Hasil Penelitian 5.1. Tingkat Perkembangan Ekonomi KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Utara 0.97

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian 5.1. Tingkat Perkembangan Ekonomi KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Utara

2001-2007 Tingkat perkembangan ekonomi daerah kabupatenkota dilihat melalui : Variabel rata-rata nilai PDRB per kapita dan variabel pertumbuhan growth Produk Domestik Regional Bruto PDRB dengan mengunakan analisis pengelompokan model tipolodi klaassen. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu daerah sebagai hasil dari proses produksi di daerah tersebut. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran ini belum dapat digunakan langsung sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan, karena harus dipertimbangkan juga tingkat ketimpangan pendapatan. PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita sangat dipengaruhi oleh kedua variable tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan PDRB perkapita adalah melambatnya perkembangan pertumbuhan penduduk. Keadaan ini secara tidak langsung menyebabkan terjadinya peningkatan perekonomian disuatu daerah. Dalam perhitungan pendapatan regional Sumatera Utara umumnya di pakai pendekatan dari sisi produksi. Dalam pembahasan selanjutnya PDRB perkapita ini disebut juga dengan istilah pendapatan perkapita. Berikut ini ditampilkan rasio nilai PDRB perkapita dan rasio pertumbuhan PDRB Universitas Sumatera Utara setiap kabupatenkota berdasarkan orientasi wilayah di Sumatera Utara selama tahun 2001- 2007 : Tabel 3 : Rasio nilai PDRB dan rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupatenkota di Sumatera Utara No Orientasi Wilayah Kabupaten Kota Rasio Rasio Nilai PDRB Pertumbuhan PDRB 1 PANTAI TIMUR Labuhan Batu 1.23 1.27 2 Asahan 1.51 -1.28 3 Deli Serdang 1.13 0.36 4 Langkat 0.99 0.80 5 Serdang Bedagai 1.00 1.61 6 Tanjung Balai 1.23 1.34 7 Tebing Tinggi 1.06 1.39 8 Medan 2.03 1.78 9 Binjai 1.04 1.76 Rata-Rata

1.25 0.97

10 DATARAN TINGGI Tapanuli Utara 0.79 -0.36 11 Toba Samosir 1.28 1.28 12 Simalungun 0.89 0.92 13 Dairi 1.00 1.23 14 Karo 1.33 1.16 15 Humbang Hasundutan 0.85 0.99 16 Pakpak Bharat 0.59 1.05 17 Samosir 1.11 0.51 18 Pematang Siantar 1.15 1.08 Rata-Rata 1.00 1.04 19 PANTAI BARAT Nias 0.61 -0.52 20 Mandailing Natal 0.61 1.54 21 Tapanuli Selatan 0.69 0.33 22 Tapanuli Tengah 0.51 1.57 23 Nias Selatan 0.63 0.61 24 Sibolga 1.04 1.37 25 Padang Sidimpuan 0.71 0.93 Rata-Rata

0.68 0.94

Sumber : Hasil Analisis Lampiran 1-2 Berdasarkan tabel 3 maka disajikan typologi perkembangan ekonomi daerah yang merupakan alat analisis tipologi daerah untuk mengetahui klasifikasi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan PDRB dan nilai Produk Domestik Regional Bruto PRDB per kapita kabupatenkota. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata- rata Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita sebagai sumbu Universitas Sumatera Utara horizontal, maka kabupatenkota yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasigolongan yaitu daerahkabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh High growth and high income, daerahkabupaten maju tapi tertekan high income but low growth, daerahkabupaten yang berkembang cepat High growth but low income dan daerahkabupaten yang relatif tertinggal low growth and low income. Klasifikasi daerah kabupatenkota berdasarkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan PDRB digambarkan berdasarkan dengan tipology Klassen adalah seperti matriks berikut ini : Tabel 4. Kategori Perekonomian Daerah KabupatenKota berdasarkan Typologi Klassen Besar PDRB perkapita Pertumbuhan PDRB Rasio PDRB perkapita setiap kabupaten kota terhadap rata-rata perkapita provinsi Rasio pertumbuhan PDRB setiap kabupaten kota terhadap pertumbuhan PDRB provinsi Tinggi ≥ 1 Tinggi ≥ 1 Rendah 1 Wilayah Maju • Toba Samosir • Labuhan Batu • Karo • Sibolga • Tanjung Balai • Pematang Siantar • Tebing Tinggi • Medan • Binjai • Samosir Wilayah Rendah • Mandailing Natal • Tapanuli Tengah • Pakpak Barat • Padang Sidimpuan • Dairi • Humbang Hasundutan • Serdang Bedagai Rendah 1 Wilayah Lamban • Deli Serdang • Asahan Wilayah Kurang Berkembang • Nias • Tapanuli Selatan • Tapanuli Utara • Nias Selatan • Simalungun • Langkat Sumber : Hasil analisis lampiran 1 dan 2. Universitas Sumatera Utara Kabupaten-kabupaten yang termasuk kategori daerah maju adalah Toba Samosir, Labuhan Batu, Karo, Kota Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Samosir dan Binjai terlihat mengumpul pada wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, hanya kabupaten Sibolga berada dalam Wilayah Pantai Barat yang memencar sebagai daerah yang maju. KabupatenKota Labuhan Batu, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai berada dalam Wilayah Pantai Timur sedangkan Kabupatenkota Toba Samosir, Dairi, Karo, Pematang Siantar dan Samosir berada dalam Wilayah Dataran Tinggi, hal tersebut sejalan dengan pendapat Perroux dalam Sirojuzilam menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi dibeberapa tempat yang merupakan pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Berdasarkan tipologi daerah, kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu Toba Samosir, Labuhan Batu, Karo, Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan,Samosir dan Binjai termasuk kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten yang termasuk kategori kabupaten yang maju dan tumbuh cepat ini pada umumnya merupakan daerah yang maju dari segi pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan. Kabupaten Deli Serdang dan Asahan termasuk kabupaten maju tapi tertekan. Kabupaten ini adalah daerahkabupaten yang relatif maju tetapi dalam beberapa tahun mengalami pertumbuhan yang relatif kecil akibat tertekannya kegiatan utama kabupaten yang bersangkutan yang disebabkan pemekaran wilayah. Universitas Sumatera Utara Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Dairi dan Padang Sidimpuan termasuk kabupaten berkembang cepat. Kabupaten yang termasuk dalam kategori ini adalah kabupaten yang mempunyai potensi yang besar tetapi belum diolah secara baik, sehingga meskipun pertumbuhanya cepat tetapi pendapatannya masih dibawah pendapatan rata-rata provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan kabupaten termasuk masih relatif rendah dibandingkan kabupaten-kabupaten lain, sehingga di masa depan harus terus dikembangkan segala potensi ekonomi yang ada agar memperoleh pendapatan per kapita yang tidak rendah lagi. Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Langkat dan Simalungun termasuk kabupaten yang relatif tertinggal. Kabupaten-kabupaten yang termasuk dalam kategori ini adalah kabupaten-kabupaten yang secara ekonomis sangat tertinggal baik dari segi pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita. Dengan kata lain, kabupaten- kabupaten dalam kategori ini adalah kabupaten yang paling buruk keadaannya dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 5.1.1 Rata-Rata Nilai Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita setiap kabupatenkota di Sumatera Utara Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara Pantai Timur terdiri dari 9 kabupatenkota yang memiliki nilai PDRB per kapita yang berbeda-beda dan berikut ditampilkan rata-rata nilai PDRB di Wilayah Pantai Timur : Tabel 5. : Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2001-2007 No ORIENTASI KABUPATEN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 RATAAN WILAYAH KOTA Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1 Labuhan Batu 6.707.175 6.903.570 7.096.994 7.208.710 7.365.989 7.480.311 7.823.209 7226565 2 Asahan 8.445.826 8.574.152 9.100.933 9.391.462 9.535.741 10.293.037 6.903.598 8892107 3 Deli Serdang 5.848.248 6.250.447 6.341.575 6.836.814 7.007.613 7.097.625 7.272.541 6664980 4 PANTAI Langkat 5.602.949 5.711.333 5.809.831 5.790.730 5.898.438 5.808.584 6.013.173 5805005 5 TIMUR Serdang Bedagai 5.556.284 5.746.192 5.927.942 6.165.679 5849024 6 Tanjung Balai 6.533.047 6.775.444 7.107.561 7.345.543 7.468.769 7.551.912 7.684.976 7209607 7 Tebing Tinggi 5.512.635 5.777.344 5.983.239 6.248.169 6.460.242 6.691.874 7.018.280 6241683 8 Medan 10.215.372 10.613.034 11.099.577 11.748.852 12.411.650 13.174.001 14.090.603 11907584 9 Binjai 5.274.741 5.547.659 5.940.395 6.266.053 6.439.516 6.605.547 6.868.205 6134588 Rata-Rata 6.015.555 6.239.220 6.497.789 7.376.957 7.592.683 7.847.870 7.760.029 7.325.683 Sumatera Utara 6175689 6385069 6609292 6861583 7106763 7383039 7775393 5876031 Sumber : Biro Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka Berbagai Sumber Wilayah Pantai Timur merupakan wilayah yang memiliki pendapatan rata-rata tertinggi dibandingkan dengan orientasi wilayah lain di Sumatera Utara dengan rata-rata pendapatan adalah Rp. 7.325.683,- yang menunjukkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk di Wilayah Pantai Timur dikategorikan tinggi yang dinilai dengan kebutuhan dalam satu keluarga di wilayah ini. Kenaikan pendapatan di wilayah ini setiap tahunnya tidak begitu besar, namun ditahun 2004 terjadi kenaikan yang paling besar yakni Rp. 879.168,- sedangkan ditahun lain kenaikan hanya sekitar Rp. 200.000,- yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Grafik 1. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara Kenaikan pendapatan ini ditahun 2004 merupakan akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Deli Serdang membentuk kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini menyebabkan adanya penambahan wilayah yang menyumbangkan pendapatan kepada Wilayah Pantai Timur. Selain itu, ditahun ini terjadi kenaikan PDRB yang disebabkan oleh peningkatan sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi di Medan dan Deli Serdang sebagai penyumbang pendapatan kepada Wilayah Pantai Timur. Kabupaten yang memiliki kenaikan pendapatan tertinggi adalah kabupaten Asahan ditahun 2006, adapun kenaikan ini disebabkan karena terjadi kenaikan pendapatan di sektor Industri Pengolahan. Namun ditahun 2007 terjadi penurunan pendapatan di kabupaten Asahan yang sangat tinggi yang disebabkan adanya pemekaran wilayah di kabupaten ini membentuk Kabupaten Batu Bara yang membuat adanya pemisahan perhitungan pendapatan dari Kabupaten Asahan. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kabupatenkota yang memiliki perubahan pendapatan yang paling tinggi adalah kota Medan dengan rata-rata perubahan pendapatan perkapita sebesar Rp.645.872,- 3,97, hal ini disebabkan karena Kota Medan 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 9000000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P D R B Universitas Sumatera Utara merupakan provinsi yang menjadikan wilayah ini merupakan pusat dari segala kegiatan ekonomi dari segala sektor yang ada dan merupakan sektor basis di Provinsi Sumatera Utara. Perubahan dari pendapatan di Wilayah Pantai Timur adalah sebesar Rp. 290.746,- 4,57 dan di Sumatera Utara sendiri sebesar Rp.266.217,- 4,02. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan yang terjadi di Medan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah administratif di atasnya, hal ini menunjukkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di kota Medan terus meningkat dari tahun ke tahun sebagai hasil dari proses produksi di daerah tersebut dan sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan walaupun harus dipertimbangkan juga tingkat ketimpangan pendapatan. Pendapatan perkapita di Wilayah Pantai Timur yang dibandingkan dengan pendapatan perkapita Sumatera Utara, maka diketahui bahwa Wilayah Pantai Timur berada di atas pendapatan perkapita Sumatera Utara, dengan rata-rata peningkatan pendapatan di Wilayah Pantai Timur Rp. 290.746,- sedangkan di Sumatera Utara adalah Rp. 266.617,- hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan masyarakat di Wilayah Pantai Timur jauh lebih tinggi dari rata-rata pendapatan Sumatera Utara yang masyarakat yang tinggal di kawasan ini jauh lebih sejahtera dibandingkan masyarakat Sumatera Utara secara umum, hal ini disebabkan Wilayah Pantai Timur dengan luas 24.921,99 Km 2 34,77 dari wilayah Sumatera Utara memiliki potensi ekonomi yang tinggi dimana umumnya wilayah ini didominasi oleh keadaan relatif datar yang sangat baik potensi ekonomi wilayahnya, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Dataran Tinggi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa, dari tahun ke tahun kabupatenkota yang pendapatannya berada di atas pendapatan Sumatera Utara di Wilayah Pantai Timur adalah Tanjung Balai, Labuhan Batu, Asahan dan Medan. Sektor yang paling mendominasi di wilayah ini adalah sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Pertanian, dan Pengangkutan, tetapi khusus di kota Medan hanya sektor pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan saja yang bukan sektor basis. Oleh sebab itu, untuk daerah yang pendapatannya masih di bawah pendapatan Sumatera Utara harus meningkatkan segala sumber daya alam dengan memanfatakan segala pembangunan yang terjadi agar dapat mengejar ketinggalan dibanding daerah-daerah yang memiliki pendapatan tinggi, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah itu akan semakin sejahtera. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara Wilayah Dataran Tinggi memiliki 9 kabupatenkota dan memiliki nilai PDRB yang berbeda- beda. Berikut ini ditampilkan rata-rata nilai PDRB di Wilayah Dataran Tinggi : Tabel 6. : Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2001-2007 No ORIENTASI KABUPATEN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 RATAAN WILAYAH KOTA Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1 Tapanuli Utara 4.027.971 4.222.151 4.389.139 4.593.627 4.809.865 5.066.911 5.223.677 4619049 2 Toba Samosir 5.036.271 5.358.807 8.043.048 8.190.000 8.527.447 8.414.648 8.890.383 7494372 3 Simalungun 4.883.223 4.977.652 5.097.272 5.177.504 5.295.447 5.444.628 5.699.142 5224981 4 DATARAN Dairi 4.767.915 5.215.739 5.718.314 5.985.671 6.254.208 6.367.513 6.658.987 5852621 5 TINGGI Karo 7.402.241 7.514.130 7.813.912 7.953.427 7.804.430 7.968.385 8.167.326 7803407 6 Humbang Hasundutan 4.485.931 4.738.093 4.903.423 5.285.913 5.566.235 4995919 7 Pakpak Bharat 3.215.642 3.392.620 3.564.234 3.735.792 3.553.778 3492413 8 Samosir 6.232.274 6.394.266 6.647.601 6.923.956 6549524 9 Pematang Siantar 6.126.005 6.226.780 6.715.668 6.874.463 7.158.614 6.989.419 7.308.632 6771369 Rata-Rata 3.582.625 3.723.918 5.053.214 5.904.187 6.079.104 6.213.423 6.443.568 5867073 Sumatera Utara 6175689 6385069 6609292 6861583 7106763 7383039 7775393 5876031 Sumber : Biro Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka Berbagai Sumber Universitas Sumatera Utara Wilayah Dataran Tinggi merupakan wilayah yang memiliki pendapatan rata-rata tertinggi setelah Wilayah Pantai Timur dengan rata-rata pendapatan adalah Rp.5.867.073,- yang menunjukkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing perkepala keluarga di Wilayah Dataran Tinggi dikategorikan tinggi yang dilihat sesuai kebutuhan dalam satu keluarga di wilayah ini. Kenaikan pendapatan ini ditiap tahunnya tidak begitu besar namun ditahun 2003 terjadi kenaikan yang paling besar yakni Rp.1.329.296,- sedangkan ditahun lain kenaikan hanya sekitar Rp. 150.000,- yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik 2. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara Tingginya kenaikan pendapatan pada tahun 2003 disebabkan telah mulainya beroperasinya PT. Toba Pulp Lestari secara komersial dan kenaikan yang tidak terlalu tinggi ditahun berikutnya disebabkan karena berkurangnya aktifitas PT. Toba Pulp Lestari yang merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Toba Samosir. Kabupaten dengan rata-rata perubahan pendapatan terendah di wilayah ini adalah Kabupaten Pakpak Bharat yakni sebesar Rp. 84,534 2.63, hal ini bukan disebabkan karena penurunan dinamika ekonomi tetapi karena wilayah ini dapat dikatakan daerah yang baru berdiri yakni pada tahun 2004, dimana daerah ini belum mampu mengembangkan potensi ekonomi di wilayah ini dengan sektor basisunggulan hanya sektor pertanian dan bangunan. 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P D R B Universitas Sumatera Utara Perubahan pendapatan rata-rata perkapita di Wilayah Dataran Tinggi sebesar Rp. 476.824,- yang dibandingkan dengan pendapatan perkapita Sumatera Utara sebesar Rp. 266.617,- maka diketahui peningkatan pendapatan rata-rata Wilayah Dataran Tinggi berada di atas peningkatan pendapatan perkapita Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan rata-rata pendapatan masyarakat di Wilayah Dataran Tinggi lebih tinggi perubahannya dari rata-rata perubahan pendapatan di Sumatera Utara. Masyarakat di wilayah ini dapat dikatakan hidup sejahtera yang disebabkan di Wilayah Dataran Tinggi yang memiliki luas 20.569,62 Km 2 28,70 dari wilayah Sumatera Utara sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah struktur tanahnya labil yang baik untuk dikembangkan serta mendukung program-program pembangunan. Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa setiap daerah memiliki nilai PDRB per kapita yang naik setiap tahunnya, daerah yang memiliki pendapatan di atas pendapatan Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo dan Toba Samosir, hal ini disebabkan karena sektor yang paling mendominasi adalah Pertanian, Jasa dan Pengangkutan. Ketiga sektor ini merupakan sektor yang paling besar kontribusinya untuk wilayah Sumatera Utara. Sedangkan untuk kabupaten lain umumnya hanya di dominasi oleh sektor pertanian dan sektor lain tidak berkembang. Untuk mengejar ketertinggalannya daerah-daerah yang memiliki pendapatan di bawah pendapatan Sumatera Utara dilakukan peningkatan pembangunan di berbagai sektor, khususnya yang didukung oleh sumber daya alam di daerah tersebut, sehingga Wilayah Dataran Tinggi dapat menyusul ketertinggalan dari Wilayah Pantai Timur yang lebih maju, agar masyarakat di wilayah ini semakin hidup sejahtera. Universitas Sumatera Utara Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Wilayah Pantai Barat memiliki 7 kabupatenkota yang memiliki nilai PDRB per kapita yang berbeda-beda. Berikut ini ditampilkan rata-rata nilai PDRB di Wilayah Pantai Barat : Tabel 7. : Rata-Rata Nilai PDRB per kapita kabupatenkota di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2001-2007 No ORIENTASI KABUPATEN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 RATAAN WILAYAH KOTA Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1 Nias 3.104.726 3.340.149 3.615.626 3.717.144 3.524.455 3.686.636 3.930.595 3559904 2 Mandailing Natal 3.322.407 3.193.670 3.376.283 3.524.171 3.657.467 3.826.922 4.036.725 3562521 3 Tapanuli Selatan 3.608.854 3.770.161 3.923.093 3.967.584 4.124.559 4.346.092 4.479.129 4031353 4 PANTAI Tapanuli Tengah 2.685.123 2.774.403 2.929.030 3.037.506 3.148.611 3.156.520 3.278.022 3001316 5 BARAT Nias Selatan 3.450.234 3.615.511 3.471.118 3.838.639 4.010.626 3677226 6 Sibolga 5.511.635 5.776.268 6.012.499 6.189.477 6.331.930 6.428.893 6.692.413 6134731 7 Padang Sidimpuan 4.288.940 4.406.377 3.963.041 4.080.163 4.256.038 4198912 Rata-Rata 2.604.678 2.693.522 3.942.244 4.065.396 4.031.597 4.194.838 4.383.364 4023709 Sumatera Utara 6175689 6385069 6609292 6861583 7106763 7383039 7775393 5876031 Sumber : Biro Pusat Statistik, Sumatera Dalam Angka Berbagai Sumber Wilayah Pantai Barat merupakan wilayah yang memiliki pendapatan rata-rata terendah di Sumatera Utara dengan rata-rata pendapatan adalah Rp. 4.023.709,- yang menunjukkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing perkepala keluarga di Wilayah Pantai Barat dikategorikan rendah yang dilihat sesuai kebutuhan dalam satu keluarga di wilayah. Kenaikan pendapatan ditiap tahunnya tidak begitu besar namun ditahun 2003 terjadi kenaikan yang paling besar yakni Rp. 1.248.722,- sedangkan ditahun lain kenaikan hanya sekitar Rp. 150.000,- yang dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Grafik 3. Rata-Rata Nilai PDRB per kapita di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Tingginya kenaikan pada tahun 2003 disebabkan adanya pembentukan kabupaten baru yaitu Nias Selatan dan Padang Sidimpuan yang menyebabkan adanya penambahan wilayah yang menyumbangkan pendapatan kepada Wilayah Pantai Barat , selain itu ditahun ini terjadi kenaikan PDRB yang disebabakan oleh peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa adalah di kabupaten Padang Sidimpuan, sedangkan sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Nias Selatan, sedangkan sektor lain di Wilayah Pantai Barat tidak mengalami peningkatan yang tinggi ditiap tahunnya. Kabupatenkota yang memiliki perubahan pendapatan perkapita rata-rata tertinggi adalah Sibolga yaitu sebesar Rp. 196.796,- 3.29 hal ini disebabakan karena setiap tahunnya terjadi kenaikan pendapatan untuk setiap sektor ekonomi. Kabupaten di Wilayah Pantai Barat yang perubahan pendapatan rata-rata terendah adalah Kabupaten Padang Sidimpuan yakni sebesar Rp. -8,226 -0.01, hal ini karena sering terjadi perubahan pendapatan terutama ditahun 2005 di sektor Industri Pengolahan. Pendapatan perkapita Wilayah Pantai Barat yang dibandingkan dengan pendapatan perkapita Sumatera Utara maka diketahui bahwa Wilayah Pantai Barat berada di bawah pendapatan 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P D R B Universitas Sumatera Utara perkapita Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan masyarakat di Wilayah Pantai Barat berada dibawah pendapatan Sumatera Utara, hal ini disebabkan karena Wilayah Pantai Barat yang memiliki wilayah paling luas diantara ketiga wilayah, dengan luas wilayah 26.189,07 Km 2 36,54 dari wilayah Sumatera Utara tetapi sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah struktur tanahnya labil, ada beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi terdapat di wilayah ini serta sebagian wilayah tercatat sebagai daerah gempa yang kurang memiliki potensi ekonomi misalnya Nias. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahi bahwa, tidak ada kabupaten yang pendapatannya berada di atas pendapatan Sumatera Utara yang disebabkan di wilayah ini tidak ada sektor ekonomi yang mendominasi, tetapi untuk tiap daerah memiliki sektor unggulan yang berbeda-beda dan tidak saling mendukung satu daerah dengan daerah lain. Oleh sebab itu untuk mengejar ketertinggalan yang terjadi di wilayah ini perlu diperhatikan kesesuaian sumber daya dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan agar terjadi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Pantai Barat ini yang merupakan daerah yang paling tertinggal di Sumatera Utara. 5.1.2. Pertumbuhan growth Produk Domestik Regional Bruto PDRB setiap kabupatenkota di Sumatera Utara Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan disuatu daerah khususnya bidang ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Tingkat keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan di suatu daerah dapat dilihat dari Universitas Sumatera Utara tingkat pertumbuhan ekonomi economic growth yang dicapai. Untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dapat dilihat melalui perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sedangkan pertumbuhan yang negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Berikut ini ditampilkan Pertumbuhan PDRB setiap kabupatenkota di Sumatera Utara, tahun 2001-2007 : Pertumbuhan PDRB kabupatenKota di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara Pertumbuhan di masing-masing kabupatenkota di Wilayah Pantai Timur berbeda. Berikut ini ditampilkan tingkat pertumbuhan dari masing-masing kabupatenkota: Tabel 8. : Pertumbuhan PDRB kabupaten di Wilayah Pantai Timur di Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2002-2007 No ORIENTASI KABUPATEN KOTA Pertumbuhan r = Rata- Rata WILAYAH 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Labuhan Batu 4,37 4,68 3,8 4,14 5,33 6,71 4,84 2 Asahan 2,51 7,25 4,94 3 9,44 -56,3 -4,86 3 Deli Serdang 8,51 3,52 -19,87 4,97 5,44 5,74 1,39 4 PANTAI Langkat 3,07 2,95 1,01 3,47 2,88 4,91 3,05 5 TIMUR Serdang Bedagai 5,91 6,22 6,25 6,13 6 Tanjung Balai 5,5 7,43 5,95 4,11 3,54 4,01 5,09 7 Tebing Tinggi 5,89 4,63 5,53 4,39 5,33 5,98 5,29 8 Medan 5 5,76 7,29 6,98 7,76 7,78 6,76 9 Binjai 6,64 9,07 8,17 5,28 5,32 5,68 6,69 Rata-Rata 5,18

5,18 5,33

5,24 6,7 -2,9 3,69 Sumatera Utara 4,56 4,8 5,7 5,4 6,2 6,9 3,80 Sumber : Hasil analisis lampiran 2.1. – 2.2. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Timur dapat dilihat dari grafik di bawah ini : Grafik 4. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara -4 -2 2 4 6 8 2002 2003 2004 2005 2005 2007 Tahun P e rt u m b u h a n P D R B Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Timur tidak selalu naik, ditahun 2006 terjadi kenaikan PDRB yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,5 yang disebabkan karena adanya penambahan nilai PDRB di kabupaten Asahan di bidang Industri pengolahan, sedangkan ditahun 2007 terjadi penurunan yang sangat tinggi karena pada tahun 2007 terjadi pemekaran kabupaten Asahan membentuk kabupaten Batu Bara yang menyebabkan adanya pemisahan perhitungan PDRB dari kabupaten Asahan yang menurunkan pertumbuhan PDRB sangat besar untuk Wilayah Pantai Timur Kabupaten Batu Bara belum memiliki pertumbuhan ditahun 2007. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata yang paling tinggi adalah Medan yakni sebesar 6,76, sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata di Wilayah Pantai Timur adalah sebesar 3,69 dan di Sumatera Utara sendiri sebesar 3,8, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Medan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah administratif yang lebih tinggi dari kota, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan ekonominya lebih baik. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata terendah di wilayah ini adalah Kabupaten Asahan sebesar -4,86, hal ini bukan karena penurunan dinamika ekonomi tetapi terjadi pemekaran wilayah ditahun 2007 yakni Kabupaten Batu Bara seperti telah dijelaskan diatas. Pertumbuhan ekonomi Wilayah Pantai Timur yang berada di bawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menunjukan bahwa, pertumbuhan yang terjadi di Wilayah Pantai Timur sebagai gambaran dampak kebijakan pembangunan yang dilaksanakan belum cukup berhasil, jika dibandingkan dengan pembangunan di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB kabupatenkota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara Pertumbuhan di masing-masing kabupatenkota di Wilayah Dataran Tinggi berbeda. Berikut ini ditampilkan tingkat pertumbuhan dari masing-masing kabupatenkota: Tabel 9. : Pertumbuhan PDRB kabupatenkota di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2002-2007 No ORIENTASI KABUPATEN KOTA Pertumbuhan r = Rata-Rata WILAYAH 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Tapanuli Utara 5,35 -34,92 4,74 5,04 5,44 6,03 -1,39 2 Toba Samosir 6,94 50,19 -43,92 4,95 5,17 5,77 4,85 3 Simalungun 2,48 2,62 2,72 3,11 4,76 5,31 3,50 4 DATARAN Dairi 10,16 -2,69 5,83 5,34 4,28 5,03 4,66 5 TINGGI Karo 2,75 5,47 3,32 4,7 4,96 5,13 4,39 6 Humbang Hasundutan 5,71 5,65 5,77 5,55 5,67 7 Pakpak Bharat 6,66 5,92 5,66 5,79 6,01 8 Samosir 3,42 3,64 4,59 3,88 9 Pematang Siantar 2,26 8,19 3,83 5,48 -0,29 5,12 4,10 Rata-Rata

4,31 10,15

1,72 4,41

4,26 5,31

3,96 Sumatera Utara 4,56 4,8 5,7 5,4 6,2 6,9 3,80 Sumber : Hasil analisis lampiran 2.1. – 2.2. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Dataran Tinggi tidak selalu naik, ditahun 2003 terjadi kenaikan pertumbuhan PDRB yang paling tinggi yaitu sebesar 5,84. Pertumbuhan ekonomi di Wilayah Dataran Tinggi dapat dilihat dari grafik di bawah ini : Grafik 5. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Dataran Tinggi Sumatera Utara 2 4 6 8 10 12 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P e rt u m b u h a n P D R B Universitas Sumatera Utara Tingginya kenaikan pertumbuhan PDRB pada tahun 2003 disebabkan telah mulainya beroperasi PT. Toba Pulp Lestari secara komersial dan penurunan ditahun berikutnya disebabkan karena berkurangnya aktifitas PT. Toba Pulp Lestari yang merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Toba Samosir di Wilayah Dataran Tinggi. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi adalah Pakpak Bharat sebesar 6,01`, sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata di Wilayah Dataran Tinggi adalah sebesar 3,96 dan di Sumatera Utara sendiri sebesar 3,8. Pertumbuhan ekonomi kabupaten yang lebih tinggi menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan di kabupaten Pakpak Barat lebih berhasil dibandingkan dengan wilayah administrasi yang lebih tinggi. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata terendah di wilayah ini adalah Kabupaten Tapanuli Utara sebesar -1,39, hal ini bukan karena penurunan dinamika ekonomi tetapi terjadi pemekaran wilayah ditahun 2004 membentuk Kabupaten Humbang Hasundutan, yang menyebabkan terjadi pemisahan perhitungan nilai PDRB dari kabupaten Tapanuli Utara terhadap kabupaten hasil pemekarannya. Pertumbuhan ekonomi di Wilayah Dataran Tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara maka diketahui bahwa Wilayah Dataran Tinggi berada di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang menunjukan pertumbuhan yang terjadi di Wilayah Dataran Tinggi sebagai gambaran dampak kebijakan pembangunan yang dilaksanakan sudah cukup berhasil. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB kabupatenkota di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Pertumbuhan di masing-masing kabupatenkota di Wilayah Pantai Barat berbeda. Berikut ini ditampilkan tingkat pertumbuhan dari masing-masing kabupatenkota: Tabel 10. : Pertumbuhan PDRB kabupatenkota di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, Atas Harga Konstan 2000 2002-2007 No ORIENTASI KABUPATEN KOTA Pertumbuhan r = Rata- Rata WILAYAH 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Nias 8,91 -33,91 5,13 -3,33 4,65 6,75 -1,97 2 Mandailing Natal 4,29 6,82 5,47 5,86 6,12 6,46 5,84 3 Tapanuli Selatan 5,75 -14,96 3,15 3,38 5,79 4,39 1,25 4 PANTAI Tapanuli Tengah 4,87 7,62 5,7 5,36 5,5 6,67 5,95 5 BARAT Nias Selatan 7,16 -2,12 3,99 4,83 3,47 6 Sibolga 6,1 5,63 4,76 4,01 5,22 5,53 5,21 7 Padang Sidimpuan 4,63 4,91 5,49 6,18 5,30 Rata-Rata

6,38 7,21

4,83 2,23

5,35 5,66

3,58 Sumatera Utara 4,56 4,8 5,7 5,4 6,2 6,9 3,80 Sumber : Hasil analisis lampiran 2.1. – 2.2. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Barat dapat dilihat dari grafik di bawah ini : Grafik 6. Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB di Wilayah Pantai Barat mengalami penurunan sebesar -2,6 pada tahun 2005 yang disebabkan kabupaten Nias dan Nias Selatan mengalami penurunan pendapatan hampir di semua sektor ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ditahun 2006 sebesar 3,16 disebabkan terjadinya kenaikan nilai PDRB hampir di semua sektor ekonomi di tiap daerah di 1 2 3 4 5 6 7 8 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun P e rt u m b u h a n P D R B Universitas Sumatera Utara Wilayah Pantai Barat sejalan dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan di masing- masing daerah. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata yang paling tinggi adalah Tapanuli Tengah yaitu sebesar 5,95, sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata di Wilayah Pantai Barat adalah sebesar 3,58 dan di Sumatera Utara sebesar 3,8. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah ini lebih baik, dibandingkan daerah di tingkat atasnya. Kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata terendah adalah Nias, yang disebabkan pemekaran wilayah. membentuk kabupaten baru yakni kabupaten Nias Selatan. Pertumbuhan ekonomi di Wilayah Pantai Barat yang dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara maka Wilayah Pantai Barat berada di bawah pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang menunjukan bahwa pertumbuhan yang terjadi di Wilayah Pantai Barat sebagai gambaran dampak kebijakan pembangunan yang dilaksanakan belum cukup berhasil. 5.2. Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Perkapita KabupatenKota Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi Dan Wilayah Pantai Barat di Provinsi Sumatera Utara Perbedaan pendapatan per kapita antar ketiga wilayah yakni Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat, menggunakan rata-rata nilai PDRB per kapita setiap kabupatenkota yang dapat dilihat dari tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Analysis Of Variance PDRB Per Kapita Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat I Wilayah J Wilayah Mean Difference I-J Sig. Lower Bound Lower Bound Wilayah Pantai Timur Wilayah Dataran Tinggi 1,458,609,778 0,137990271 Wilayah Pantai Barat -3301973,556 0,000996853 Wilayah Dataran Tinggi Pantai Timur -1,458,609,778 0,137990271 Wilayah Pantai Barat 1,843,363,778 0,069018772 Wilayah Pantai Barat Pantai Timur -3301973,556 0,000996853 Wilayah Dataran Tinggi -1,843,363,778 0,069018772 F-hitung 8,890 Signifikansi F 0,001 F-tabel 3,05 Sumber : Hasil analisis lampiran 3 Hasil uji F-test diperoleh nilai F-hitung sebesar 8,890 sedangkan nilai nilai F-tabel pada taraf kepercayaan 95 adalah 3,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel F-hitung F-tabel hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan ketiga wilayah secara serempak hal ini dikarenakan nilai PDRB perkapita Wilayah Pantai Timur lebih tinggi dari Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat disebabkan adanya perbedaan sumber daya alam yang dimiliki oleh ketiga wilayah ini. Tanda bendera Flag menunjukkan perbedaan tersebut adalah signifikan, yaitu terdapat perbedaan pendapatan antara Wilayah Pantai Timur dengan Wilayah Pantai Barat , sedangkan yang tidak memiliki tanda bendera secara statistik dianggap tidak memiliki perbedaan yang nyata non signifikan. Hasil analisis uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata pendapatan ketiga wilayah yaitu, antara Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Dataran Tinggi nilai signifikansi adalah 0,138 0,05 menunjukkan tidak ada perbedan pendapatan antara kedua wilayah tersebut. Nilai signifikansi untuk wilyah Wilayah Pantai Timur dengan Wilayah Pantai Barat adalah 0,001 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan pendapatan antara kedua wilayah Universitas Sumatera Utara tersebut. Nilai signifikansi untuk Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat adalah 0,069 0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan pendapatan antara kedua wilayah tersebut. Perbedaan pendapatan disebabkan karena Wilayah Pantai Timur, memiliki sumber daya alam dan manusia yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat. 5.3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara Berbicara tentang disparitas antar wilayah, berarti berbicara tentang distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Tambunan, 2001 menjelaskan pula betapa pentingnya pemeratan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan dan perubahan distribusi pendapatan. Peningkatan pendapatan adalah meningkatkannya pemerataan pendapatan yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata. Penigkatan pendapatan yang diikuti oleh pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antar daerah. Berikut ini adalah nilai Indeks Disparitas, pertumbuhan PDRB dan Pertumbuhan penduduk di Provinsi Sumatera Utara : Tabel 12. Indeks Disparitas dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2007 Tahun Vw Indeks Disparitas Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Pertumbuhan Penduduk 2001 0.36 3.98 1.81 2002 0.36 4.56 1.06 2003 0.37 4.8 1.06 2004 0.38 5.7 1.26 2005 0.39 5.4 1.68 2006 0.41 6.2 2.57 2007 0.45 6.9 1.51 Sumber : Hasil analisis lampiran 2, 4 dan6 Universitas Sumatera Utara Secara umum dapat dilihat bahwa tingkat ketimpangan di Sumatera Utara tidak cukup besar karena berkisar antara 0,36-0,45. Namun memiliki nilai ketimpangan yang terus meningkat seiring meningatnya pendapatan per kapita provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan tidak serta merta menurunkan tingkat ketimpangan wilayah. Dengan demikian dari hasil analisis ini juga dapat dikatakan bahwa kenaikan tingkat disparitas pendapatan antar daerah akan berkembang melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupatenkota yang berpendapatan rendah agar dapat mengejar kabupatenkota yang lain. Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota Wilayah Pantai Timur di Sumatera Utara Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota di Wilayah Pantai Timur dapat kita lihat dari tabel dan grafik di bawai ini : Tabel 13. Indeks Disparitas KabupatenKota Wilayah Pantai Timur Tahun Vw 2001 0.2988 2002 0.29451 2003 0.30363 2004 0.34146 2005 0.35918 2006 0.38752 2007 0.44056 Sumber : Hasil analisis lampiran 5 Universitas Sumatera Utara Grafik 7. Indeks Disparitas KabupatenKota Wilayah Pantai Timur Indeks disparitas di Wilayah Pantai Timur terjadi peningkatan indeks disparitas dari tahun ke tahun hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi pembangunan berada di wilayah ini. Dimana pada tahun 2001 indeks Disparitas adalah 0,2988 dan pada tahun 2007 adalah 0,44056. Peningkatan nilai ketimpangan dari tahun ke tahun ini diikuti pula dengan meningkatnya pendapatan dari daerah ini. Hal ini menunjukan ketidakmerataan distribusi pendapatan pada Wilayah Pantai Timur. Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota Wilayah Dataran Tinggi di Sumatera Utara Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota di Wilayah Dataran Tinggi dapat kita lihat dari tabel dan grafik di bawah ini : Tabel 14. Indeks Disparitas KabupatenKota Wilayah Dataran Tinggi Tahun Vw 2001 0.18635 2002 0.17975 2003 0.23759 2004 0.21294 2005 0.20092 2006 0.18543 2007 0.18723 Sumber : Hasil analisis lampiran 5 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun In d e k s D is p a ri ta s Perkembambangan Indeks Disparitas Universitas Sumatera Utara Grafik 8. Indeks Disparitas KabupatenKota Wilayah Dataran Tinggi Indeks Disparitas di Wilayah Dataran Tinggi pada tahun 2004 terjadi penurunan indeks disparitas dari 0,23759 ditahun 2003 menjadi 0,21294 ditahun 2004 demikian pula ditahun berikutnya hingga mecapai nilai 0,18543 ditahun 2006 walaupun terjadi peningkatan nilai ketimpangan pada tahun 2007 menjadi 0,18723. Penurunan nilai ketimpangan dari tahun ke tahun ini diikuti pula dengan meningkatnya pendapatan dari daerah ini walaupun tidak cukup besar. Hal ini menunjukan mulai meratanya distribusi pendapatan pada Wilayah Dataran Tinggi. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun In d e k s D is p a ri ta s Perkembambanngan Indeks Disparitas Universitas Sumatera Utara Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota Wilayah Pantai Barat di Sumatera Utara Perkembangan Indeks Disparitas Ekonomi KabupatenKota di Wilayah Pantai Barat dapat kita lihat dari tabel dan grafik di bawai ini : Tabel 15. Disparitas KabupatenKota Wilayah Pantai Barat Tahun Vw 2001 0.1639 2002 0.16673 2003 0.16232 2004 0.15877 2005 0.16007 2006 0.15636 2007 0.15297 Sumber : Hasil analisis lampiran 5 Grafik 9. Indeks Disparitas KabupatenKota Wilayah Pantai Barat Daerah – daerah di Wilayah Pantai Barat memiliki indeks disparitas yang relatif kecil yang menggambarkan bahwa ketidakmerataan antar wilayah relatif kecil. Di Wilayah Dataran Tinggi pada tahun 2004 terjadi penurunan indeks disparitas dari 0,16232 ditahun 2003 menjadi 0,15877 ditahun 2004 walaupun ditahun 2005 terjadi peningkatan nilai indeks disparitas tetapi ditahun berikutnya yaitu 2006 dan 2007 terjadi penurunan indeks disparitas hingga mencapai 0.15297 hal ini cukup dapat menggambarkan di Wilayah Pantai Barat mulai terjadi pembangunan diberbagai daerah yang menyebabkan makin meratanya distribusi pendapatan di daerah tersebut. 0,145 0,15 0,155 0,16 0,165 0,17 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun In d e k s D is p a ri ta s Perkembambangan Indeks Disparitas Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara yang dari tahun ke tahun naik namun diikuti pula oleh kenaikan Indeks Disparitas. Hal ini menunjukkan dengan adanya kenaikan pertumbuhan pandapatan tingkat kesenjangan pun meningkat pula. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara pertumbuhan PDRB dan Indeks Disparitas Vw yaitu : Grafik 10. Indeks Disapritas dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara 2001-2007 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi, tetapi pertumbuhan tersebut juga diiringi oleh disparitas antar wilayah yang semakin relatif besar yang disebabkab strategi pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara masih mengacu pada pertumbuhan ekonomi growth oriented strategy, belum mengacu kepada pemerataan pembangunan yang semakin baik growth oriented strategy with distribution. Berbagai program yang dikembangkan untuk menjembatani ketimpangan antar daerah selama ini ternyata belum mencapai hasil yang memadai. Alokasi penganggaran pembangunan sebagai instrumen untuk menguragi ketimpangan ekonomi tersebut 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 3.98 4.56 4.8 5.7 5.4 6.2 6.9 Pertumbuhan PDRB In d e k s D is p a ri ta s V w Perkembambangan Indeks Disparitas Universitas Sumatera Utara tampaknya perlu lebih diperhatikan dimasa mendatang. Strategi alokasi anggaran itu harus mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus mengurangi kesenjangan ketimpangan regional. Proses akumulasi dan mobilasasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, keterampilan tenaga kerja, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heteroginitas dan beragam karakteristik ekonomi suatu daerah, bertitik tolak dari kenyataan bahwa kesenjanganketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Pengaruh antara Y Indeks Disparitas dan X 1 Pertumbuhan Penduduk dan X 2 Pertumbuhan PDRB maka dianalisis dengan uji regresi linier berganda yang dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 16. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Penduduk terhadap Indeks Disparitas Wilayah di Provinsi Sumatera Utara No Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Signifikansi 1 Intercept 0,227 6,227 2,132 0,003 2 Pertumbuhan Penduduk 0,004 0,302 2,132 0,778 3 Pertumbuhan PDRB 0,030 4,371 2,132 0,012 Multipel R 0.9210 R Square 0.8470 F-Hitung 11,10 Signifikansi F 0.0230 F- tabel α = 0,05 6,9400 Sumber : Hasil analisis lampiran 7 Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat nilai R 2 sebesar 84,7. R 2 merupakan Koefisien Indeks Determinasi yang menunjukan informasi bahwa 84,7 pertumbuhan penduduk Universitas Sumatera Utara dan pertumbuhan PDRB telah dapat dijelaskan oleh variable Disparitas atau dengan kata lain sebesar 84,7 pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan PDRB mempengaruhi disparitas. Sedangkan sisanya sebesar 15,3 dipengaruhi oleh faktor lain. Uji Serempak Hasil uji serempak F-test diperoleh nilai F-hitung sebesar 11,1 sedangkan nilai nilai F- tabel pada taraf kepercayaan 95 adalah 6,94 yang menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel F-hitung F – tabel berarti secara serempak terdapat pengaruh nyata antara pertumbuhan penduduk X 1 dan pertumbuhan PDRB X 2 dengan disparitas Y Hipotesis H 1 diterima. Hal ini menggambarkan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan PDRB sangat menentukan nilai Disparitas di Provinsi Sumatera Utara. Uji Parsial Hasil uji parsial untuk variabel pertumbuhan penduduk t-test diperoleh nilai t-hitung sebesar 0.302 sedangkan nilai t-tabel pada taraf kepercayaan 95 adalah 2,132. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di dalam daerah penerimaan H -t-tabel t- hitung t-tabel berarti secara parsial variable pertumbuhan penduduk X 1 memiliki pengaruh tidak nyata terhadap nilai Disparitas Y di Provinsi Sumatera Utara Hipotesis H diterima. Hal ini menggambarkan bahwasanya pertumbuhan penduduk sama sekali tidak mempengaruhi disparitas. Universitas Sumatera Utara Hasil uji parsial untuk variabel pertumbuhan PDRB t-test diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,371 sedangkan nilai t-tabel pada taraf kepercayaan 95 adalah 2,132. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di luar daerah penerimaan H -t-tabel t- hitung t-tabel berarti secara parsial variable pertumbuhan PDRB X 2 memiliki pengaruh nyata terhadap nilai Disparitas Y di Provinsi Sumatera Utara Hipotesis H 1 diterima. Hal ini menggambarkan bahwasanya pertumbuhan PDRB sangat mempengaruhi disparitas. Berdasarkan Tabel 16 diperoleh persamaan perhitungan sebagai berikut : Persamaan Regresi : Y = 0,227 + 0,004 X 1 + 0,030 X 2 Dimana : Y = Indeks Disparitas X 1 = Pertumbuhan Penduduk X 2 = Pertumbuhan PDRB Nilai 0,227 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y artinya jika pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan PDRB tidak ada sama sekali maka indeks disparitas adalah 0,227. Nilai 0,030 merupakan koefisien regresi variable X 2 yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan pertumbuhan PDRB sebesar 1 maka akan ada kenaikan disparitas sebesar 0,030.

5.4. Analisis Struktur Ekonomi KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara