3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya
Artinya debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat, waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak dipenuhi.
Prof. Subekti menambah lagi keadaan tersebut di atas dengan “melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya”.
C. Sebab Terjadinya Wanprestasi
Dalam pelaksanaan isi perjanjian sebagaimana yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi wanprestasi oleh pihak yang dibebani
kewajiban debitur tersebut. Tidak dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban wanprestasi ini dapat dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua kemungkinan
alasan tersebut antara lain yakni : 1.
Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan ataupun kelalaiannya.
Kesalahan di sini adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian.
38
Dikatakan orang mempunyai kesalahan dalam peristiwa tertentu kalau ia sebenarnya dapat
menghindari terjadinya peristiwa yang merugikan itu baik dengan tidak berbuat atau berbuat lain dan timbulnya kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya. Dimana tentu
kesemuanya dengan memperhitungan keadaan dan suasana pada saat peristiwa itu terjadi.
Kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya debitur jika ada unsur kesengaja
tiwa yang merugikan itu pada diri debitur yang an atau kelalaian dalam peris
38
J. Satrio, Op. cit, hal. 90.
Universitas Sumatera Utara
dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Kita katakan debitur sengaja kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan kelalaian
adalah peristiwa dimana seorang debitur seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul kerugian.
39
Disini debitur belum tahu pasti apakah kerugian akan muncul atau tidak, tetapi sebagai
orang yang normal seharusnya tahu atau bisa menduga akan kemungkinan munculnya kerugian tersebut.
40
Dengan demikian kesalahan disini berkaitan dengan masalah “dapat menghindari” dapat berbuat atau bersikap lain dan “dapat menduga” akan
timbulnya kerugian.
41
2. Karena keadaan memaksa overmacht force majure , diluar kemampuan
debitur,debitur tidak bersalah.
Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa mana
tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan.
42
Vollmar menyatakan bahwa overmacht itu hanya dapat timbul dari kenyataan-kenyataan dan keadaan-keadaan tidak dapat diduga lebih dahulu.
43
Dalam hukum anglo saxon Inggris keadaan memaksa ini dilukiskan dengan istilah
“frustration” yang berarti halangan, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi
39
J. Sa rio, Op. cit, hal. 91. t
40
Ibid.
41
Ibid.
42
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal. 27.
43
Ibid. Hal. 31.
Universitas Sumatera Utara
diluar tanggung jawab pihak-pihak yang membuat perikatan perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan sama sekali.
44
Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul diluar kemauan dan kemampuan debitur.
Wanprestasi yang diakibatkan oleh keadaan memaksa bisa terjadi karena benda yang menjadi objek perikatan itu binasa atau lenyap, bisa juga terjadi karena perbuatan
debitur untuk berprestasi itu terhalang seperti yang telah diuraikan diatas. Keadaan memaksa yang menimpa benda objek perikatan bisa menimbulkan kerugian sebagian
dan dapat juga menimbulkan kerugian total. Sedangkan keadaan memaksa yang menghalangi perbuatan debitur memenuhi prestasi itu bisa bersifat sementara maupun
bersifat tetap.
45
Unsur –unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa itu ialah :
46
a Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan benda
yang menjadi objek perikatan, ini selalu bersifat tetap b
Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan debitur untuk berprestasi, ini dapat bersifat tetap atau
sementara.
c Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan baik oleh debitur maupun oleh kreditur. Jadi bukan karena kesalahan pihak-pihak, khususnya debitur.
Ajaran tentang Keadaan Memaksa overmacht
Mengenai keadaan memaksa yang menjadi salah satu sebab timbulnya wanprestasi dalam pelaksaanaan perjanjian. Dikenal dua macam ajaran mengenai
44
Ibid. Hal. 27.
45
Ibid.
46
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
keadaan memaksa tersebut dalam ilmu hukum, yaitu ajaran memaksa yang bersifat objektif dan subjektif. Yang mana ajaran mengenai keadaan memaksa
overmachtsleer ini sudah dikenal dalam Hukum Romawi, yang berkembang dari janji beding pada perikatan untuk memberikan suatu benda tertentu.
47
Dalam hal benda tersebut karena adanya keadaan yang memaksa musnah maka tidak hanya
kewajibannya untuk menyerahkan tetapi seluruh perikatan menjadi hapus, tetapi prestasinya harus benar-benar tidak mungkin lagi.
48
Pada awalnya dahulu hanya dikenal ajaran mengenai keadaan memaksa yang bersifat objektif. Lalu dalam
perkembangannya, kemudian muncul ajaran mengenai keadaan memaksa yang bersifat subjektif.
1. Keadaan memaksa yang bersifat objektif
Objektif artinya benda yang menjadi objek perikatan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh siapapun.
49
Menurut ajaran ini debitur baru bisa mengemukakan adanya keadaan memaksa overmacht kalau setiap orang
dalam kedudukan debitur tidak mungkin untuk berprestasi sebagaimana mestinya.
50
Jadi keadaan memaksa tersebut ada jika setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi prestasi yang berupa benda objek perikatan
itu. Oleh karena itu ukurannya “orang” pada umumnya tidak bisa dak bisa berprestasi, sehingga kepribadiannya,
berprestasi bukan “debitur” ti
47
J. Satrio, Op. cit. hal. 254
48
Ibid.
49
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 28.
50
J. Satrio, Loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
kecakapan, keadaannya, kemampuan finansialnya tidak dipakai sebagai ukuran, yang menjadi ukuran adalah orang pada umumnya dan karenanya
dikatakan memakai ukuran objektif.
51
Dasar ajaran ini adalah ketidakmungkinan. Vollmarr menyebutkan keadaan memaksa ini dengan
istilah “absolute overmacht” apabila benda objek perikatan itu musnah diluar kesalahan debitur.
52
Marsch and soulsby juga menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak mungkin dilaksanakan apabila setelah perjanjian dibuat
terjadi perubahan dalam hukum yang mengakibatkan bahwa perjanjian yang telah dibuat itu menjadi melawan hukum jika dilaksanakan.
53
Dalam keadaan yang seperti ini secara otomatis keadaan memaksa tersebut mengakhiri
perikatan karena tidak mungkin dapat dipenuhi. Dengan kata lain perikatan menjadi batal, keadaan memaksa disini bersifat tetap.
54
2. Keadaan Memaksa yang Bersifat Subjektif
Dikatakan subjektif dikarenakan menyangkut perbuatan debitur itu sendiri, menyangkut kemampuan debitur sendiri, jadi terbatas pada
perbuatan atau kemampuan debitur.
55
Salah seorang sarjana yang terkenal mengembangkan teori tentang keadaan memaksa adalah houwing. Menurut
pendapatnya keadaan memaksa ada kalau debitur telah melakukan segala n yang berlaku dalam masyarakat yeng
upaya yang menurut ukura
51
Ibid. Hal. 255.
52
Abdulkadir Muhammad, Loc. cit.
53
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 29.
54
Ibid.
55
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan patut untuk dilakukan,sesuai dengan perjanjian tersebut.
56
Yang dimaksud dengan debitur oleh houwing adalah debitur yang bersangkutan. Disini tidak dipakai ukuran “debitur pada
umumnya”objektif, tetapi debitur tertentu, jadi subjektif. Oleh karena yang dipakai sebagai ukuran adalah subjek debitur tertentu, maka kita tidak bisa
melepaskan diri dari pertimbangan “debitur yang bersangkutan dengan semua ciri-cirinya” atau dengan perkataan lain kecakapan, tingkat sosial,
kemampuan ekonomis debitur yang bersangkutan turut diperhitungkan.
57
Dasar ajaran ini adalah kesulitan-kesulitan. Menurut ajaran ini debitur itu masih mungkin memenuhi prestasi walaupun mengalami kesulitan atau
menghadapi bahaya. Vollmar menyebutnya dengan istilah “relatieve overmacht”. Keadaan memaksa dalam hal ini bersifat sementara.
58
Oleh karenanya perikatan tidak otomatis batal melainkan hanya terjadi penundaan
pelaksanaan prestasi oleh debitur. Jika kesulitan yang menjadi hambatan pelaksanaan prestasi tersebut sudah tidak ada lagi maka pemenuhan prestasi
diteruskan. Timbulnya ajaran mengenai keadaan memaksa seperti yang telah
diuraikan di atas dikarenakan keadaan memaksa tidak mendapatkan
56
J. Satrio, Hukum Perikatan, Bandung : Alumni, 1999, hal. 263, dikutip dari V.Brakel, Leerboek van het Nederlandse Verbintenissenrecht, Jilid Kesatu, Cetakan Keempat,
Tjeenk Willink, Zwolle, 1948, hal. 122
57
Ibid. Hal. 263.
58
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hal. 30
Universitas Sumatera Utara
pengaturan secara umum dalam undang-undang.
59
Karena itu hakim berwenang menilai fakta yang terjadi wanprestasi bahwa debitur sedang
dalam keadaan memaksa overmacht atau tidak, sehingga diketahui apakah debitur dapat dibebani kewajiban atas resiko atau tidak atas wanprestasi
tersebut.
D. Akibat Hukum Dari Wanprestasi