Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006-2010

B. Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat dalam Merespon Peningkatan Anggaran Militer Tiongkok Periode 2006-2010

Menurut Quincy Wright, dalam bukunya yang berjudul “The Study of International Relations”, diplomasi adalah suatu seni negosiasi untuk mencapai keuntungan yang maksimum dalam kondisi dimana perang mungkin saja

terjadi. 176 Berdasarkan pengertian tersebut maka ketika suatu negara merasa terancam oleh keberadaan negara lain, negara itu akan melakukan diplomasi, baik

diplomasi ke negara yang mengancamnya itu maupun diplomasi ke negara lain yang bisa memberikan perlindungan. Sehingga peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode 2006-2010 akan membuat Jepang melakukan diplomasi dengan Amerika Serikat, karena Amerika Serikat merupakan negara yang bisa memberikan perlindungan kepada Jepang dari ancaman Tiongkok tersebut.

Selama periode 2006-2010, Jepang banyak melakukan diplomasi dengan Amerika Serikat. Peningkatan diplomasi Jepang dengan Amerika Serikat ini dilakukan dengan tujuan untuk merespon ancaman dari peningkatan kekuatan militer Tiongkok pada periode tersebut. Jepang memilih Amerika Serikat sebagai sasaran diplomasinya karena Amerika Serik at merupakan “Payung Pertahanan” Jepang sejak pasca Perang Dunia II. Selain itu, diplomasi ini juga dilakukan karena Amerika Serikat merupakan pihak yang paling merasa terancam terhadap

176 Wright, Quincy. Loc.cit.

kebangkitan Tiongkok ini. Hal ini disebabkan karena kebangkitan Tiongkok dapat mengancam status quo Amerika Serikat sebagai negara hegemoni tunggal dunia pasca Perang Dingin.

Tiongkok merupakan ancaman yang serius bagi Jepang. Pada tanggal 10 Desember 2004, pemerintah Jepang mengeluarkan National Defense Program Guide (NDPG) sebagai kebijakan baru sektor pertahanan Jepang. Namun

kebijakan ini baru mulai diterapkan pada tahun 2005. 177 Pada NDPG 2005, ancaman militer Tiongkok secara resmi diletakkan ke dalam kebijakan keamanan

pemerintah Jepang. 178 Kemudian dalam rencana pertahanan Jepang 2005-2009, disebutkan bahwa Tiongkok merupakan ancaman yang serius bagi keamanan dan

kedaulatan wilayah Jepang. 179 Oleh karena itu, berdasarkan NDPG Jepang tersebut, maka diplomasi Jepang dan Amerika Serikat pada tahun 2006 hingga

tahun 2010 yang terkait dengan peningkatan aliansi pertahanan kedua negara merupakan bentuk respon Jepang terhadap ancaman dari peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode tersebut.

Perdana Menteri Shinzo Abe (2006-2007), sering mengemukakan rencananya untuk melakukan amandemen terhadap Pasal 9 Konstitusi Jepang. 180 Hal ini

disebabkan karena ia menyadari pentingnya kekuatan militer, agar Jepang siap menghadapai segala bentuk ancaman dan tantangan global. Kemudian pada masa pemerintahannya, Jepang juga membeli beberapa alutsista militer dari Amerika

177 Erwinsyah, Aldrin. Loc.cit. 178 Ibid. 179 Ibid. 180 Roza, Rizki. Loc.cit.

Serikat, seperti rudal patriot tipe PAC-3 dan rudal pencegat SM-3. 181 Rudal tersebut bertujuan untuk menghadapi segala kemungkinan serangan dari luar,

khususnya serangan dari Tiongkok. 182 Pada bulan Januari dan April 2006, Jepang dan Amerika Serikat mengadakan

pertemuan untuk membahas penempatan dan penataan kembali pasukan Amerika Serikat di Jepang. 183 Kemudian pada 01 Mei 2006, kedua negara kembali

mengadakan pertemuan bertema “Japan-US Roadmap for Realignment Implementation”. 184 Pertemuan ini diwakili oleh Menteri Pertahanan Amerika

Serikat Donald Rumsfeld dan Menteri Pertahanan Jepang Fukushiro Nukaga di Pentagon, Amerika Serikat. 185 Pertemuan ini melanjutkan pembahasan

sebelumnya, termasuk membahas pemindahan 8000 marinir dari Okinawa. 186 Hasil dari pertemuan ini adalah melahirkan keputusan untuk memindahkan dua

pangkalan udara Amerika Serikat dari wilayah perkotaan ke pedesaan, membuat Guam menjadi daerah penting bagi aliansi kedua negara dan sebagai penempatan infrastruktur bagi keamanan di Pasifik, serta mengatur kembali peran JSDF untuk

Amerika Serikat. 187 Selain itu, bagian penting dari rencana tersebut adalah kesepakatan untuk memindahkan 8000 marinir dari Okinawa ke Guam. 188 Aliansi

181 Erwinsyah, Aldrin. 2011. Op.cit. hal 36. 182 Ibid. 183

Ministry of Foreign Affairs of Japan: The Japan-US Security Arrangements. Op.cit. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.15 WIB.

Ministry of Foreign Affairs of Japan: Japan-United States Roadmap for Realignment Implementation. Diakses pada 09 Juni 2015. Pukul 20.39 WIB. ( http://www.mofa.go.jp/region/n- america/us/security/scc/doc0605.html ). 185 Ibid. 186 Ibid. 187 Ibid. 188 Ibid.

pertahanan Jepang dan Amerika Serikat ini memainkan peranan penting dalam menghadapi segala bentuk ancaman dari Tiongkok.

Selain itu pada 18 November 2006, Presiden Amerika Serikat George W. Bush bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Hanoi, Vietnam. 189

Pertemuan ini menyepakati Joint Statement of US-Japan Security Consultative Committee, yang merupakan kesepakatan untuk meninjau kembali kerjasama keamanan bilateral Jepang dan Amerika Serikat, khususnya terhadap Ballistic Missile Defense (BMD), dan menekankan pentingnya peran JSDF dalam menjaga keamanan regional dan global, yaitu melalui peningkatan program pertahanan rudal, operasi keamanan maritim, operasi bantuan kemanusiaan, dan lain

sebagainya. 190 Kesepakatan ini dapat meningkatkan keamanan Jepang terhadap ancaman eksternal.

Kemudian pada 13 Februari 2007, Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan, dan Rusia (Six Party Talks), mengadakan pertemuan di

Beijing, Tiongkok. 191 Pertemuan ini menyepakati Initial Actions for the Implementation of the Joint Statement, yang merupakan kesepakatan untuk

mendorong Tiongkok meningkatkan transparansi dalam anggaran militernya, menyadarkan Tiongkok untuk lebih berkontribusi dalam menjaga keamanan regional dan global, meningkatkan normalisasi hubungan Korea Utara, Amerika

189 Ministry of Foreign Affairs of Japan: Joint Statement of the Security Consultative Committee Alliance

Pukul 21.13 WIB. ( http://www.mofa.go.jp/region/n-america/us/security/scc/joint0705.html ).

Ali, Alman Helvas. 2008. Forum Kajian Pertahanan dan Maritim: Peluang Kerjasama Angkatan Laut Indonesia-Jepang. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.17 WIB. ( http://www.fkpmaritim.org/peluang-kerjasama-angkatan-laut-indonesia-jepang/ ).

Ministry of Foreign Affairs of Japan: Initial Actions for the Implementation of the Joint Statement. Diakses pada 09 Juni 2015. Pukul 21.35 WIB. ( http://www.mofa.go.jp/region/asia- paci/n_korea/6party/action0702.html ).

Serikat dan Jepang, memperkuat kerjasama dalam APEC sebagai forum ekonomi regional, mendukung usaha ASEAN dalam mempromosikan nilai-nilai demokrasi, pemerintahan yang baik, penegakan hukum, kebebasan berpendapat, dan ekonomi pasar bebas, memperkuat kerjasama trilateral antara Jepang, Amerika Serikat dan Australia, serta mempererat kerjasama antara Jepang dan NATO, karena NATO telah banyak berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan global, serta dalam mewujudkan tujuan-tujuan strategis aliansi

Jepang dan Amerika Serikat. 192 Pertemuan ini merupakan momen yang tepat bagi Jepang dan Amerika Serikat untuk menekan Tiongkok dalam meningkatkan

transparansi pada anggaran militernya dan menyadarkannya untuk lebih berkontribusi dalam menjaga keamanan regional dan global.

Pada tahun 2008, Menteri Pertahanan Jepang Shigeru Ishiba menyatakan Tiongkok perlu menyadari kecemasan yang dirasakan oleh masyarakat internasional akibat Beijing mengumumkan kenaikan 17,6% anggaran militernya tahun 2008, dan Tiongkok perlu meningkatkan transparansi terhadap peningkatan

anggaran belanja militernya tersebut. 193 Sehingga pada tahun ini, untuk pertama kalinya pemerintah Jepang menyetujui penempatan kapal induk nuklir Amerika

Serikat di wilayahnya. 194 Penempatan kapal induk nuklir ini bertujuan untuk menjaga keamanan di kawasan Asia Timur dan Pasifik Barat, serta mencegah

serangan dari Tiongkok.

192 Sinaga, Obsatar. Loc.cit. 193 Purwanto, Adi Joko. Op.cit. hal 11. 194

Radio Australia: Jepang Izinkan Penempatan Kapal Induk Nuklir Amerika Serikat. Op.cit. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.20 WIB.

Kemudian pada 17 Februari 2009, Menteri Luar Negeri Jepang Hirofumi Nakasone menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat di Tokyo, Jepang, mengenai relokasi Pangkalan Militer III Marine Expeditionary Force Personnel

dari Okinawa ke Guam. 195 Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari Roadmap yang disepakati pada 01 Mei 2006, dan merupakan bentuk peningkatan aliansi

pertahanan kedua negara. Selain itu pada 13 November 2009, diadakan pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Jepang dan Amerika Serikat di Tokyo, Jepang, yang diwakili oleh Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama dan Presiden Amerika Serikat Barack

Obama. 196 Pertemuan ini membahas peningkatan aliansi kedua negara dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. 197 Pada pertemuan

ini Jepang juga menyampaikan keinginannya untuk membentuk Komunitas Asia Timur, namun tetap mengharapkan kehadiran Amerika Serikat sebagai

penyeimbang (balancer). 198 Hal ini disebabkan karena kehadiran Amerika Serikat dapat membantu Jepang dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya dan

dalam menjaga kedaulatan negaranya. Kemudian pada 03 Desember 2010, Jepang dan Amerika Serikat melakukan

latihan militer terbesar dalam sejarah Jepang. 199 Latihan militer ini melibatkan 44 ribu personil militer, 60 kapal perang dan 400 pesawat udara dari kedua negara. 200

Ministry of Foreign Affairs of Japan: The Japan-US Security Arrangements. Op.cit. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.25 WIB.

196 BBC Indonesia: Amerika Serikat dan Jepang Pererat Hubungan. Op.cit. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.28 WIB.

197 Ibid. 198 Ibid.

Ridwan, Asril (ed). 2010. DW Dunia: Jepang dan AS Mulai Latihan Militer. Op.cit. Diakses pada 22 Maret 2015. Pukul 23.32 WIB.

200 Ibid.

Latihan ini dilakukan di pulau-pulau selatan Jepang, dekat pantai Korea Selatan dan di Laut Tiongkok Timur. 201 Latihan ini dilakukan selain untuk memperkuat

kesiapan Jepang dalam menghadapi segala bentuk serangan dari luar, juga untuk memperingati 50 tahun aliansi Jepang-Amerika Serikat.

Diplomasi Jepang dan Amerika Serikat pada periode 2006-2010 tersebut merupakan suatu bentuk respon kedua negara terhadap peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode tersebut. Akan tetapi, Jepang dan Amerika Serikat mempunyai tujuan yang berbeda dalam merespon perilaku Tiongkok itu. Jepang bertujuan untuk menciptakan keamanan dan melindungi kedaulatan negaranya, sedangkan Amerika Serikat bertujuan untuk mengamankan status quo-nya sebagai negara hegemoni dunia dan mencegah kebangkitan Tiongkok. Namun kolaborasi dua negara raksasa di Pasifik ini menghasilkan suatu bentuk kekuatan baru yang dapat menekan Tiongkok dan menjaga stabilitas di Asia Timur.

Oleh karena itu pada tahun 2011, Tiongkok mulai menurunkan peningkatan anggaran militernya, dari yang sebelumnya mencapai 14,9 miliar dolar AS (2010) menjadi 6,6 miliar dolar AS (2011). Keputusan Tiongkok menurunkan peningkatan anggaran militernya ini, menurut analisa penulis, selain karena Jepang mengalami bencana tsunami di awal tahun 2011, sehingga berkurangnya ancaman dari Jepang, juga disebabkan karena tekanan-tekanan politik yang dilakukan oleh Jepang dan Amerika Serikat kepada Tiongkok selama periode 2006-2010.

201 Ibid.

Tabel 3.1