Resolusi Konflik

5. Resolusi Konflik

Resolusi konflik merupakan suatu upaya untuk mencarikan solusi dalam menangani konflik dan berusaha untuk membangun hubungan baru antara pihak-

68 Ibid. 69 Ibid.

pihak yang berkonflik. 70 Resolusi konflik dalam konteks negara dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Mutual Assured Destruction (MAD), Confidence Building

Measures (CBMs), dan Structural Balance Theory (SBT). Mutual Assured Destruction (MAD) menjelaskan bahwa apabila terjadi konflik antara dua negara dengan power yang besar, maka kedua negara tersebut

akan hancur. 71 Prinsip ini lahir pada masa Perang Dingin, yaitu antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Apabila meletus perang antara dua negara adidaya

tersebut, maka akan terjadinya perang nuklir, dan semua pihak akan dirugikan. Sehingga konflik yang terjadi pada masa Perang Dingin hanya terjadi antara negara boneka saja (proxy war). Oleh karena itu, karena setiap negara menyadari prinsip MAD ini, maka cara yang paling tepat untuk mencegah terjadinya konflik adalah dengan meningkatkan power yang dimiliki oleh setiap negara hingga batas maksimal.

Confidence Building Measures (CBMs) menjelaskan bahwa konflik yang melibatkan banyak negara di suatu kawasan terjadi karena kurangnya rasa saling

percaya antar negara. 72 Sehingga konsep ini menekankan pada pentingnya membangun rasa saling percaya antar negara untuk mencegah terjadinya konflik

di suatu kawasan. Upaya CBMs ini dapat dilakukan dengan physical measures

70 Nieke. Manajemen dan Resolusi Konflik dalam Masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Vol. 12/ No. 2/ 2011. hal 8.

71 Nuclear Files: Project of the Nuclear Age Peace Foundation. Diakses pada 10 Juni 2015. Pukul

02.45 WIB. ( http://www.nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclear-weapons/history/cold- war/strategy/strategy-mutual-assured-destruction.htm ).

72 Glaser, Bonnie S. 2015. Center for Strategic and International Studies: Confidence-Building Measures. Diakses pada 10 Juni 2015. Pukul 02.52 WIB. ( http://csis.org/programs/international-

security-program/asia-division/cross-strait-security-initiative-/confidence-b ).

(dengan kerjasama), communication measures (dengan dukungan), dan relationship measures (dengan hubungan baik).

Structural Balance Theory (SBT) menjelaskan bahwa aliansi merupakan langkah yang tepat untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dalam

sistem internasional yang anarki. 73 Sehingga teori ini menekankan pada pentingnya mewujudkan aliansi yang seimbang antara negara kuat dengan negara

lemah. Aliansi yang seimbang tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama, aliansi tanpa adanya enemy. Aliansi ini bukan untuk merespon pihak lain yang menjadi ancaman, namun untuk memperoleh kepentingan bersama, misal aliansi untuk meningkatkan perekonomian. Kedua, aliansi dengan adanya mutual enemy. Aliansi ini bertujuan untuk merespon pihak lain yang menjadi ancaman bersama bagi negara-negara yang beraliansi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang berjudul “Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer

Tiongkok Periode 2006- 2010” dapat dianalisa menggunakan konsep resolusi konflik. Hal ini disebabkan karena Jepang dan Tiongkok merupakan dua negara raksasa Asia Timur yang sedang terlibat dalam persengketaan teritorial, yaitu sengketa Kepulauan Senkaku atau Kepulauan Diaoyutai. Sehingga peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode 2006-2010 dapat membuat hubungan kedua negara menjadi semakin panas dan dapat memicu terjadinya konflik yang besar. Dengan demikian maka konsep resolusi konflik ini digunakan untuk

73 Facchetti, Giuseppe. Giovanni Lacono. dan Claudio Altafini. 2011. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America: Computing Global Structural Balance in

Large-Scale Signed Social Networks. Diakses pada 10 Juni 2015. Pukul 03.02 WIB. ( http://www.pnas.org/content/108/52/20953.full.pdf ).

mencarikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kedua negara, dan untuk memahami tindakan yang diambil Jepang dan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010.