Kronologis Kasus Penelaahan Kasus Nomor 31EksHT2008PN. Mdn

B. Pihak Yang Terkait dalam Proses Eksekusi

Pelaksanaan eksekusi tidak luput dari pihak-pihak yang berperan di dalamnya, diantaranya ialah Ketua Pengadilan Negeri selaku ketua yang memimpin dan memerintahkan pejabat pemerintah untuk melakukan eksekusi, panitera atau jurusita dimana di dalam Pasal 197 Ayat 1 HIR atau Pasal 208 Ayat 1 RBG berisi perintah kepada panitera atau juru sita menjalankan eksekusi sesuai dengan amar putusan. Dalam menjalankan pelaksanaan eksekusi panitera atau juru sita dibantu oleh dua orang saksi, dan aparat yang terkait, guna memperhatikan dan mengamankan jalannya eksekusi.

C. Penelaahan Kasus Nomor 31EksHT2008PN. Mdn

1. Kronologis Kasus

Sebelum membahas dan menganalisis kasus atas perkara eksekusi hak tanggungan dalam skripsi ini, perlu kiranya diuraikan secara ringkas kronologis dari kasus ini. Uraian kronologis ini dikemukakan berdasarkan data dan informasi yang didapatkan yaitu dengan mempelajari berkas – berkasnya dan menyesuaikan dengan peraturan dalam beracara. Berdasarkan berkas kasus, secara singkat dapat diuraikan bahwa telah terjadi wanprestasi di dalam perjanjian KPR yang dilakukan antara PT. BANK UOB BUANA Tbk sebagai pihak kreditur Dengan JHON JERRY sebagai pihak debitur. Berdasarkan Akta Perjanjian Kredit No. 47, tgl 30 -08- 2005, dimana pihak bank yang telah memperoleh persetujuan dari isteri debitur telah mengadakan perikatan Universitas Sumatera Utara kredit dengan JHON JERRY, yaitu debitur memperoleh fasilitas kredit pemilikan Rumah Buana Plus KPR-Buana Plus sampai jumlah maksimum sebesar 900.000.000,- rupiah. Pemberian kredit tersebut diberi jangka waktu selama 120 bulan, yang dikenakan bunga sebesar 10,5 pertahun, untuk jangka waktu 6 bulan pertama, dan selanjutnya dapat berubah menurut penetapan bank yang disesuaikan dengan perkembangan moneter, jatuh tempo tanggal 30 Agustus 2015. Fasilitas kredit yang telah diberikan kepada JHON JERRY sebagai debitur belum mengalami jatuh tempo 30 Agustus 2015, namun sejak bulan oktober 2007 pihak debitur tidak pernah lagi melaksanakan kewajibannya atas hutangnya kepada pihak Bank setiap bulannya pada waktu dan dengan cara sebagaimana ditentukan dalam perjanjian, hal tersebut sudah merupakan bukti bahwa pihak debitur telah mengingkari dan lalai menunaikan kewajibannya, selanjutnya mulai tanggal 31 januari 2008 pihak debitur telah dikategorikan sebagai kredit macet. Menurut ketentuan Pasal 12.2. huruf a, b, c, dan d akta perjanjian kredit Nomor : 47 tanggal 30 Agustus 2005 yang dibuat dihadapan notaris, dapat dinyatakan bahwasannya apabila suatu kejadian pelanggaran terjadi dan tidak dapat ditanggulangi, maka Bank tanpa peringatan somasi terlebih dahulu dan tanpa persetujuan, keputusan atau pemberian wewenang dari pengadilan yang semuanya dengan ini menyatakan oleh debitur secara tegas dikesampingkan, berhak: Universitas Sumatera Utara a Menyatakan fasilitas kredit Bank berakhir; danatau b Menyatakan setiap jumlah yang terhutang oleh debitur berdasarkan perjanjian kredit dan dokumen lain yang berkaitan dengan perjanjian kredit menjadi jatuh tempo dan wajib dibayar oleh debitur ; danatau c Mengeksekusi salah satu atau lebih jaminan; danatau d Mengambil salah satu atau mengkombinasikan langkah – langkah yang tesebut sub ayat a, b, c, di atas dan atau tindakan hukum lain yang diperbolehkan dalam undang – undang yang berlaku. Pelanggaran yang dilakukan pihak debitur adalah tidak membayar kewajiban hutangkredit pada waktu yang telah ditetapkan, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 12 point 12.2. huruf b Akta Perjanjian Kredit Nomor: 47 tanggal 30 Agustus 2005 yang diperbuat dihadapan notaris. Oleh karena terhadap fasilitas kredit tersebut diatas pihak Bank telah melakukan peneguran sebanyak tiga kali, sebagaimana didasari dengan surat peringatan pertama tanggal 06 mei 2008, No.08SAM 0020, serta peringatan kedua tanggal 29 mei 2008, No.08SAM0020, serta peringatan ketiga pada tanggal 29 juli 2008, No.08REG 10001 namun atas peringatan tersebut, pihak debitur tetap juga tidak bersedia memenuhi kewajibannya, maka dengan demikian terbukti pihak debitur telah melakukan wanprestasi. Adapun kewajiban hutang termohon adalah tertanggal 21 Agustus 2008 telah berjumlah sebesar 843.354.398,27,- rupiah. Untuk menjamin agar si debitur Universitas Sumatera Utara membayar hutangnya kepada pemohon eksekusi kreditur menurut sebagaimana mestinya, maka pihak debitur menyerahkan jaminan kepada kreditur atau pihak Bank yaitu berupa sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 375 Pandau Hulu II, seluas 161 m2 seratus enam puluh satu meter persegi, PLL Nomor : 12351980I, terletak dalam Propinsi Sumatra Utara, Kota medan, Kecamatan Medan, Kelurahan Panda Hulu II, setempat dikenal dengan Jalan Wahidin Nomor : 6-A, meliputi juga bangunan yang berada di atasnya tersebut beserta perubahan dan penambahannya, termasuk juga tanaman serta hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut beserta perubahan dan penambahannya, termasuk juga tanaman serta hasil karya yang telah ada atau yang akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, terdaftar atas nama Jhon Jerry pihak debitur. Jaminan tersebut diatas diserahkan debitur kepada pihak Bank adalah berdasarkan akta pemberian Hak Tanggungan Peringkat I pertama No: 3392006 tanggal 30 Agustus 2005, yang dibuat dihadapan pejabat PPAT Kota Medan, yang dilengkapi dengan sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I pertama No: 66172005, seperti tersebut diatas sebesar pinjaman yang di pinjam oleh pihak debitur. Oleh karena kelalaian yang diperbuat debitur maka secara sepihak, sesuai dengan akta perjanjian, pihak bank melaporkan kejadian tersebut ke pengadilan negeri, dimana isi dari permohonan tersebut untuk mengeksekusi hak tanggungan yang melekat kepada debitur sebagai jaminan hutang yang diberikannya kepada pihak Universitas Sumatera Utara bank selaku kreditur. Eksekusi yang dikenakan kepada pihak debitur ini berupa sita eksekusi atau biasa disebut juga dengan executorial beslag. 2.Studi Kasus Terhadap Perkara nomor 31 Eks HT 2008 PN. Mdn Mengenai Sita Eksekusi Terhadap Wanprestasi Debitur Pada sub bab ini berdasarkan urairan kasus sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap proses eksekusi yang dilaksanakan dari awal perkara sampai pada pelelangan. Berdasarkan kronologis diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penetapan sita eksekusi sudah melalui proses sebagai mana yang tertera dalam undang – undang. Di mana pelaksanaan awal dari sita eksekusi ini dimulai dengan peringatan, yang sebelumnya pihak kreditor sebagai pihak pemohon eksekusi meminta agar pengadilan mengeluarkan perintah putusan yang berbentuk penetapan untuk mengeksekusi sejumlah tanah beserta dengan bangunan yang menjadi objek jaminan yang telah dibebani hak tanggungan. Peringatan pertama barang jaminan milik termohon eksekusi dalam hal ini ialah Jhon Jerry selaku debitur. pringatan atau aanmaning yang ada di dalam kasus ini sudah mengikuti kaidah kaidah yang tertera dalam undang-undang pasal 197 HIR atau pasal 208 RBG di mana maksimal waktu yang diberikan ialah maksimal delapan hari, menurut pasal 196 HIR atau pasal 207 RBG, dimana jangka waktu yang diberikan untuk menjalankan pelunasan pembayaran yang dihukumkan kepada pihak debitur dan pemenenuhan putusan. Upaya hukum selanjutnya setelah adanya peringatan atau aanmaning, hal yang dilakukan ialah diberlakukannya sita eksekusi executorial beslag terhadap Universitas Sumatera Utara barang jaminan hutang yang telah dibebani hak tanggungan, dalam prosedur sita eksekusi ini ditandai dengan surat penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri, dimana isinya yaitu untuk mengabulkan permohonan eksekusi dari pihak penggugat dalam hal ini pihak Bank UOB BUANA. Syarat formal pertama pelaksanaan sita eksekusi didasarkan atas surat perintah Ketua Pengadilan Negeri. Surat perintah berupa surat penetapan yang dikeluarkan Ketua Pengadilan Negeri dimana tergugat tidak memenuhi putusan selama masa peringatan, bila tergugat tidak mau menjalankan pemenuhan putusan selama masa peringatan sesuai yang dihukumkan kepadanya, sejak tanggal tersebut Ketua Pengadilan Negeri secara ex officio berwenang mengeluarkan surat perintah sita eksekusi. 95 Di dalam isi dari penetapan sita eksekusi disebutkan juga penunjukan panitera atau jurusita Pengadilan negeri dan juga dalam pelaksanaan sita eksekusi turut dihadiri oleh dua orang saksi dari pegawai pengadilan negeri. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam proses pelaksanaan sita eksekusi. Setelah tahap sita eksekusi ini, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pengosongan dan lelang. Dimana pada kasus ini diketahui objek jaminan yang disita telah dalam keadaan kosong sebelumnya. Oleh sebab itu dapat langsung dilakukan proses lelang terhadap objek lelang yang ditandai dengan penetapan ketua pengadilan yang pada pokoknya memerintahkan panitera Pengadilan Negeri Medan untuk melaksanakan lelang eksekusi terhadap barang sitaan yang sebelumnya telah Ibid, hal 69. Universitas Sumatera Utara diletakkan sita eksekusi diatasnya. Berdasarkan fakta-fakta pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus melalui eksekusi ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan