19
tanah tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang khas. Kemudian sistem tersebut berperan menjadi tempat tumbuh dan berkembang berbagai macam tanaman.
8
Tanah sebagai hak dasar setiap orang, keberadaannya dijamin dalam undang-undang dasar 1945. Penegasan lebih lanjut tentang hal itu antara lain diwujudkan dengan terbitnya
undang-undang nomor 11 tahun 2005 tentang pengesahan Internasional Covenant on Economic,Social and Cultural Rights Koven Internasional tentang hak-hak Ekonomi,Sosial
dan Budaya. Sesuai dengan sifatnya yang multidimensi dan sarat dengan persoalan
keadilan,permasalahan tentang dan sekitar tanah seakan tidak pernah surut.
9
Satu permasalahan belum terselesaikan, telah muncul permasalahan lain atau mungkun juga permasalahan yang
sama muncul kembali di saat yang lain karena belum diperoleh cara yang tepat untuk mengatasinya. Sering dengan hal itu,gagasan atau pemikiran tentang permasalahan pertanahan
juga terus berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat sebagai dampak perkembangan di bodang politik,ekonomi,dan sosial budaya. Berbagai permasalahan dan
gagasan baru itu pada umumnya dibicarakan dalam forum ilmiah,semisal seminar,lokakarya, dan sebagainya.
2. Pengertian Pembebasan Hak Atas Tanah
Dalam Peraturn Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 pasal 1 ayat 1 bahwa yang dimaksud dengan pembebasan tanah ialah melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat
di antara pemegang hakpenguasa atas tanahnya dengan cara memberikan ganti rugi sedang
8
Schoeder 1972.
9
Muchsan, Op.Cit, hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
20
dalam surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor Da113111972 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembebasan tanah ialah pembelian, pelepasan hak, pemberian ganti rugi dan
atau dengan hak apapun atas tanah beserta benda-benda yang ada diatasnya dengan maksud dipergunakan serta dimohon suatu haknya.
10
Dalam S.K. Gubernur ini tidak dibedakan antara pembebasan tanah dan pelepasan hak. Apabila dari pihak penguasapemerintah maka
pembelian tanah dari seseorang, adalah sebagai pembebasan tanah, dimana pihak pemerintah membebaskan tanah yang bersangkutan dari hak dan kekuasaan si pemegang haknya, sehingga
tanah yang diinginkan benar-benar bebas dari kekuasaannya. Sedangkan dilihat dari sudut si pemegang hak, maka perbuatannya adalah berupa pelepasan hak atas tanah, yaitu si pemegang
hak atas tanahnya, secara sukarela, melepaskan haknya, setelah ia mendapat ganti rugi yang layak atas tanah tersebut.
11
Dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Pelepasan Hak Atas Tanah atau
Penyerahan Hak Atas Tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar
musyawarah. Istilah pelepasan hak atas tanah lebih menunjuk keseimbangan dengan pemerintah karena orang yang akan dibebaskan haknya dengan sukarela melepaskan dan tidak
ada penekanan, lain halnya dengan pembebasan hak atas tanah yang konotasinya orang yang haknya akan dibebaskan tidak seimbang.
Baik pembebasan tanah maupun pelepasan hak hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari pihak pemegang hak baik mengenai tehnis pelaksanaannya maupun mengenai besar dan
10
Boedi Harsono “ Apek yuridis penyediaan tanah dalam rangka pembangunan makala 1990.
11
Ibid hal 25-26.
Universitas Sumatera Utara
21
bentuk ganti rugi yang diberikan terhadap tanahnya. Jadi perbuatan ini haruslah didasarkan kesukarelaan voluntary si pemegang hak. Apabila si pemegang hak tidak bersedia
menyerahkan tanahnya, maka pihak Pemerintah melalui panitia khusus untuk itu, harus mengusahakan agar supaya tanah tersebut diserahkan secara sukarela. Andaikata juga hal yang
demikian tidak terlaksana maka dapat digunakan lembaga pencabutan hak atas tanah bilamana tanah tersebut benar-benar diperlukan untuk kepentingan umum.
12
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 bilamana suatu instansi Pemerintah memerlukan tanah untuk suatu keperluan tertentu sedangkan di atas tanah tersebut
masih dibebani dengan suatu hak tertentu harus mengajukan permohonan pembebasan hak atas tanah Kepada Gubernur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjukannya, dengan
mengmukakan maksud dan tujuan penggunaan tanah. Dalam hal pihak swasta yang menginginkan pembebasan tanah maka ia harus memohon izin dari Gubernur Kepala Daerah
untuk mempergunakan proses sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975. Gubernur Kepala Daerah tingkat I dapat memberikan izin dimaksud
setelah memperhatikan manfaat dan kegunaan proyek termaksud bagi kepentingan umumrakyat banyak sesuai dengan rencana proyek yang harus mereka ajukan Pasal 3 ayat 1
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976.
13
Permohonan pembebasan tanah dimaksud, diajukan dengan disertai keterangan-keterangan tentang:
A. Status tanahnya jenismacam haknya, luas dan letaknya.
B. Gambar situasi tanah.
12
Ibid hal 26.
13
Maria s.w. sumardjono. Op. Cit, hal. 58.
Universitas Sumatera Utara
22
C. Maksud dan tujuan pembebasan tanah dan penggunaan selanjutnya.
D. Kesediaan untuk memberikan ganti rugi atau fasilitas-fasilitas lain kepada yang berhak
atas tanah. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pembebasan tanah ini tidak hanya diperlukan
untuk kepentingan Pemerintah semata-mata, akan tetapi juga dapat diperlakukan untuk kepentingan swasta. Menurut Pasal 11 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
15 Tahun 1975, pembebasan tanah untuk keperluan swasta pada asasnya harus dilakukan secara langsung antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan ganti rugi
dengan berpedoman kepada asas musyawarah. Hal ini kemudian diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976 yang menentukan bahwa
pembebasan tanah oleh pihak swasta untuk kepentingan pembangunan proyek-proyek yang bersifat menunjang kepentingan umum atau termasuk dalam bidang pembangunan
sarana umum dan fasilitas sosial dapat dilaksanakan menurut acara pembebasan tanah untuk kepentingan Pemerintah sebagaimana diatur dalam Bab I, II DAN IV Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975.
14
Prosedur hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum dengan cara pembebasan tanah seperti diuraikan di atas telah diganti dengan Cara Pelepasan Hak Atas Tanah
dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993. Cara Pelepasan HakPenyerahan Hak atas dasar kesepakatan bersama yang dicapai
melalui musyawarah juga digunakan jika pihak yang memerlukan tanah tidak memenuhi syarat sebagai subyek tanah yang bersangkutan. Misalnya, jika yang
memerlukan tanah suatu instansi pemerintah, sedang tanah yang diperlukan berstatus
14
Ibid hal 38.
Universitas Sumatera Utara
23
tanah hak, yaitu Hak Milik, Hak Bangunan atau Hak Pakai, maka pemegang hak atas tanah melepaskan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar
musyawarah. Instansi Pemerintah yang memerlukan tanahnya akan memohon hak baru yang sesuai yaitu Hak Pakai yang tidak berjangka waktu sepanjang dipergunakan untuk
keperluan instansi tersebut. Jika yang memerlukan badan hukumperseroan terbatas sedang yang diperlukan berstatus tanah Hak Milik, maka cara yang ditempuh juga
dengan pelepasan hak atas tanah namun apabila status tanah tersebut adalah Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai, maka cara yang ditempuh cukup dengan jual-beli, yang
merupakan perbuatan hukum pemindahan hak.
3. Konsepsi Kepentingan Umum