50
1. UU No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu menyelenggarakan pembangunan. Salah satu upaya pembangunan
dalam kerangka pembangunan nasional yang diselenggarakan Pemerintah adalah pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pembangunan untuk Kepentingan Umum tersebut memerlukan
tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hukum tanah
nasional, antara lain prinsip kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian,keterbukaan. Kesepakatan, keikutsertaan,kesejahteraan,keberlanjutan dan keselarasan sesuai dengan nilai-
nilai berbangsa dan bernegara. Hukum tanah nasional mengakui dan menghormati hak masyarakat atas tanah dan benda yang berkaitan dengan tanah, serta memberikan wewenang
yang bersifat publik kepada negara berupa kewenangan untuk mengadakan pengaturan, membuat kebijakan, mengadakan pengelolaan serta menyelenggarakan dan mengadakan
pengawasan yang terutang dalam pokok-pokok Pengadaan Tanah sebagai berikut :
38
1. Pemerintah dan Pemrintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk Kepentingan
Umum dan pendanaannya. 2.
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan: a.
Rencana Tata Ruang Wilayah b.
Rencana Pembangunan NasionalDaerah c.
Rencana Strategis; dan
38
Ibid, hal. 243.
Universitas Sumatera Utara
51
d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.
3. Pengadaan Tanah diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua
pemangku dan pengampu kepentingan. 4.
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.
5. Pengadaaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian Ganti
Kerugian yang layak dan adil.
2. Perpres No 71 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Secara khususnya pengaturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum diatur dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dijelaskan dalam Pasal 1 butir 2 bahwa Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi Ganti Kerugian yang layak
dan adil kepada Pihak yang Berhak. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum merupakan amanat dari pelaksanaan amanat Pasal 53 dan Pasal 59 UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum.
39
39
Ibid, hal. 244
Universitas Sumatera Utara
52
Hal-hal pokok yang diatur dalam Perpres tersebut, antara lain:
40
1. Keharusan setiap instansi yang memerlukan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum, untuk menyusun dokumen perencanaan pengadaan tanah, yang antara lain memuat tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan Rancangan
Tata Ruang Wilayah RTRW, letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan, gambaran umum status tanah, dan perkiraan nilai tanah, dan untuk selanjutnya diserahkan
kepada Gubernur yang melingkupi wilayah dimana letak tanah berada; 2.
Pembentukan Tim Persiapan oleh Gubernur, yang beranggotakan BupatiWalikota, SKPD Provinsi terkait, instansi yang memerlukan tanah dan instansi terkait lainnya,
untuk antara lain melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan, melakukan pendataan awal lokasi rencana pembangunan, dan melaksanakan konsultasi publik
rencana pembangunan; 3.
Ketentuan dan tata cara pelaksanaan konsultasi publik oleh Tim Persiapan dengan melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak pembangunan
secara langsung, untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan; 4.
Keharusan bagi Gubernur untuk membentuk Tim Kajian Keberatan sebelum mengeluarkan penetapan lokasi pembangunan, dalam hal masih terdapat pihak yang
tidak sepakat atau keberatan atas lokasi rencana pembangunan; 5.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah oleh Kepala BPN, yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN selaku Ketua
Pelaksana Pengadaan Tanah dengan pertimbangan efisiensi, efektifitas, kondisi
40
Ibid, hal. 245 dan 246.
Universitas Sumatera Utara
53
geografis dan sumber daya manusia, dapat didelegasikan kepada Kepala Kantor Pertanahan;
6. Ketentuan dan tata cara pelaksanaan pengadaan tanah oleh pelaksana pengadaan
tanah, meliputi antara lain inventarisasi dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah serta data pihak yang berhak
termasuk obyek pengadaan tanah; penyusunan Peta Bidang Tanah dan daftar nominatif; penetapan besarnya nilai ganti kerugian yang didasarkan pada hasil
penilaian jasa penilai atau penilai publik; pelaksanaan musyawarah; dan pemberian ganti kerugian; pelepasan hak obyek pengadaan tanah; serta penyerahan hasil
pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah; 7.
Pengaturan pemberian ganti kerugian yang dapat diberikan dalam bentuk uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang
disetujui kedua belah pihak, baik berdiri sendiri maupun gabungan dari beberapa bentuk ganti kerugian tersebut namun demikian dalam musyawarah, pelaksana
pengadaan tanah mengutamakan pemberian ganti kerugian dalam bentuk uang; 8.
Pengaturan ganti kerugian dalam keadaan khusus, yaitu meliputi pengaturan dimana sejak ditetapkannya lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, Pihak yang
berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada pelaksana pengadaan tanah; dan ketentuan bahwa pelaksana pengadaan tanah dapat memprioritaskan atau
mendahulukan pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak yang membutuhkan pemberian ganti kerugian dalam keadaan mendesak, maksimal 25
dari perkiraan ganti kerugian berdasarkan NJOP tahun sebelumnya; 9.
Syarat dan ketentuan penitipan ganti kerugian di pengadilan negeri, yaitu dalam hal
Universitas Sumatera Utara
54
adanya penolakan dari pihak yang berhak, padahal hasil musyawarah yang telah dilaksanakan, tidak ada keberatan sebelumnya; pihak yang berhak tidak diketahui
keberadaannya; dan obyek pengadaan tanah menjadi obyek perkara di Pengadilan, masih disengketakan kepemilikannya, diletakkan sita, atau menjadi jaminan bank;
10. Penegasan bahwa obyek pengadaan tanah yang telah dititipkan di Pengadilan Negeri
dan obyek tanah yang telah diberikan ganti kerugian, maka hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan tanahnya menjadi putus;
11. Pengaturan sumber pendanaan pengadaan tanah yang berasal dari APBN danatau
APBD; 12.
Ketentuan yang memungkinkan pemberian insentif perpajakan kepada pihak yang berhak, yang mendukung penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum, dan tidak melakukan gugatan atas putusan penetapan lokasi dan putusan bentuk danatau besarnya ganti kerugian.
13. Pengaturan kembali bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya
tidak lebih dari 1 hektar, dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara
lain yang disepakati kedua belah pihak. Selain pengaturan pokok di atas, Perpres ini juga mengatur durasi waktu setiap tahapan
dalam proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum secara tegas dan konkrit. Dalam Perpres itu ditegaskan, bahwa durasi waktu keseluruhan penyelenggaraan
pembebasan tanah untuk kepentingan umum paling lama maksimal 583 hari. Adapun ketentuan peralihan yang terdapat dalam Perpres ini adalah pada saat Peraturan Presiden ini
Universitas Sumatera Utara
55
mulai berlaku, proses pengadaan tanah yang sedang di laksanakan sebelumnya berlakunya Peraturan Presiden ini diselesaikan berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya Peraturan
Presiden ini.
41
3. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960