kredit hutang-piutang yang disertai dengan pengikatan jaminan jaminan hutang sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam sebuah perjanjian kredit bank
hutang-piutang. Apabila proses ini telah terlaksana maka diantara kedua belah pihak telah terjadi suatu perjanjian hutang dengan jaminan perjanjian kredit bank.
C. Pengaturan Tentang Jaminan Hutang
Ketentuan yang secara khusus atau yang berkaitan dengan jaminan, dapat ditemukan dalam:
1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUH Perdata
Ketentuan mengenai hukum jaminan ini dapat dijumpai dalam Buku II KUH Perdata yang mengatur mengenai hukum kebendaan. Dititk dari sisitematika KUH
Perdata, pada perinsipnya hukum jaminan merupakan bagian dari hukum kebendaan. Dalam Buku II KUH Perdata diatur mengenai pengertian, cara membedakan benda
dan hak-hak kebendaan,baik yang memberikan kenikmatan dan jaminan. Ketentuan dalam Pasal-Pasal Buku II KUH Perdata yang mengatur mengenai lembaga dan
ketentuan hak jaminan dimulai dari title kesembilan belas sampai dengan titel kesembilan belas sampai dengan titel dua Puluh satu pasal 1131 sampai dengan
pasadal 1232. Dalam Pasal – Pasal KUH Perdata tersebut diaturmengenai piutang piutang yang diistimewakan, gadai dan hipotek. Secara rinci materi kadungan
ketentuan-ketentuan hukum jaminan yang termuat dalam Buku II KUH Perdata tersebutm sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Bab XIX: Tentang Piutang – Piutang Diistemawakan pasal 1131 sampai
dengan pasal 1149; bagian Kesatu tentang Piutang – Piutang yang Diistimewakan Pada Umumnya pasal 1131 sampai dengan pasal 1138;
Bagian Kedua tentang Hak – Hak Istimewa yang mengenai Benda-benda tertentu pasal 1139 sampai dengan pasal 1148; Bagian Ketiga tentang Hak-
Hak istemewa atas Semua Benda Begerak dan Benda Tidak Bergerak pada umumnya pasal 1149
b. Bab XX: tentang gadai pasal 1150 sampai dengan pasal 1160, Pasal 1161
dihapuskan; c.
Bab XXI: Tentang Hipotik pasal 1162 sampai dengan pasal 1232; Bagian Kesatu tentang Ketentuan-ketentuan Umum pasal 1162 sampai dengan
pasal 1178; Bagian Kedua Tentang Pembukuan-pembukuan Hipotik Serta Bentuk Caranya pembukuan pasal 1179 sampai dengan pasal 1194; Bagian
Ketiga tentang Pencoretan Pembukuan pasal 1195 sampai dengan pasal 1197; Bagaian Keempat tentang Akibat-Akibat Hipotek Terhadap Orang-
orang Ketiga yang Menguasai Benda yang Dibebani pasal 1198 sampai demham pasal 1208; Bagian Kelima tentang Pegawai-pegai yang
Ditugaskan Menyimpan Hipotek, Tanggung Jawab Pegawai-pegawai yang Ditugaskan Menyimpam Hipotek, Tanggung Jawab Pegawai-Pegawai yang
Ditugaskan Menyimpan Hipotek dan Hal Diketahuinya Register-Regeister oleh Masyarakat pasal 1221 sampai dengan pasal 1232.
Universitas Sumatera Utara
Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah,
maka pembebanan hipotek dan hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaita dengan tanah tidak lagi menggunakan lembaga dan ketentuan hipotek sebagai
mana diatur dalam pasal 1162 sampai dengan pasal 1232 KUH Perdata. Sementara itu pembebanan hipotek atas benda-benda tidak bergerak lainnya
selain hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, hipotek kapal laut misalnya, tetap menggunakan lembaga dan ketentuan-ketentuan
hipotek sebgaimana diatur dalam pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUH Perdata.
Selain mengatur jaminan hak kebendaan, dalam KUH Perdata diatur pula mengenai jaminan hak perorangan, yaitu penanggungan utang borgtocht dan
perikatan tanggung-menanggung. Jaminan hak perorangan ini tidak diatur dalam Buku II KUH Perdata, melainkan diatur dalam Buku III KUH Perdata, yaitu pada
Titel Ketujuh Belas dengan judul “Penanggungan Utang”, yang dimulai dari pasal 1820 sampai pasal 1850. Pasal-pasal tersebut mengatur mengenai
pengertian dan sifat penanggungan utang, akibat-akibat penanggungan utang antara debitur yang berutang dan penjamin penanggung utang setara para
penjamin utang dan hapusnya penaggungan hutang. Secara rinci kandungan materi yang terdapat dalam pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 Titel Ketujuh
Belas Buku III KUH Perdata sebagai berikut: Bab Ketujuh Belas tentang Penanggungan Utang
Universitas Sumatera Utara
Bagian kesatu tentang Sifat Penanggungan pasal 1820 sampai dengan pasal 1830
Bagian Kedua Tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Debitur dan Penanggungan Utang pasal 1831 sampai dengan pasal 1838;
Bagian Ketiga tentang Akibat-Akibat Penanggungan Antara Debitur dan Penanggungan Utang dan Antara Para Penanggung Utang Sendiri pasal 1839
sampai dengan pasal 1844; Bagian Keempat tentang Hapusnya Penanggungan utang pasal 1845 sampai
dengan pasal 1850. Selain itu di dalam Buku III KUH Perdata juga diatur mengenai jaminan hak
peseorangan lainnya, yaitu -
Perikatan Tanggung-menanggung Perikatan Tanggung Renteng sebagaimana diatur dalam Titel Kesatu Bagian Kedelapan dari pasal 1278
sampai dengan pasal 1295 di bawah judul “tentang Perikatan-Peerikatan Tanggung Renteng atau Perikatan-Perikatan Tanggung-menanggung”;
- Perjanjian Garansi sebagaimana diatur dalam pasal 1316 KUH Perdata.
Dengan demikian ketentuan-ketentuan hukum jaminan dalam KUH Perdata tidak hanya bersumber kepada Buku II, melainkan juga bersumber kepada Buku III,
yaitu mengatur hak jaminan kebendaan dan hak jaminan perseorangan. 2.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUH Dagang Ketentuan dalam pasal-pasal KUH Dagang yang berkaitan dengan pengaturan
hukum jaminan, dalam hal ini pembebanan hipotek atas kapal laut, yaitu pasal-pasal
Universitas Sumatera Utara
314, 315, 315a, 315b, 315c, 315d, 315e, 316, 316a, 316b, 316c, 316d, 316e, 317, 317a, 317b, 318, 318a, 318b, 319, 362, dan 365.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. Ketentuan-ketentaun yang erat kaitannya dengan jaminan adalah pasal 51
dan pasal 57 UUPA. Pasal 1 UUPA berbunyi “Hak tanggungan yang dapat dibebankan pada dibebankan pasa hak milik, hak guna udaha dan hak guna bangunan
tersebut dalm pasal 25, 33, dan 39 diatur dengan undang-undang. Sedangkan dalam pasal 57 UUPA berbunyi “selama undang-ungang mengenai hak tanggungan tersebut
salam pasal 51 belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan mengenai hipotek tersebut dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
credietverband tersebut dalam S. 1908-542 sebagaimana telah diubah dengan S. 1937-190.
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah. Undang-Undang ini mencabut berlakunya hipotek sebagaimana yang diatur
dalam buku II KUH Perdata, sepanjang mengenai tanah dan ketentuan mengenai creaditverband dalam stb. 1908-542 sebagaimana telah diubah dalam stb. 1937-190.
Tujuan pencabutan ketentuan yang tercantum dalam buku II KUH Perdata san Stb 1937-190 adalah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan kegiatan perkreditan,
sehubungan dengan perkembangan tata perekonomian Indonesia. 5.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga pertimbangan lahirnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, yaitu: 1 kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas
tersedianya dana perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan, 2 jaminan fidusia sebagai salah
satu bentuk lembaga jaminan sampai saat ini masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur salam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan
komprehensif, 3 untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum bagi pihak yang
berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai jaminan fidusia dan jaminan tersebut perlu didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia.
Undang-undang ini terdiri atas 7 bab dan 41 pasal. Hal-hal yang diatur dalam undang- undang ini meliputi pembebanan, pendaftaran, pengalihan, dan hapusnya jaminan
fidusia, hak mendahulu, dan eksekusi jaminan fidusia. Selain itu terdapat beberapa perundang-undangan yang tidak mengaur secara
khusus mengenai lembaga hak jaminan, namun ketentuan dalam pasal –pasalnya berkaitan dengan lembaga hak jaminan, yaitu diantaranya:
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang rumah susun;
b. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman c.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan
Universitas Sumatera Utara
e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
D. Pengertian Eksekusi