Pengujian Farmakologi .1 Pembuatan Larutan Aloksan 5

3.5 Penetapan Karakterisasi Natrium Alginat Secara Spektrofotometri FTIR

Serbuk natrium alginat dicampur dengan KBr kemudian ditekan hingga diperoleh pelet, kemudian dimasukkan ke dalam alat spektrofotometri FTIR, diukur serapannya pada frekuensi 4000-400 cm -1 . Spektrum inframerah dapat dilihat pada lampiran 6, halaman 54.

3.6 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat 150-200 gram berumur 2 - 3 bulan yang dikondisikan selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya. 3.7 Pengujian Farmakologi 3.7.1 Pembuatan Larutan Aloksan 5 Sebanyak 5 g serbuk aloksan dilarutkan dalam larutan100 ml NaCl 0,9 dengan dosis 130 mg kg BB secara intraperitoneal Amma, 2009. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 11, halaman 66.

3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5 bv

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.7.3 Pembuatan Suspensi Natrium Alginat 1

Sebanyak 1 g natrium alginat disuspensikan dalam CMC Na 0,5 sedikit demi sedikit lalu dicukupkan hingga 100 ml.

3.7.4 Pembuatan Suspensi Metformin Dosis 50mgKg BB

Sebanyak 1 g metformin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan Suspensi Na-CMC 0,5 sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen, lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5 hingga 100 ml.

3.7.5 Penyiapan Hewan Uji yang Hiperglikemia

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar yang sehat dan dewasa sebanyak 30 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ditimbang berat badan dan diukur kadar gula darah puasa masing-masing tikus sebelum percobaan dilakukan.

3.7.6 Penentuan Kadar Glukosa Darah KGD

Sebelum percobaan dilakukan, tikus dipuasakan tidak makan tetapi tetap minum selama 18 jam, lalu ditimbang berat badan tikus masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing tikus diukur kadar glukosa darah puasa yaitu dengan memasukkan tikus ke dalam restrainer dimana bagian ekor tetap berada di luar, dicukur bulu ekornya dan dibersihkan dengan alkohol, lalu diambil darahnya melalui pembuluh darah vena dibagian ekor yang ditusuk dengan jarum suntik. Darah yang keluar disentuhkan pada test strip yang telah terpasang pada alat glucometer dan dibiarkan alat mengukur kadar glukosa darah secara otomatis. Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar glukosa darah mgdl. Bagan pengerjaannya dapat dilihat pada lampiran 8, halaman 57. Universitas Sumatera Utara

3.7.7 Penggunaan Alat Glucometer

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah Glucometer Gluko Dr TM dengan menggunakan test strip yang bekerja secara enzimatis. Glucometer ini secara otomatis akan hidup ketika test strip dimasukkan dan akan mati ketika test strip dicabut. Kode nomor yang muncul pada layar dicocokkan dengan yang ada pada vial Gluko Dr TM test strip. Test strip yang dimasukkan pada glucometer maka pada bagian layar akan tertera angka yang sesuai dengan kode test strip, kemudian pada layar monitor glucometer muncul tanda akan siap diteteskan darah. Dengan menyentuh setetes darah ke test strip melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah, alat mulai mengukur kadar glukosa darah. Hasil pengukuran diperoleh selama 11 detik. Gambar alat glucometer dapat dilihat pada lampiran 12, halaman 67.

3.7.8 Pengujian Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah

Pengujian efek hipoglikemik natrium alginat dilakukan dengan metode induksi aloksan dengan variasi dosis. Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok,yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus, yakni : Kelompok I : Tikus diabetes diberi suspensi CMC 0,5 dosis 1 BB Kelompok II : Tikus diabetes diberi suspensi Metformin ® dosis 50 mgkg BB Kelompok III : Tikus diabetes diberi suspensi na alginat dosis 200 mgkg BB Kelompok IV : Tikus diabetes diberi suspensi na alginat dosis 400 mgkg BB Kelompok V : Tikus diabetes diberi suspensi na alginat dosis 800 mgkg BB Tikus yang telah dipuasakan ditimbang berat badannya, ditentukan kadar glukosa darah puasa, kemudian masing-masing tikus diberikan suntikan aloksan secara intraperitonial dengan dosis 130 mgkg BB dan tikus dipelihara selama 3 Universitas Sumatera Utara hari, selanjutnya disebut tikus diabetes. Tikus yang telah mengalami diabetes masing-masing diberi sediaan secara oral sebanyak satu kali setiap hari selama 6 hari. Sebelum dan setelah pemberian sediaan uji, darah tikus diambil pada hari ke- 0, 3, 6, dan 9 dari masing-masing kelompok. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 56.

3.9 Analisis Data