Meningkatkan Keamanan Nasional

C. Meningkatkan Keamanan Nasional

Diplomasi Jepang dengan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010 juga bertujuan untuk meningkatkan keamanan nasional Jepang dari segala bentuk ancaman dari Tiongkok. Menurut Kusnanto Anggoro, keamanan nasional (national security) adalah suatu kondisi Diplomasi Jepang dengan Amerika Serikat dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010 juga bertujuan untuk meningkatkan keamanan nasional Jepang dari segala bentuk ancaman dari Tiongkok. Menurut Kusnanto Anggoro, keamanan nasional (national security) adalah suatu kondisi

prinsip dasar yang harus diperjuangkan oleh setiap negara. Hal ini disebabkan karena keamanan negara akan berdampak pada keberlangsungan hidup seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006- 2010 akan menjadi ancaman terhadap keberlangsungan hidup seluruh penduduk Jepang.

Berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933, terdapat empat unsur utama yang harus dimiliki oleh setiap negara, yaitu negara harus memiliki wilayah tertentu, penduduk yang menetap, pemerintah yang berdaulat, dan pengakuan dari

negara lain. 221 Keempat unsur tesebut merupakan unsur utama yang harus dilindungi dan dipertahankan oleh setiap negara. Sehingga segala bentuk ancaman

terhadap elemen atau unsur-unsur tersebut harus diminimalisir dan diantisipasi dengan serius oleh negara. Menurut Thomas Hobbes, negara merupakan sebuah Leviathan, yaitu sesosok monster yang mempunyai kendali dan kuasa penuh terhadap seluruh rakyat di dalamnya. 222 Sehingga negara memiliki tanggungjawab

penuh terhadap keamanan dan keberlangsungan hidup semua rakyatnya. Peningkatan Anggaran militer Tiongkok yang sangat besar pada periode 2006-2010, akan menimbulkan security dilemma pada Jepang. Security dilemma merupakan kondisi dimana ketika suatu negara meningkatkan power-nya, maka akan menimbulkan ancaman terhadap keamanan negara lain. Sehingga ketika

Anggoro, Kusnanto. 2003. Keamanan National, Pertahanan Negara, dan Ketertiban Umum. Departemen Kehakiman dan HAM RI. Indonesia. hal 2.

221 Budiardjo, Miriam. Op.cit. hal 51-54.

Schmandt, Henry J. 2009. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Pustaka Pelajar. Indonesia. hal 306-308.

Tiongkok meningkatkan power-nya, yaitu berupa peningkatan anggaran militer, maka akan menimbulkan dilema terhadap keamanan negara Jepang. Dengan demikian maka untuk mengatasi dilema yang dirasakan oleh Jepang tersebut, Jepang memutuskan untuk berdiplomasi dengan Amerika Serikat. Diplomasi yang dilakukan Jepang dan Amerika Serikat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik dengan Tiongkok, sehingga keamanan negara Jepang dapat terlindungi, dan keberlangsungan hidup seluruh warga Jepang dapat terjamin.

Menurut Arnold Wolfers, masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara adalah bagaimana membangun kekuatan untuk menangkal (to deter) atau

mengalahkan (to defeat) suatu serangan. 223 Diplomasi preventif yang dilakukan Jepang dan Amerika Serikat merupakan suatu bentuk upaya Jepang untuk

menangkal (to deter) segala kemungkinan serangan dari Tiongkok. Strategi penangkalan ini diwujudkan dengan diplomasi kedua negara untuk menekan Tiongkok. Seperti pada tahun 2007, Jepang dan Amerika Serikat menyepakati Initial Actions for the Implementation of the Joint Statement, yang merupakan kesepakatan untuk mendorong Tiongkok meningkatkan transparansi dalam anggaran militernya dan menyadarkan Tiongkok untuk lebih berkontribusi dalam menciptakan keamanan regional dan global.

Berdasarkan asumsi dari realisme mengenai sifat alami manusia (human nature), maka manusia merupakan makhluk yang hanya akan mengejar kepuasan

pribadi semata. Bahkan Thomas Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lainnya (homo homini lupus), dan Niccolo Machiavelli juga

223 Anggoro, Kusnanto. Loc.cit.

mengatakan bahwa manusia hanya akan berbuat baik kalau dipaksa. Berdasarkan asumsi tersebut maka sistem yang terjadi dalam hubungan antar manusia adalah konfliktual. Dalam konteks negara, karena negara merupakan lembaga yang diciptakan dan dijalankan oleh manusia, maka sifat negara akan sama dengan sifat alami manusia. Dengan demikian maka negara akan memperjuangkan kepentingan nasionalnya, dan akan berupaya untuk mempengaruhi serta menguasai negara lainnya. Sehingga apabila Tiongkok memiliki power di atas Jepang, maka tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat Tiongkok akan berupaya menyerang dan menguasai Jepang. Dengan demikian maka konflik antara dua negara raksasa di Asia Timur ini bisa terjadi, sehingga hal itu akan mengancam keamanan dan keberlangsungan hidup seluruh warga Jepang. Oleh karena itu, Jepang berdiplomasi dengan Amerika Serikat dengan tujuan untuk mereduksi segala bentuk ancaman dari Tiongkok, dan menciptakan keamanan bagi negara Jepang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa security dilemma yang dirasakan Jepang akibat peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010 membuat Jepang melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Menurut Ken Booth dan Nicholas J. Wheeler, security dilemma dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dilemma of interpretation dan dilemma of

response. 224 Dilemma of interpretation adalah dilema yang dirasakan oleh suatu negara mengenai interpretasinya terhadap negara lain, seperti dilema yang

dirasakan oleh Jepang terhadap interpretasinya mengenai motif, maksud, dan

224 Booth, Ken. dan Nicholas J. Wheeler. Loc.cit.

tujuan dari peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010. Sedangkan dilemma of response adalah dilema yang dirasakan oleh suatu negara mengenai respon yang akan dilakukannya terhadap negara lain yang telah mengancam keamanan negaranya, seperti dilema yang dirasakan oleh Jepang terhadap upaya yang akan dilakukannya dalam merespon peningkatan anggaran militer Tiongkok periode 2006-2010. Kondisi security dilemma yang dirasakan oleh Jepang terhadap peningkatan kekuatan militer Tiongkok akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 KONDISI SECURITY DILEMMA

(1) Low Threat

(1) Exploited

Hold

(2) Low Threat

(1) Arms Race

Attack

(2) Exploited

(2) Arms Race

Sumber: Game Theory and the Cyber Domain. 225

Game Theory and the Cyber Domain: The Security Dilemma. Diakses pada 11 April 2015. Pukul 02.47 WIB. ( http://managing.blue/tag/security/page/2/ ).

Berdasarkan tabel di atas, maka security dilemma menjelaskan suatu dilema yang dirasakan oleh negara terhadap peningkatan power negara lain. Apabila negara B meningkatkan power-nya, maka akan menimbulkan security dilemma pada negara A yang berada di dekat negara B. Pilihan yang harus diambil negara

A ada dua, yaitu bertahan (hold) atau menyerang (attack). Apabila negara A bertahan dan negara B juga bertahan, maka kedua negara akan aman dan hanya merasa terancam (low threat). Namun apabila negara A bertahan dan negara B menyerang, maka negara A akan tereksploitasi (exploited) dan negara B akan mendominasi (dominant). Namun apabila sebaliknya, negara A menyerang dan negara B bertahan, maka negara A akan mendominasi (dominant) dan negara B akan tereksploitasi (exploited). Akan tetapi apabila kedua negara menyerang, maka akan terjadinya perlombaan senjata (arms race) dan akan menimbulkan korban pada masing-masing pihak.

Security dilemma ini dirasakan oleh Jepang ketika Tiongkok meningkatkan anggaran militernya pada periode 2006-2010. Karena apabila Tiongkok menyerang Jepang, maka kemungkinannya ada dua, yaitu Tiongkok akan mendominasi Jepang atau akan terjadinya perlombaan senjata antara Tiongkok dengan Jepang. Kedua kemungkinan tersebut merugikan Jepang, karena akan mengancam keamanan penduduk Jepang. Oleh karena itu, diplomasi Jepang dengan Amerika Serikat pada periode 2006-2010 bertujuan untuk mencegah konflik dengan Tiongkok dan untuk meningkatkan keamanan negara Jepang.