meningkatkan sekresi glukagon, bila kadar glukosa darah turun sampai 70mg100ml darah, maka pankreas akan mensekresikan glukagon dalam jumlah
banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati Guyton, 1990.
2.4.2 Hati
Hati merupakan organ utama yang dicapai insulin endogen melalui sirkulasi portal. Hati bekerja dengan meningkatkan simpanan glukosa sebagai
glikogen dan membalikkan sejumlah mekanisme katabolisme yang berhubungan dengan keadaan pascaabsorpsi, seperti: glikogenolisis, ketogenesis, dan
glukoneogenesis Katzung, 2002.
2.5 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan tingginya konsentrasi glukosa di dalam darah atau disebut juga
hiperglikemia, yang disebabkan oleh kekurangan insulin atau dikombinasikan dengan terjadinya resistensi insulin. Hiperglikemia terjadi karena pengeluaran
glukosa dari hati yang tidak terkontrol dan berkurangnya sintesis glikogen Rang, et al, 2007. Tidak adanya atau tidak memadainya produksi hormon insulin akan
mengakibatkan diabetes melitus tipe 1, terutama ditandai dengan penurunan berat badan, gejala 3 p polifagia, polidipsia, poliuria dan umumnya ditemukan pada
usia anak-anak hingga remaja. Sedangkan peningkatan resistensi insulin dengan penurunan kuantitas insulin menyebabkan diabetes tipe 2, yang dicirikan oleh
tubuh yang gemuk dan usia menengah keatas Amma, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus 2.5.1.1 Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus IDDM atau juvenil onset diabetes Tjay dan Rahardja, 2003. Penyebab
utamanya karen a kerusakan autoimun dari sel β pancreas. Penanda dari kerusakan
sel β yang ada pada saat dilakukan diagnosis dari 90 individu dan termauk sel islet antibodi, antibodi terhadap dekarboksilasi asam glutamat, dan antibodi
terhadap insulin Dipiro., et al, 2008. Pada kondisi ini, insulin di dalam sirkulasi tidak ada , glukagon plasma meningkat, dan sel β pankreas gagal berespon
terhadap semua rangsangan insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan insulin eksogen untuk memperbaiki kondisi katabolik, mencegah ketosis, dan mengurangi
hiperglukagonemia serta penngkatan kadar glukosa darah Katzung, 2002.
2.5.1.2 Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes ini sering disebut Non Insulin Dependent Diabetes Melitus NIDDM, dimana penyakit dikarakteristikkan oleh adanya resistensi insulin atau
kurangnya sekresi insulin. Kurangnya sekresi insulin posprandial disebabkan gangguan fungsi sel β pankreas dan kurangnya rangsangan untuk mensekresi
insulin dari hormon usus Dipiro., et al, 2008. Pada kondisi seperti ini, pasien dapat diobati dengan antidiabetika oral dan kecenderungan terjadinya asidosis
tidak ada. Sekitar 70-80 dari pasien diabetes yang tegolong jenis ini dikarenakan factor keturunan yang berperan besar. Bilamana terjadi resistensi insulin, hali itu
biasanya diakibatkan makan terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan individualnya, seperti lazimnya pada orang gemuk Tjay dan Rahardja, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1.3 Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes tipe ini terjadi sebagai akibat intoleransi glukosa yang didapat selama masa kehamilan. Deteksi klinis diperlukan sebagai terapi untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas janin Dipiro., et al, 2008. Kebanyakan wanita penderita gestational diabetes memiliki homeostatis glukosa yang normal
selama paruh pertama sampai bulan kelima masa hamil. Pada paruh kedua masa hamil antara bulan keempat dan kelima mengalami defisiensi insulin relatif.
Pada umumnya kadar glukosa darah kembali normal setelah melahirkan Amma, 2009. Penyebab diabetes gestasional dianggapa berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan energi dan kadar esterogen serta hormon pertumbuhan yang terus- menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan esterogen
menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan penurunann responsivitas seluler.hormon pertumbuhan juga memiliki beberapa efek anti
insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis dan stimulasi jaringan adipose Corwin, 2009.
2.5.1.4 Diabetes Mellitus Tipe Lain
Tipe ini disebabkan oleh faktor lain, seperti efek genetis pada fungsi sel β pancreas pada kerja insulin, penyakit pankreas eksokrin, atau akibat penggunaan
obat-obatan Dipiro., et al, 2008.
2.5.2 Manajemen Terapi 2.5.2.1 Terapi Insulin
Terapi insulin adalah pengobatan utama untuk semua pasien dengan DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diterapi dengan diet maupun agen
hipoglikemik oral, serta untuk pasien dengan diabetes postpancreatectomy dan
Universitas Sumatera Utara
diabetes gestasional. Selain itu, insulin berperan dalam pengelolaan diabetes ketoasidosis, dan memiliki peran penting dalam pengobatan hiperglikemik, koma
nonketosis dan dalam manajemen perioperatif dari DM tipe 1 dan DM tipe 2. Pada semua kasus, tujuannya tidak hanya untuk menormalkan glukosa darah
tetapi juga semua aspek metabolisme. Pengobatan yang optimal memerlukan pendekatan yang terkoordinasi untuk diet, olahraga, dan pemberian insulin
Goodman and Gilman, 2006.
2.5.2.2 Terapi Obat Hipoglikemik
Berdasarkan cara kerjanya ada lima golongan obat antidiabetika oral yang sering digunakan, yaitu:
1. Sulfonilurea
Mekanisme kerjanya menstimulasi sel β dari pulau langerhans sehingga
sekresi insulin ditingkatkan. Kepekaan sel β untuk kadar glukosa darah juga diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transport glukosa Tjay
dan Rahardja, 2003. Sulfonilurea juga dapat meningkatkan jumlah insulin dengan mengurangi clearance hepatik dari hormon, merangsang pelepasan
somatostatin serta menekan sekresi glukagon walau hanya sedikit Goodman and Gilman, 2006. Generasi pertama sulfonilurea adalah
asetoheksamid, klorpropamid, tolbutamid, dan tolazamid, sedangkan generasi keduanya adalah glibenklamid dan glipizida Dipiro., et al, 2008.
Efek samping dari sulfonilurea jarang, biasanya terjadi pada sekitar 4 dari pasien yang memakai obat generasi pertama dan mungkin sedikit
kurang sering pada pasien yang menerima obat generasi kedua. Efek yang terjadi berupa reaksi hipoglikemik, termasuk koma. Efek samping lainnya
Universitas Sumatera Utara
dari sulfonilurea termasuk penyakit kuning, mual dan muntah, kolestasis, agranulositosis, anemia aplastik dan hemolitik, reaksi hipersensitivitas
umum, dan reaksi dermatologis Goodman and Gilman, 2006. 2.
Biguanida Golongan obat ini bekerja berdasarkan peningkatan kepekaan reseptor
insulin sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat dan bersifat menekan nafsu makan Tjay dan Rahardja, 2003. Contoh dari
golongan ini adalah metformin. Metformin tidak memiliki efek yang signifikan terhadap sekresi glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan, atau
somatostatin. Metformin mengurangi kadar glukosa terutama oleh penurunan produksi glukosa hati dan dengan meningkatkan aksi insulin
pada otot dan lemak. Efek samping dari metformin yang terjadi pada sampai dengan 20 dari pasien diare, antara lain perut tidak nyaman,
mual, dan anoreksia Goodman and Gilman, 2006. 3.
Glukosidase inhibitor Mekanisme kerja utamanya yaitu untuk menurunkan hiperglikemia
postprandial dengan memperlambat laju karbohidrat yang diabsorpsi dari saluran pencernaan Craig and Robert, 1997. Glukosidase inhibitor
menyebabkan malabsorpsi terkait dosis, perut kembung, dan diare Goodman and Gilman, 2006.
4. Thiazolidindion
Efek farmakologisnya berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, lemak, dan hati Tjay
dan Rahardja, 2003. Thiazolidindion meningkatkan transportasi glukosa
Universitas Sumatera Utara
ke dalam otot dan jaringan adiposa dengan meningkatkan sintesis dan translokasi bentuk - bentuk khusus dari transporter glukosa.
Thiazolidindion telah dilaporkan dapat menyebabkan anemia, peningkatan berat badan, edema, dan ekspansi volume plasma Goodman and Gilman,
2006. 5.
Miglitinida Mekanismenya khusus yaitu dengan mencetuskan pelepasan insulin dari
pankreas segera sesudah makan Tjay dan Rahardja, 2003. Obat yang tergolong ke dalam miglitinida antara lain repaglinida dan nateglinida
Craig and Robert, 1997.
2.5.3 Diagnosis
Pemeriksaan untuk DM tipe 2 harus dilakukan setiap 3 tahun pada setiap orang dewasa dimulai pada usia 45 tahun. Pemeriksaan harus dipertimbangkan
pada usia yang lebih dini dan pada individu dengan faktor risiko seperti: riwayat keluarga DM, obesitas, dan adanya tanda-tanda resistensi insulin Wells, et al,
2009. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah:
a. glukosa plasma puasa FPG = fasting plasma glucose. FPG normal adalah
kurang dari 100 mgdl 5,6 mmolL. b.
Glukosa puasa terganggu antara 100 sampai 125 mgdl 5,6 - 6,9 mmolL. c.
Toleransi glukosa terganggu didiagnosis ketika 2 jam setelah makan. Uji toleransi glukosa oral adalah antara 140 dan 199 mgdL 7,8 untuk
11,0 mmol L Wells, et al, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN