Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam Rangka Guna Kepentingan Bangunan di Kota

68 BAB IV ANALISA PENERAPAN HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH BERDASARKAN UU NO 2 TAHUN 2012 STUDI KASUS DI FLYOVER PADANG BULAN MEDAN

A. Pelaksanaan Pengadaan Tanah dalam Rangka Guna Kepentingan Bangunan di Kota

Medan Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang berhak atas tanah tersebut. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah cara Negara untuk memenuhi kebutuhan tanah guna penyelenggaraan pembangunan. Istilah Pengadaan Tanah ini pertama kali digunakan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Tata Cara Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Proyek Pembangunan Di Wilayah Kecamatan selanjutnya disebut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985. Selanjutnya dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 dan telah diubah menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,disebutkan bahwa Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah, dan pengadaan tanah selain sebagai pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum harus dilakukan dengan cara jual- beli, tukar-menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 69 Jenis pembangunan untuk kepentingan umum di Indonesia berbeda dengan kepentingan umum di negara-negara lain. Karena kepentingan umum merupakan suatu konsep hukum, maka maknanya dapat ditafsirkan berbeda dengan antara negara yang satu dengan negara lain, akan tetapi secara general kepentingan umum mempunyai nila-nilai yang universal. Kepentingan Umum merupakan konsep hukum yang hanya dapat ditetapkan kriteria- kriterianya, dan tidak dapat dirumuskan pengertiannya. Kepentingan Umum adalah suatu konsep hukum yang kabur vage dan hanya untuk alasan praktis konsep kepentingan umum ditetapkan secara enumeratif, dan ini dianut oleh hukum positif di Indonesia. Bruggink dan Grijssel menyatakan bahwa kepentingan umum merupakan pengertian yang kabur sehingga tidak dapat didefenisikan. Syahfruddin Kalo mengemukakan bahwa masalah kepentingan umum secara konsepsional sangat sulit didefenisikan lebih-lebih kalau dilihat secara operasional. 53 Konsep Kepentingan Umum yang dianut oleh Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 163SIP1974 tanggal 5 November 1975 menentukan bahwa untuk disebut sebagai kepentingan umum adalah jenis-jenis kepentingan umum yang sudah diteteapkan oleh peraturan perundang-undangan. Hakim di Indonesia berpendirian untuk tidak memutuskan dalam penentuan perbuatan Negara untuk kepentingan umum, hakim hanya meng8ikuti atau mnerapkan jenis kepentingan umum yang sudah diatur oleh hukum positif. 54 Contoh kasus : 53 Syahfruddin Kalo Gunanegara, Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2009, hal.73-74. 54 ibid, hal. 74. Universitas Sumatera Utara 70 I. Pengadaan Tanah Proyek Kanal Flood Way Sei Deli-Sei Percut, Medan Untuk mengatasi luapan Sei-Deli ketika terjadi hujan yang mengakibatkan banjir di kota Medan maka perlu dibuat kanal atau dikenal dengan istilah flood way. Untuk membuat kanal tersebut dibutuhkan tanah seluas 19 ha yang meliputi dua kecamatan atau enam kelurahan. Adapun lokasi yang terkena jalur kanal tersebut adalah berupa lahan pemukiman, pertanian dan industri. Sebagai dasar hukum pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan tanah tersebut adalah Keppres No.55 Th. 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Leonardi menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan yang terjadi dalam proses pengadaan tanah tersebut, antara lain: a. Masalah Non Teknis, Surat bukti kepemilikan tanah tidak lengkap, Pemilik tanah tidak berada ditempat, Nilai ganti rugi dirasakan kurang sesuai dengan harga pasar, Terhadap tanah yang akan dibebaskan masih dipasang Hak Tanggungan, Penguasaan tanah oleh masyarakat secara fisik tetapi tidak beralaskan hak, Ketidakakuratan panitia. b. Masalah Teknis, Perubahan desain proyek kanal flood way sehingga menyebabkan ketidak-tepatan penetapan batas-batas tanah dan luas yang diperlukan oleh panitia pengadaan tanah, Pembayaran ganti rugi yang terlalu cepat sementara masih terganjal masalah ketidaksepakatan harga sehingga terjadi penggusuran paksa, Proses pengukuran yang lama, Tenggang waktu yang lama dari penetapan lokasi sampai pada realisasinya, Salah satu industri kertas yang terkena proyek akan menimbulkan permasalah lain yaitu terhadap tenaga kerja, sementara industri yang baru sebagai pengganti belum dibangun. Dari permasalahan yang ada disarankan agar dalam proses pengadaan tanah perlu dilakukan penelitian yang akurat sebelum dilakukan penetapan besarnya ganti rugi dengan Universitas Sumatera Utara 71 mempertimbangkan letak tanah, kriteria terhadap tanah dan bangunan, penggunaan tanah, kualitas bangunan, kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak, sosialisasi yang tepat dan berulang berkaitan dengan tingkat pentingnya kegiatan pengadaan tanah sehingga masyarakat memahami akan manfaat proyek dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan untuk kepentingan umum tersebut . II. Pengadaan Tanah Proyek Bandara Kwala Namu Kecamatan Pantai Labu dan Pelebaran Jalan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang Sebagai dasar yuridis pengadaan tanah proyek Bandara Kwala Namu Kecamatan Pantai Labu dan Pelebaran Jalan Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang menggunakan Perpres No. 36 Th. 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Penelitian yang dilakukan Hamzah menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek tersebut tidak dapat dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, karena penentuan besarnya ganti rugi tidak melalui musyawarah tetapi dilakukan dengan ancaman dan intimidasi. Harga tanah yang diberlakukan ditetapkan oleh pemerintah karena berkaitan dengan ketersediaan dana APBD sehingga berada dibawah harga yang seharusnya. Akibat dari hal tersebut sikap dari masyarakat adalah tidak mau melepaskan tanahnya. Sebagai solusi alternatif yang diberikan adalah dibentuknya badan independen yang mengawasi pelaksanaan pengadaan tanah agar dilakukan sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan Pengadaan Tanah berdasarkan UU No 2 Tahun 2012 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 72 1 Berdasarkan pnetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 1, Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan Pengadaan Tanah kepada Lembaga Pertanahan. 2 Pelaksanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; b. penilaian Ganti Kerugian; c. musyawarah penetapan Ganti Kerugian; d. pemberian Ganti Kerugian; dan e. pelepasan tanah instansi. 3 Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 1, Pihak yang Berhak hanya dapat mengahlikan hak atas tanahnya kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. 4 Beralihnya hak sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan dengan memberikan Ganti Kerugian yang nialinya ditetapkan saat nilai pengumuman penetapan lokasi. Ditingkat Kepala Badan Pertanahan Nasional BPN, pengadaan tanah diatur dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun Universitas Sumatera Utara 73 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Berikut ini adalah wawancara dengan Bapak Yakob Sitepu sebagai Pengawas Umum di PT.WIKA mengenai Tinjauan Yuridis Penerapan Hukum Undang-undang No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Kota Medan. studi kasus di FlyOver Padang Bulan Medan. 1. Menurut Bapak, bagaimana pengertian Pengadaan Tanah? 2. Apa yang menjadi dasar hukum Pengadaan Tanah dalam Pembangunan Flyover di Padang Bulan? 3. Bagaimana proses musyawarah dalam penetapan Ganti rugi kepada masyarakat di daerah Padang Bulan? 4. Adakah perbedaan ganti rugi antar masing-masing warga di Padang Bulan? 5. Dari mana sumber dana Ganti Kerugian itu? Jawaban dari wawancara mengenai Tinjauan Yuridis Penerapan Hukum Undang- undang No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Kota Medan. studi kasus di FlyOver Padang Bulan Medan. 1. Menurut saya, Pengadaan Tanah itu ialah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut. 2. Yang menjadi dasar hukum Pengadaan Tanah dalam Pembangunan di Flyover di Padang Bulan adalah undang-undang No 2 Tahun 2012 di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil,makmur, Universitas Sumatera Utara 74 dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu melaksanakan pembangunan. 3. Proses ganti rugi kepada masyarakat adalah dengan cara mengumpulkan semua masyarakat Padang Bulan yang rumah nya terkena pembangunan tersebut. Setelah masyarakat di kumpulkan. Baru lah kami menjelaskan kepada masyarakat tersebut tentang cara ganti ruginya. Semua kerugian masyarakat akan di ganti melalui teransferan masing-masing no rekening masyarakat. Karena nominal ganti rugi tersebut tidak semuanya sama. 4. Ada, jadi kalo misalkan bangunan warga ada yang pakai seng atau batu bata saja. Maka ganti rugi yang di keluarkan berbeda harganya. Gitu juga bangunan baru atau bangunan lama ada sistem pembayarannya. Kalau di depan rumah warga ada pohon dan pohon tersebut juga terkena,maka dinas pertanian akan menghitung ganti rugi buat pohon tersebut. Dan harga sertifikat sama SK camat, itu juga berbeda ganti ruginya. 5. Sumber dan ganti kerugian itu dari pemerintah.

B. Proses Musyawarah Untuk Menetapkan Ganti Kerugian Kepada Masyarakat di Kota

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Undang-Undang No. 2 TAHUN 2012

5 63 86

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 GUNA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM.

0 3 15

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 GUNA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM.

0 5 11

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 GUNA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM.

0 4 21

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 GUNA MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM.

0 3 6

TATA CARA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG MENJAMIN KEDUDUKAN HUKUM PEMEGANG HAK ATAS TANAH (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMER 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM).

0 1 11

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

0 1 43

undang undang nomor 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

0 0 26

Permasalahan Yuridis Pasal 41 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

0 3 10

BAB II GAMBARAN UMUM PENGADAAN TANAH A. Pengertian Pengadaan Tanah - Tinjauan Yuridis Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Undang-Undang No. 2 TAHUN 2012

0 1 35