Membendung Kebangkitan Tiongkok

A. Membendung Kebangkitan Tiongkok

Istilah Kebangkitan Tiongkok (The Rise of China), merupakan istilah yang menunjukkan pada besarnya pertumbuhan ekonomi, pengaruh politik, dan kekuatan militer Tiongkok pada beberapa dekade belakangan ini. Kebangkitan Tiongkok ini menimbulkan ancaman terhadap Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Jepang merupakan negara yang sering terlibat konflik teritorial dengan Tiongkok, dan Amerika Serikat merupakan negara yang harus mempertahankan status quo-nya sebagai hegemoni tunggal dunia pasca Perang Dingin. Oleh karena itu, ketika Tiongkok meningkatkan anggaran militernya pada periode 2006-2010, Jepang berdiplomasi dengan Amerika Serikat dengan tujuan untuk bersama-sama membendung kebangkitan Tiongkok.

Koalisi pembendungan (containment coalition) antara Jepang dan Amerika Serikat merupakan suatu bentuk self-help mereka terhadap ancaman dari Tiongkok dalam sistem internasional yang anarki. Menurut Kenneth Waltz, sistem internasional yang anarki merupakan suatu kondisi dimana setiap negara saling memperjuangkan kepentingan nasionalnya, tanpa adanya otoritas tertinggi yang

menaungi interaksi antar negara. 207 Dalam kondisi seperti ini maka sistem internasional yang anarki merupakan ruang bagi struggle for power. 208 Sehingga

ketika Tiongkok meningkatkan power-nya, berupa peningkatan anggaran militer, maka Jepang dan Amerika Serikat akan bekerjasama membentuk power baru sebagai tandingan terhadap power dari Tiongkok tersebut. Hal ini disebabkan

International Relations: Realism. Diakses pada 09 April 2015. Pukul 13.34 WIB. ( http://internationalrelations.org/realism/ ).

Waltz, Kenneth N. The Origins of War in Neorealist Theory. Journal of Interdisciplinary History Vol. 18/ No. 4/ 1988. hal 3.

karena Tiongkok merupakan ancaman bersama (mutual enemy) bagi Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu, diplomasi preventif yang dilakukan oleh Jepang dan Amerika Serikat juga merupakan suatu bentuk kebijakan pembendungan (containment policy) mereka terhadap dominasi atau pengaruh dari Tiongkok.

Ancaman kebangkitan Tiongkok merupakan ancaman serius bagi hegemoni Amerika Serikat. Menurut Antonio Gramsci, hegemoni merupakan dominasi

suatu kelompok terhadap kelompok lain. 209 Dalam konteks negara, hegemoni adalah dominasi dari negara kuat terhadap negara lemah, dimana dominasi

tersebut dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense). Pasca berakhirnya Perang Dingin tahun 1991, Amerika Serikat merupakan negara yang menjadi hegemoni tunggal dunia, dimana segala percaturan politik dan ekonomi dunia berada di bawah pengaruh negara adidaya ini. Dalam dokumen Defense Planning Guidance (DPG) Pentagon tahun 1992, disebutkan bahwa tujuan strategis Amerika Serikat pasca Perang Dingin adalah untuk mempertahankan

hegemoninya. 210 Kemudian National Security Strategy of the United States tahun 2002 juga mengatakan bahwa Amerika Serikat akan berupaya mencegah negara

lain membangun kemampuan militernya, untuk mencegah negara tersebut menyamai, atau bahkan melebihi, kekuatan dari Amerika Serikat. 211

Dengan demikian maka munculnya Tiongkok sebagai raksasa dunia baru pada beberapa dekade belakangan ini menimbulkan kekhawatiran Amerika

Nurrochman. 2008. Teori Pembebasan Studi Komparasi atas Pemikiran Hassan Hanafi dan Antonio Gramsci. Skripsi Aqidah dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. hal 7. 210 Title, Andrew E. 2008. The National Interest: The Road Ahead. Diakses pada 09 April 2015.

Pukul 14.28 WIB. ( http://nationalinterest.org/article/the-road-ahead-2783 ). 211 Arms Control Association: National Strategy to Combat Weapons of Mass Destruction. Diakses

pada 09 April 2015. Pukul 14.28 WIB. ( http://www.armscontrol.org/print/1184 ).

Serikat terhadap munculnya hegemoni dunia baru pasca Soviet. Keterlibatan Tiongkok pada konflik-konflik maritim, seperti Laut Tiongkok Timur dan Laut Tiongkok Selatan, juga menjadi ancaman terhadap hegemoni Amerika Serikat di kawasan tersebut. Oleh karena itu, Amerika Serikat melakukan berbagai upaya untuk membendung dominasi dan pengaruh Tiongkok di kawasan tersebut, salah satunya adalah dengan meningkatkan diplomasi dan hubungan persahabatan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

Sedangkan Jepang merupakan negara di Asia Timur yang juga merasa khawatir terhadap kebangkitan Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari rencana pertahanan Jepang tahun 2005-2009, disebutkan bahwa Tiongkok merupakan

ancaman serius bagi keamanan dan kedaulatan wilayah Jepang. 212 Hubungan sejarah yang buruk, keterlibatan konflik maritim dengan Tiongkok, dan

pembatasan kekuatan militer Jepang, membuat Jepang menjadi pihak yang paling merasa terancam terhadap peningkatan anggaran militer Tiongkok pada periode 2006-2010. Oleh karena itu, diplomasi Jepang dan Amerika Serikat pada periode 2006-2010 bertujuan untuk bersama-sama membendung dominasi dan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Timur.

Jepang berdiplomasi dengan Amerika Serikat, selain karena Amerika Serikat merupakan pihak yang juga merasa terancam oleh kebangkitan Tiongkok, namun

juga karena Amerika Serikat merupakan “Payung Pertahanan” Jepang sejak penandatanganan The US-Japan Treaty of Mutual Security and Cooperation tahun 1951. Sehingga diplomasi yang dilakukan oleh kedua negara terkait dengan

212 Erwinsyah, Aldrin. Loc.cit.

peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010 merupakan suatu bentuk perjuangan mereka dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya, dimana kepentingan Jepang adalah untuk bisa survive dan exist dalam sistem internasional yang anarki, sedangkan kepentingan Amerika Serikat adalah untuk mempertahankan status quo-nya sebagai negara hegemoni tunggal dunia pasca Perang Dingin. Proses perimbangan kekuatan (balance of power) antara aliansi Jepang dan Amerika Serikat terhadap Tiongkok akan dijelaskan pada diagram berikut ini.

Diagram 4.1 PROSES TERJADINYA BALANCE OF POWER

Human

Each State

Balance of

Interest

Its Power

Emerges as

of the

to Survive

a Result of

State

No Regulator,

Sumber: Evil Human Nature as a Necessary Assumption of the Neorealist View on International Politics. 213

213 Parizek, Michal. 2008. E-International Relations Students: Evil Human Nature as a Necessary Assumption of the Neorealist View on International Politics. Diakses pada 09 April 2015. Pukul

19.21 WIB. ( http://www.e-ir.info/2008/03/03/evil-human-nature-as-a-necessary-assumption-of- neorealist-view-on-international-politics/ ).

Berdasarkan diagram di atas, maka perimbangan kekuatan (balance of power) terjadi apabila masing-masing negara saling meningkatkan power-nya, dengan tujuan agar mereka dapat bertahan (to survive) dalam sistem internasional yang anarki, dan agar mereka dapat mendominasi (to dominate) negara lainnya.

Oleh karena itu, ketika Tiongkok meningkatkan power-nya berupa peningkatan anggaran militer pada periode 2006-2010, maka Jepang dan Amerika Serikat juga meningkatkan power mereka, yaitu dengan memperkuat diplomasi dan aliansi pertahanan kedua negara. Hal ini bertujuan untuk membendung power dari Tiongkok tersebut. Upaya pembendungan power ini mengakibatkan terjadinya perimbangan kekuatan (balance of power) antara Tiongkok dengan aliansi Jepang dan Amerika Serikat. Dengan kekuatan yang seimbang, maka stabilitas keamanan masing-masing negara dapat terjamin, dan Jepang dapat memperjuangkan kepentingan nasionalnya tanpa adanya ancaman.