BAB IV PENELAAHAN KASUS
PENETAPAN NOMOR 31 Eks HT 2008 PN. Mdn
A. Pengaturan Mengenai Proses Eksekusi
Eksekusi ialah suatu tindakan yang saling berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata, dimana pelaksanaan tata tertib beracara
terkandung di dalam HIR atau RBG. Eksekusi ini terdapat di dalam Bab kesepuluh Bagian Kelima HIR atau Titel ke Empat RBG, pada bagian tersebut telah diatur
pasal-pasal tata cara “menjalankan putusan pengadilan, mulai dari: tata cara peringatan aanmaning, sita eksekusi executorial beslag, penyanderaan
gijzeling.
94
Tata cara menjalankan putusan pengadilan yang disebut eksekusi tadi diatur mulai pasal 195 sampai pasal 224 HIR atau pasal 206 sampai pasal 258 RBG.
Namun pada saat sekarang, tidak semua ketentuan pasal – pasal tadi berlaku efektif. Yang masih betul-betul efektif berlaku terutama pasal 195 sampai Pasal 208 dan
Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai pasal 240 dan pasal 258 RBG. Sedang pasal 209 sampai pasal 223 HIR atau pasal 242 sampai pasal 257 RBG yang mengatur
tentang Sandra gijzeling, tidak lagi diperlukan secara efektif. Alasan larangan tersebut, karena tindakan penyandraan terhadap seseorang debitur dianggap
bertentangan dengan prikemanusiaan, sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA No.21964 tanggal 22 januari 1964
Ibid, Hal 1.
72
Universitas Sumatera Utara
B. Pihak Yang Terkait dalam Proses Eksekusi
Pelaksanaan eksekusi tidak luput dari pihak-pihak yang berperan di dalamnya, diantaranya ialah Ketua Pengadilan Negeri selaku ketua yang memimpin
dan memerintahkan pejabat pemerintah untuk melakukan eksekusi, panitera atau jurusita dimana di dalam Pasal 197 Ayat 1 HIR atau Pasal 208 Ayat 1 RBG berisi
perintah kepada panitera atau juru sita menjalankan eksekusi sesuai dengan amar putusan. Dalam menjalankan pelaksanaan eksekusi panitera atau juru sita dibantu
oleh dua orang saksi, dan aparat yang terkait, guna memperhatikan dan mengamankan jalannya eksekusi.
C. Penelaahan Kasus Nomor 31EksHT2008PN. Mdn
1. Kronologis Kasus
Sebelum membahas dan menganalisis kasus atas perkara eksekusi hak tanggungan dalam skripsi ini, perlu kiranya diuraikan secara ringkas kronologis dari
kasus ini. Uraian kronologis ini dikemukakan berdasarkan data dan informasi yang didapatkan yaitu dengan mempelajari berkas – berkasnya dan menyesuaikan dengan
peraturan dalam beracara. Berdasarkan berkas kasus, secara singkat dapat diuraikan bahwa telah terjadi
wanprestasi di dalam perjanjian KPR yang dilakukan antara PT. BANK UOB BUANA Tbk sebagai pihak kreditur Dengan JHON JERRY sebagai pihak debitur.
Berdasarkan Akta Perjanjian Kredit No. 47, tgl 30 -08- 2005, dimana pihak bank yang telah memperoleh persetujuan dari isteri debitur telah mengadakan perikatan
Universitas Sumatera Utara
kredit dengan JHON JERRY, yaitu debitur memperoleh fasilitas kredit pemilikan Rumah Buana Plus KPR-Buana Plus sampai jumlah maksimum sebesar
900.000.000,- rupiah. Pemberian kredit tersebut diberi jangka waktu selama 120 bulan, yang dikenakan bunga sebesar 10,5 pertahun, untuk jangka waktu 6 bulan
pertama, dan selanjutnya dapat berubah menurut penetapan bank yang disesuaikan dengan perkembangan moneter, jatuh tempo tanggal 30 Agustus 2015.
Fasilitas kredit yang telah diberikan kepada JHON JERRY sebagai debitur belum mengalami jatuh tempo 30 Agustus 2015, namun sejak bulan oktober 2007
pihak debitur tidak pernah lagi melaksanakan kewajibannya atas hutangnya kepada pihak Bank setiap bulannya pada waktu dan dengan cara sebagaimana ditentukan
dalam perjanjian, hal tersebut sudah merupakan bukti bahwa pihak debitur telah mengingkari dan lalai menunaikan kewajibannya, selanjutnya mulai tanggal 31
januari 2008 pihak debitur telah dikategorikan sebagai kredit macet. Menurut ketentuan Pasal 12.2. huruf a, b, c, dan d akta perjanjian
kredit Nomor : 47 tanggal 30 Agustus 2005 yang dibuat dihadapan notaris, dapat dinyatakan bahwasannya apabila suatu kejadian pelanggaran terjadi dan tidak dapat
ditanggulangi, maka Bank tanpa peringatan somasi terlebih dahulu dan tanpa persetujuan, keputusan atau pemberian wewenang dari pengadilan yang semuanya
dengan ini menyatakan oleh debitur secara tegas dikesampingkan, berhak:
Universitas Sumatera Utara
a Menyatakan fasilitas kredit Bank berakhir; danatau
b Menyatakan setiap jumlah yang terhutang oleh debitur berdasarkan perjanjian
kredit dan dokumen lain yang berkaitan dengan perjanjian kredit menjadi jatuh tempo dan wajib dibayar oleh debitur ; danatau
c Mengeksekusi salah satu atau lebih jaminan; danatau
d Mengambil salah satu atau mengkombinasikan langkah – langkah yang
tesebut sub ayat a, b, c, di atas dan atau tindakan hukum lain yang diperbolehkan dalam undang – undang yang berlaku.
Pelanggaran yang dilakukan pihak debitur adalah tidak membayar kewajiban hutangkredit pada waktu yang telah ditetapkan, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
12 point 12.2. huruf b Akta Perjanjian Kredit Nomor: 47 tanggal 30 Agustus 2005 yang diperbuat dihadapan notaris. Oleh karena terhadap fasilitas kredit tersebut diatas
pihak Bank telah melakukan peneguran sebanyak tiga kali, sebagaimana didasari dengan surat peringatan pertama tanggal 06 mei 2008, No.08SAM 0020, serta
peringatan kedua tanggal 29 mei 2008, No.08SAM0020, serta peringatan ketiga pada tanggal 29 juli 2008, No.08REG 10001 namun atas peringatan tersebut, pihak
debitur tetap juga tidak bersedia memenuhi kewajibannya, maka dengan demikian terbukti pihak debitur telah melakukan wanprestasi.
Adapun kewajiban hutang termohon adalah tertanggal 21 Agustus 2008 telah berjumlah sebesar 843.354.398,27,- rupiah. Untuk menjamin agar si debitur
Universitas Sumatera Utara
membayar hutangnya kepada pemohon eksekusi kreditur menurut sebagaimana mestinya, maka pihak debitur menyerahkan jaminan kepada kreditur atau pihak Bank
yaitu berupa sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor: 375 Pandau Hulu II, seluas 161 m2 seratus enam puluh satu meter persegi, PLL Nomor : 12351980I,
terletak dalam Propinsi Sumatra Utara, Kota medan, Kecamatan Medan, Kelurahan Panda Hulu II, setempat dikenal dengan Jalan Wahidin Nomor : 6-A, meliputi juga
bangunan yang berada di atasnya tersebut beserta perubahan dan penambahannya, termasuk juga tanaman serta hasil karya yang telah ada atau akan ada yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut beserta perubahan dan penambahannya, termasuk juga tanaman serta hasil karya yang telah ada atau yang
akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, terdaftar atas nama Jhon Jerry pihak debitur. Jaminan tersebut diatas diserahkan debitur kepada pihak Bank
adalah berdasarkan akta pemberian Hak Tanggungan Peringkat I pertama No: 3392006 tanggal 30 Agustus 2005, yang dibuat dihadapan pejabat PPAT Kota
Medan, yang dilengkapi dengan sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I pertama No: 66172005, seperti tersebut diatas sebesar pinjaman yang di pinjam oleh pihak
debitur. Oleh karena kelalaian yang diperbuat debitur maka secara sepihak, sesuai
dengan akta perjanjian, pihak bank melaporkan kejadian tersebut ke pengadilan negeri, dimana isi dari permohonan tersebut untuk mengeksekusi hak tanggungan
yang melekat kepada debitur sebagai jaminan hutang yang diberikannya kepada pihak
Universitas Sumatera Utara
bank selaku kreditur. Eksekusi yang dikenakan kepada pihak debitur ini berupa sita eksekusi atau biasa disebut juga dengan executorial beslag.
2.Studi Kasus Terhadap Perkara nomor 31 Eks HT 2008 PN. Mdn Mengenai Sita Eksekusi Terhadap Wanprestasi Debitur
Pada sub bab ini berdasarkan urairan kasus sebelumnya akan dilakukan analisis terhadap proses eksekusi yang dilaksanakan dari awal perkara sampai pada
pelelangan. Berdasarkan kronologis diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penetapan sita eksekusi sudah melalui proses sebagai mana yang tertera dalam
undang – undang. Di mana pelaksanaan awal dari sita eksekusi ini dimulai dengan peringatan, yang sebelumnya pihak kreditor sebagai pihak pemohon eksekusi
meminta agar pengadilan mengeluarkan perintah putusan yang berbentuk penetapan untuk mengeksekusi sejumlah tanah beserta dengan bangunan yang menjadi objek
jaminan yang telah dibebani hak tanggungan. Peringatan pertama barang jaminan milik termohon eksekusi dalam hal ini ialah Jhon Jerry selaku debitur. pringatan atau
aanmaning yang ada di dalam kasus ini sudah mengikuti kaidah kaidah yang tertera dalam undang-undang pasal 197 HIR atau pasal 208 RBG di mana maksimal waktu
yang diberikan ialah maksimal delapan hari, menurut pasal 196 HIR atau pasal 207 RBG, dimana jangka waktu yang diberikan untuk menjalankan pelunasan
pembayaran yang dihukumkan kepada pihak debitur dan pemenenuhan putusan. Upaya hukum selanjutnya setelah adanya peringatan atau aanmaning, hal
yang dilakukan ialah diberlakukannya sita eksekusi executorial beslag terhadap
Universitas Sumatera Utara
barang jaminan hutang yang telah dibebani hak tanggungan, dalam prosedur sita eksekusi ini ditandai dengan surat penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri, dimana
isinya yaitu untuk mengabulkan permohonan eksekusi dari pihak penggugat dalam hal ini pihak Bank UOB BUANA. Syarat formal pertama pelaksanaan sita eksekusi
didasarkan atas surat perintah Ketua Pengadilan Negeri. Surat perintah berupa surat penetapan yang dikeluarkan Ketua Pengadilan Negeri dimana tergugat tidak
memenuhi putusan selama masa peringatan, bila tergugat tidak mau menjalankan pemenuhan putusan selama masa peringatan sesuai yang dihukumkan kepadanya,
sejak tanggal tersebut Ketua Pengadilan Negeri secara ex officio berwenang mengeluarkan surat perintah sita eksekusi.
95
Di dalam isi dari penetapan sita eksekusi disebutkan juga penunjukan panitera atau jurusita Pengadilan negeri dan juga dalam
pelaksanaan sita eksekusi turut dihadiri oleh dua orang saksi dari pegawai pengadilan negeri. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku dalam proses pelaksanaan sita
eksekusi. Setelah tahap sita eksekusi ini, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
pengosongan dan lelang. Dimana pada kasus ini diketahui objek jaminan yang disita telah dalam keadaan kosong sebelumnya. Oleh sebab itu dapat langsung dilakukan
proses lelang terhadap objek lelang yang ditandai dengan penetapan ketua pengadilan yang pada pokoknya memerintahkan panitera Pengadilan Negeri Medan untuk
melaksanakan lelang eksekusi terhadap barang sitaan yang sebelumnya telah
Ibid, hal 69.
Universitas Sumatera Utara
diletakkan sita eksekusi diatasnya. Berdasarkan fakta-fakta pada proses pelaksanaan penyelesaian kasus melalui eksekusi ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya
telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahsan skripsi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan berdasarkan permsalahan sebagai berikut:
1. Proses eksekusi merupakan salah satu tata cara di dalam peradilan perdata
dimana pengaturannya diatur dalam kitab undang-undang hukum acara perdata yaitu HIR dan RBG. Eksekusi ini terdapat di dalam Bab kesepuluh
Bagian Kelima HIR atau Titel ke Empat RBG, Namun pada saat sekarang, tidak semua ketentuan pasal – pasal tadi berlaku efektif. Pasal-pasal yang ada
disesuaikan dengan keadaan sekarang sehingga tidak ada ketidak sesuaian dengan perinsip-prinsip kemanusiaan.
2. Pada Pelaksanaan eksekusi di lapangan dapat disimpulkan pihak-pihak yang
terlibat ialah: ketua pengadilan negeri sebagai pemimpin dan pemerintah eksekusi, panitera dan jurusita sebagai pelaksana yang menjalankan eksekusi
secara nyata dan fisik, saksi-saksi terkait yang terdiri dua orang pembantu pejabat eksekusi yang merupakan pegawai dari Pengadilan Negeri, dan
aparatur Negara yang beerfungsi mengamankan jalannya eksekusi apabila terjadi hal yang tak diinginkan seperti keributan.
3. Kasus yang terjadi pada perjanjian kredit hutang-piutang antara pihak PT
BANK UOB BUANA Tbk selaku kreditur dengan JHON JERRY selaku 80
Universitas Sumatera Utara
debitur yang mana telah terjadi wanprestasi oleh pihak debitur, dimana proses penyelesaiannya berakhir dengan eksekusi terhadap jaminan hak tanggungan.
Hal ini terjadi karena upaya dalam penyelamatan kredit tidak dapat dilakukan. Pada proses penyelesaian kasus yang dilaksanakan dengan jalan eksekusi oleh
pengadilan ini dalam pelaksanaannya dilapangan telah sesuai dengan atauran aturan yang berlaku mengenai tara cara eksekusi. Yang mana prosesnya
dimulai dengan aanmaning atau peringatan, disusul dengan sita jaminanpengosongan, kemudian dilakukannya lelang, dan yang terakhir
angkat sita.
B. Saran