd) Jurnal akuntansi (Volume 2, Tahun 2013) e-journal.ac.id Spesifik

5. Gusti Yolanda

Putri/2013 Pengaruh Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (spip) terhadap Kinerja Manajerial SKPD

- komitmen organisasi

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD

- sistem pengendalian

intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD jurnal akuntansi (Volume 2, Tahun 2013) e-journal.ac.id Spesifik


(46)

6. Vonny Nofisa Amril /2014 Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD

-Akuntabilitas publik

tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial skpd kabupaten sijunjung. -Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial skpd kabupaten sijunjung.

-Kejelasan sasaran

anggaran tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial skpd kabupaten sijunjung. Jurnal Akuntansi Spesifik

7 Nur Afrida /

2013 Pengaruh Desentralisasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Padang) - Desentralisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD

- Sistem pengendalian

intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD Jurnal Akuntansi, (Volume 2 Tahun 2013) Spesifik

8 Retno Nabila

Sari/2015 Pengaruh Pengawasan Inspektorat dan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi empiris pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tanah Datar) - Pengawasan inspektorat berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD - Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD Jurnal Aplikasi Manajemen, (Volume 2, Tahun 2015) Spesifik


(47)

9 Maria Yanida; Made Sudarma; Aulia Fuad Rahman/ 2013 Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah

- Partisipasi anggaran

berpengaruh positif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma jamal (volume 4 nomor 3 halaman 330-507 malang, desember 2013) issn 2086-7603 e-issn 2089-5879 Spesifik

10 Baihaqi/ 2012 Pengaruh Komitmen Organisasi dan Peran Manajerial Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah - Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil Penelitian ini menunjukkan komitmen tinggi terhadap organisasi, membantu unit kerja untuk mencapai kinerja organisasi yang lebih baik

- Peran manajerial

pengelolaan keuangan daerah terbukti tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini dikarenakan kurangnya efektifitas dan keefisienan peran manajerial pengelolaan keuangan daerah dipemerintah daerah, dalam cakupan Jurnal fairness. (Volume 1 No 3 243-253. Tahun 2012)

Spesifik


(48)

C.Penurunan Hipotesis

1. Komitmen Organisasi dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Komitmen organisasi dapat digunakan sebagai alat bantu psikologi untuk mengukur kemampuan manajer dalam berinteraksi maupun bereaksi. Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan bereaksi dan berinteraksi untuk lebih mementingkan kepentingan organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadinya dalam menjalankan organisasi. Manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan menggunakan informasi yang dimilikinya untuk menyusun anggaran dengan jelas agar dapat meminimalisir adanya kesenjangan anggaran. Apabila manajer dapat meminimalisir kesenjangan anggaran maka tujuan pemerintah dapat mudah tercapai. Selain itu, manajer yang mempunyai komitmen organisasi tinggi akan menunjukkan tingkat keterikatan secara psikologis dengan organisasi. Adanya tingkat keterikatan secara psikologis dapat ditunjukkan melalui sikap positif manajer terhadap organisasi, yaitu merasa nyaman, aman, aktif dalam bekerja, hadir tepat waktu, saling membantu, menjaga koordinasi, memiliki dan merasa bahwa keberhasilan organisasi merupakan keberhasilannya.

Keinginan maupun harapan manajer untuk meminimalisir kesenjangan anggaran serta adanya sikap dan pandangan positif manajer terhadap organisanya akan memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan memberikan tanggung jawab dalam menggunakan


(49)

informasi yang dimiliki dengan baik, sehingga dapat meminimalisir anggaran dan tujuan pmerintah mudah tercapai. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD. Penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2012) menyatakan bahwa pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial adalah positif signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Baihaqi (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian Juliana (2011) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. Selain itu, penelitian Putri (2010) juga menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Komitmen Organisasi Berpengaruh Positif terhadap Kinerja

Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari prosedur dan kebijakan yang memberikan keyakinan serta kepastian bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai (Afrida, 2013). PP No 8 tahun 2006 juga


(50)

menyatakan bahwa tujuan dari sistem pengendalian intern yaitu untuk memberikan keyakinan serta kepastian mengenai efisiensi, efektivitas, pencapaian keandalan dalam pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta hukum yang berlaku. Putri (2013) menyatakan bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi sistem pengendalian intern harus dilakukan dengan efisien dan efektif sesuai dengan kompleksitas, ukuran, dan fungsi suatu instansi pemerintah yang bersangkutan.

Sistem pengendalian intern yang dilakukan dengan efektif, efisien, sesuai dengan kompleksitas, ukuran, dan fungsi serta dilakukan oleh manajer dengan baik maka manajer akan mendapatkan kepastian dan keyakinan mengenai efisiensi, efektivitas, pencapaian keandalan dalam pelaporan keuangan serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku. Manajer yang mendapatkan kepastian dan keyakinan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam mencapai tujuan pemerintah.

Penelitian yang dilakukan Putri (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yaitu Afrida (2013) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD.


(51)

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berpengaruh Positif

terhadap Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

3. Akuntabilitas Publik dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Akuntabilitas dalam sektor publik akan mampu menjawab kekhawatiran pengguna informasi dan para stakeholder. Akuntabilitas publik dalam pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kinerja manajerial karena dengan adanya akuntabilitas publik maka masyarakat akan mengetahui rencana anggaran, dana yang telah digunakan oleh pemerintah dan mengetahui pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Apabila masyarakat mengetahui kegiatan yang sudah terlaksana oleh pemerintah dan mengetahui penggunaan dana publik maka pemerintah akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Manajer dalam mendapatkan kepercayaan dari masyarakat harus menyusun dan menggunakan anggaran dengan sebaik mungkin.

Adanya kepercayaan dari masyarakat akan membuat manajer lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan selalu memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan penggunaan dana publik serta pelaksanaan kegiatan kepada masyarakat. Pemerintah


(52)

yang memiliki akuntabilitas publik tinggi akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena sudah melaksanakan tanggung jawab dan melaksanakan anggaran dengan sebaik mungkin.

Penelitian yang dilakukan Putra (2013) menyatakan akuntabilitas publik berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Penelitian yang dilakukan oleh Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh signifikan positif tehadap kinerja manajerial aparatur. Penelitian yang dilakukan Astini, dkk (2014) menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD di Kabupaten Klungkung. Selain itu, pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3: Akuntabilitas Publik Berpengaruh Positif terhadap Kinerja


(53)

4. Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Partisipasi anggaran dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Partisipasi anggaran adalah keikutsertaan, keterlibatan dan pengaruh manajer tingkat bawahan dan tingkat menengah dalam proses penyusunan anggaran (Chong et.al, 2002). Nengsy, dkk (2013) menyatakan bahwa manajer yang ikut terlibat dalam penyusunan anggaran akan berusaha untuk lebih memahami dan berusaha untuk mencapai tujuan anggaran. Partisipasi anggaran dalam pemerintah akan sangat penting bagi para manajer karena manajer akan merasa produktif, dihargai dan merasa puas terhadap pekerjaanya. Adanya keinginan manajer untuk berusaha memahami dan mencapai tujuan organisasi serta adanya sikap dan sifat manajer yang positif maka manajer yang mempunyai partisipasi anggaran yang tinggi akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan cara lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan anggaran supaya tujuan pemerintah dapat tercapai.

Penelitian yang dilakukan Sari (2015) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD. Penelitian yang dilakukan Amril (2014) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD Kabupaten Sijunjung. Penelitian yang dilakukan oleh Kewo (2014) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang


(54)

dilakukan oleh Sari, dkk (2014) juga meyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD. Penelitian Yanida, dkk (2013) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H4: Partisipasi Anggaran Berpengaruh Positif terhadap Kinerja

Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

5. Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dan jelas dengan tujuan supaya anggaran mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran dalam pemerintah dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi apakah baik atau buruk secara keuangan. Selain itu, pemerintah yang mempunyai kejelasan sasaran anggaran yang tinggi akan membantu para manajer untuk mendapatkan informasi mengenai kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Manajer yang mempunyai informasi mengenai kondisi pemerintah akan membantu dalam menentukan tujuan dan sasaran anggaran dengan jelas dan spesifik. Apabila tujuan dan sasaran anggaran ditetapkan secara jelas dan


(55)

spesifik maka manajer akan mudah untuk memahami serta mengerti anggaran. Manajer yang mempunyai harapan untuk dapat menentukan tujuan serta sasaran anggaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dimengerti dan dipahami maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja manajerialnya dengan lebih bertanggung jawab dalam menentukan sasaran anggaran, sehingga tujuan pemerintah mudah tercapai.

Penelitian yang dilakukan Hazmi, dkk (2012) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Kewo (2014) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2014) juga menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H5: Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif terhadap


(56)

C. Model Penelitian

Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian Komitmen Organisasi (X1)

Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah(X2)

Kejelasan Sasaran Anggaran(X5)

Akuntabilitas Publik (X3)

Partisipasi Anggaran(X4)

Kinerja Manajerial pada Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Y)

+

+

+

+


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian dapat berupa tempat atau lokasi dilaksanakannya penelitian. Penelitian dilaksanakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Subyek penelitian terdiri dari populasi dan sampel penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian. Populasi merupakan sekumpulan elemen atau unsur yang dijadikan sebagai obyek dan obyek tersebut dapat dijadikan sebagai penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan badan SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian.

Pejabat struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan badan SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian berjumlah 180. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pejabat struktural eselon tingkat tiga dan tingkat empat pada dinas dan badan SKPD Kabupaten Sragen yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari


(58)

sumbernya. Data penelitian ini diperoleh secara langsung dari SKPD Kabupaten Sragen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang didalamnya berisi pertanyaan mengenai komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas publik, partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel didasarkan pada metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria dalam penentuan sampel untuk penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Pejabat struktural eselon tingkat tiga dan eselon tingkat empat yang terdiri dari sekretariat/sekertaris, kepala bidang/bagian, tingkat kepala, serta kepala subbidang/subbagian dari badan dan dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.

2. Pejabat struktural memiliki latar belakang pendidikan minimal S1 3. Pejabat struktural yang bekerja lama bekerja minimal yaitu 6 tahun

lamanya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk menelusuri data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Kuesioner yang sudah terstruktur dibagikan kepada responden


(59)

secara langsung yang dimaksudkan untuk mengisi identitas responden dan untuk mengisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas publik, partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntabilitas publik, partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran. 1. Variabel Dependen

a. Kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah

Sujarweni (2015) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang berhasil dicapai dari pelaksanaan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja manajerial dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan manajer dalam melakukan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan (Putri, 2013).

Variabel kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner tersebut terdiri dari delapan pertanyaan


(60)

mengenai perencanaan, investigasi, pengkoordinasiaan, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan. Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat setuju (SS).

2. Variabel Independen a. Komitmen organisasi

Robbins (2008) menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer memihak dan mengutamakan kepentingan suatu organisasinya dibandingkan dengan kepentingan pribadi yang bertujuan untuk memelihara keanggotaan dalam suatu organisasi. Komitmen organisasi juga merupakan tingkat sejauh mana seorang manajer akan berbuat sesuatu untuk menunjang keberhasilan organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.

Variabel komitmen organisasi menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner tersebut terdiri dari tujuh butir pertanyaan mengenai komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, komitmen normatif. Masing-masing diukur dengan


(61)

menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya komitmen organisasi. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat setuju (SS).

b. Sistem pengendalian intern pemerintah

Afrida (2013) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian dan keyakinan bagi manajemen bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercapai. Aren, dkk (2008) menyatakan bahwa SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) merupakan suatu proses yang dirancang oleh manajemen pemerintah untuk mendukung dalam pencapaian tujuan organisasi atau pemerintah.

Variabel sistem pengendalian intern pemerintah menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner tersebut terdiri dari dua puluh butir pertanyaan mengenai lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, serta informasi dan komunikasi. Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya sistem


(62)

pengendalian intern pemerintah. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat setuju (SS).

c. Akuntabilitas publik

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa akuntabilitas publik merupakan suatu kewajiban pihak agent memberikan pertanggungjawaban, mengungkapkan, menyajikan dan melaporkan semua kegiatan dan aktivitas yang terjadi kepada pihak

principal yang mempunyai wewenang serta hak untuk meminta pertanggungjawaban.

Variabel akuntabilitas publik diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Putri (2013) dan kuesioner tersebut terdiri dari sembilan pertanyaan mengenai akuntabilitas kebijakan, akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas hukum. Masing-masing diukur dengan menggunakan skala likert 1-5. Skala likert 1-5 dipakai dengan tujuan untuk mengukur respon dari responden. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan semakin tingginya akuntabilitas publik. Skala tersebut menunjukkan, yaitu: 1) Sangat tidak setuju (STS), 2) Tidak setuju (TS), 3) Kurang Setuju (KS), 4) Setuju (S), 5) Sangat setuju (SS).


(1)

17

(Komitmen Organisasi) dinyatakan signifikan. Tingkat signifikansi untuk variabel SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) yaitu 0,042<0,05 dan koefisien beta sebesar 0,097 maka variabel SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) dinyatakan signifikan. Tingkat signifikan untuk variabel AP (Akuntabilitas Publik) yaitu 0,066>0,05 dan koefisien beta -0,223 maka variabel AP (Akuntabilitas Publik) dinyatakan signifikan. Tingkat signifikan untuk variabel PA (Partisipasi Anggaran) yaitu 0,116>0,05 dan koefisien beta -0,248 maka variabel PA (Partisipasi Anggaran) dinyatakan signifikan. Tingkat signifikan untuk variabel KSA (Kejelasan Sasaran Anggaran) yaitu 0,001<0,05 dan koefisien beta sebesar 0,387 maka variabel KSA (Kejelasan Sasaran Anggaran) dinyatakan signifikan.

Model Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat ditujukkan rumus regresi berganda, yaitu sebagai berikut:

KM = α + 0,261 KO + 0,097 SPIP - 0,223 AP - 0,248 PA + 0,387 KSA + ε Pembahasan

1. Hasil uji hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,002<0,05 dan koefisien beta sebesar 0,261 maka hipotesis satu diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Hal ini menunjukkan bahwa manajer di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen telah menggunakan informasi yang dimilikinya dengan baik, sehingga manajer dapat


(2)

18

meminimalisir kesenjangan anggaran. Manajer di Pemerintah Daerah Kabupeten Sragen menunjukkan adanya tingkat keterikatan secara psikologis dengan pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari adanya keaktifan manajer dalam bekerja, tidak terlambat dalam bekerja, dan adanya prestasi serta penghargaan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Putri (2013) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD.

2. Hasil uji hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa variabel sistem pengendalian intern pemerintah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,042<0,05 dan koefisien beta sebesar 0,097 maka hipotesis dua diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah di Kabupaten Sragen telah dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan kompleksitas, ukuran dan fungsi Kabupaten Sragen, sehingga manajer mendapatkan keyakinan dan kepastian mengenai efektifitas, efisien, pencapaian keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap undang-undang serta hukum yang berlaku. Hasil penelitian ini didukung oleh Putri (2013) bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.

3. Hasil uji hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas publik memiliki tingkat signifikansi 0,066 >0,05 dan koefisien beta -0,223


(3)

19

maka hipotesis tiga ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa akuntabilitas publik tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Hal ini menunjukkan bahwa manajer di Kabupaten Sragen secara keseluruhan belum memahami prinsip pertanggungjawaban atas pelaksanaan atau rencana anggaran kepada publik. Masyarakat di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen hanya mengetahui anggaran saja, tetapi tidak semua pelaksanaan kegiatan yang telah dianggarakan oleh pemerintah diketahui oleh masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amril (2014) yang menyatakan bahwa akuntabilitas publik tidak berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja manajerial SKPD.

4. Hasil uji hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,116>0,05 dan koefisien beta pada variabel partisipasi anggaran sebesar -0,248 maka hipotesis empat ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Hal ini menunjukkan bahwa manajer tingkat atas dan manajer tingkat bawah dalam proses penyusunana anggaran tidak mempunyai kesempatan yang besar dalam mengambil keputusan. Dalam proses penyusunan anggaran yang memiliki kesempatan besar adalah manajer tingkat atas dan manajer tingkat bawah hanya memberikan informasi yang mendukung proses penyusunan anggaran. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafika


(4)

20

(2009) yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran tidak berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial SKPD.

5. Hasil uji hipotesis kelima (H5) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001<0,05 dan koefisien beta sebesar 0,387 maka hipotesis lima diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan penerapan kejelasan sasaran anggaran di Kabupaten Sragen. Manajer pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam menentukan sasaran anggaran telah mendapatkan informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemerintah, sehingga manajer pada satuan kerja perangkat daerah dapat menyusun anggaran dengan jelas dan spesifik. Manajer pada satuan kerja perangkat daerah yang menentukan sasaran anggaran dengan jelas dan spesifik akan membuat anggaran mudah untuk dimengerti dan dipahami, sehingga tujuan anggaran mudah tercapai. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari, dkk (2014) juga menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pada SKPD.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi, sistem pengendalian intern pemerintah, kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah, sedangkan


(5)

21

akuntabilitas publik dan partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada satuan kerja perangkat daerah.

Keterbatasan

1. Dalam penelitian ini alat penelitian menggunakan kuesioner, sehingga hasil penelitian akan tergantung pada kualitas dari kuesioner.

2. Sampel penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu hanya manajer yang bekerja di SKPD Kabupaten Sragen.

Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga melakukan wawancara secara langsung terhadap responden pada saat penyebaran kuesioner.

2. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dengan cakupan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Amril, N Vonny. 2014. “Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Daerah Kabupaten Siunjung)”. Ejournal.unp.ac.id.

Aren, Alvin A, Randal J, Beasly, dan Mark S. 2008. Auditing dan Jasa

Assurance. Edisi kedua belas. PT Indeks IKPI. Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta Chong, Vincent & Kar Ming Chong. 2002. Budget Goal Commitment and

Informational Effects of Budget Participation on Peformance, a Structural

Equation Modeling Approach. Journal of Accounting Research.

Ghozali, I. 20011. Struktural Equation Modeling Metode Alternatif dengan

Partial Least Square (PLS). Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Semarang.


(6)

22

Medina,F. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi Informasi

Keuangan Pada Situs Resmi Pemerintah Daerah. Skripsi. Universitas

Diponegoro Semarang.

Nazzaruddin,I dan Basuki, Agus T. 2015. Analisis Statistika dengan SPSS. Penerbit Danisa Media. Yogyakarta

Putri, G Yolanda, 2013. “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Pemerintah (SPIP) terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang)”. Jurnal

Akuntansi. Ejournal.unp.ac.id.

Rafika, Anggraeni. 2014. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi Indonesia: Konsep Kontroversi ,

Aplikasi, Alih Bahasa: Hadayana Pujatmaka. Penerbit Prehalindu. Jakarta.

Sari, D. P. I Permata, Sinarwati, Ni Kadek, dan Sujana Edy. 2014. “Pengaruh Akuntabilitas, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng)”. Ejournal S1 Ak

universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2, No.1.

Sujarweni, V Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik (Teori, Kosep, Aplikasi). Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999. http://www.google.com//. Diakses tanggal 24 April 2016 pukul 20.00 WIB.

Visi Misi Pemerintah Daerah Kabupten Sragen. http://www.sragenkab.go.id//. Diakses tanggal 24 April 2016 pukul 20.00 WIB.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

2 79 103

Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun

4 79 107

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Akuntabilitas Publik, dan Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial di Inspektorat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

33 209 111

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dengan komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi

0 3 24

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH

1 4 109

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 5 98

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 2 16

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH.

0 5 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (STUDI EMPIRIS PADA SKPD PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA).

1 5 22

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PEMERINTAH SKPD (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Kudus )

0 1 16