Metode Analisis Data

G. Metode Analisis Data

Analisis merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1992: 6). Analisis data bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo, fungsi, dan faktor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh peristiwa-peristiwa terhadap pemakaian bahasa Jawa, sehingga pertanyaan dalam perumusan masalah dapat terjawab. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional untuk menjawab rumusan masalah pertama, sedangkan untuk rumusan masalah kedua dan ketiga menggunakan metode padan.

a. Metode Distribusional Metode distribusional ialah metode analisis data yang alat penentunya adalah dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Metode ini digunakan untuk menganalisis wujud bahasa Jawa yang berupa alih kode dan campur kode pada iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti.

Teknik ganti adalah teknik yang digunakan untuk menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi atau satuan lingual atau antara bentuk lainnya (D. Edi Subroto, 1992: 74). Kegunaan teknik ganti ini adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur

commit to user

pengganti. Khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti (Sudaryanto, 1993: 48)

Penerapan teknik analisis ini dapat dijelaskan pada contoh tuturan berikut: O1

: “Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga kecil keluarga

bahagia, katanya dua anak cukup.” „Pak-pak, setiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia,

katanya dua anak cukup.‟

Data dianalisis dengan teknik BUL menjadi dua unsur langsung seperti di bawah ini.

1a) ”Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu

RT.” „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT.‟

1b) “Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua

anak cukup.” „Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya

dua anak cukup.‟

Dari tuturan tersebut terjadi peristiwa campur kode dan alih kode dari bahasa Jawa (1a) ke dalam bahasa Indonesia dan peristiwa alih kode ke dalam

bahasa Indonesia (1b). Kemudian data di atas diuji dengan teknik lanjutan yaitu teknik ganti, menjadi sebagai berikut.

1c) “Pak-pak, ben taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu RT. Saiki kan jamane keluwarga cilik keluwarga ayem, jarene anak loro wis cukup” „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya

dua anak cukup.‟

commit to user

Dari analisis tersebut peristiwa campur kode dan alih kode bahasa Indonesia tidak perlu terjadi, karena dapat menggunakan bahasa Jawa secara makna sama dengan makna dari campur kode dan alih kode yang digunakan penutur.

b. Metode Padan Metode padan dalam penelitian ini dipakai untuk menganalisis faktor dan fungsi alih kode dan campur kode. Metode Padan ialah metode analisis data yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Edi Subroto (1992: 55-60), metode padan berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima yakni:

1. Metode padan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, derajat, sifat, kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa.

2. Metode padan dengan alat penentunya alat ucap (fonetis artikulatoris).

3. Metode padan dengan alat penentunya bahasa lain (translasional).

4. Metode padan dengan alat penentu bahasa tulisan (ortografis).

5. Metode padan dengan alat penentunya lawan bicara (pragmatis). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode padan dengan alat

penentu referent untuk mengetahui faktor dan fungsi terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Teknik dasar metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu (PUP), alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki peneliti. Teknik ini digunakan untuk memilah data dengan menggunakan alat komponen tutur.

commit to user

Penerapan analisis untuk menentukan faktor dan fungsi terjadinya alih kode dan campur kode dapat dijelaskan sebagai berikut: (Backsound bayi menangis) O1

: “Pak-pak, tiap taun kok mesthi nambah siji lho, isin aku Pak karo bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga

kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup .” O2

: “Ah wong barang wis kebacut kok Bune, lha wingi-wingi kon KB ya gur meneng.”

O1 : “Ah emoh Pak, ibu ndhak lemu, Bapak mawon sing ndherek KB ya, ya Pak ya?”

O2 : “Bune ki lak tenan ta, mesthi kok senengane nganeh- nganehi, masak ya apa ana bapak-bapak kok kon KB, njur

lak ya piye, jenenge lak ya?”

O1 : “Lha njenengan iki pripun ta ya, ngetrend lho Pak ndherek KB vasektomi napa ngagem kondom lho Pak.”

O2 : “Hah, gah ribet ngono kuwi arep kepenak ndadak kakean ruwet.”

O1 : “Ya wis yen ra gelem nggih sampun, ning diampet nggih, rong taun!”

MVO : “Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top Sukoharjo.”

Terjemahan: O1

: „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah anak satu, malu aku Pak dengan bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil

keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟ O2

: „Ah sudah terlanjur Bu, kemarin disuruh KB juga hanya diam‟.

O1 : „Ah tidak mau Pak, nanti Ibu gemuk, Bapak saja yang ikut KB ya, ya Pak ya?‟

O2 : „Ibu ini, pasti sukanya yang aneh-aneh, masak ya apa ada bapak- bapak disuruh KB, lha nanti bagaimana?‟

O1 : „Lha Bapak ini bagaimana sih, ngetrend Pak ikut KB vasektomi atau pakai kondom Pak.‟

O2 : „Hah, tidak mau, repot seperti itu, mau enak saja pakai repot.‟

O1 : „Ya sudah kalau tidak mau, tapi ditahan ya, dua tahun!‟ MVO

: „Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top

Sukoharjo.‟

commit to user

Untuk menentukan fungsi dan latar belakang dari penggunaan alih kode dan campur kode dapat dianalisis menggunakan metode padan dengan teknik atau alat penentunya referensial. Adapun analisis dengan menggunakan metode tersebut terlihat sebagai berikut.

Fungsi campur kode dengan adanya leksikon krama di dalam percakapan dalam data di atas adalah untuk menghormati O2 selaku mitra tutur yaitu suami. Sedangkan fungsi alih kode ke dalam bahasa Indonesia adalah untuk mengutip perkataan orang lain agar lebih komunikatif dan persuasif sehingga pendengar lebih tertarik dalam mendengarkan iklan tersebut.

Latar belakang penggunaan tuturan tersebut dapat dianalisis menggunakan komponen tutur ( penutur, mitra tutur, situasi tutur, tujuan tuturan, dan hal yang dituturkan) (Maryono, 2001: 143). Peserta tutur adalah antara suami, istri dan juga penyiar. Dalam dialog tersebut membicarakan tentang adanya program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dengan mempunyai cukup dua anak saja. Tujuan dari percakapan di atas adalah untuk mengajak para bapak untuk mengikuti program KB dengan cara menggunakan kondom atau vesektomi. Situasi tutur tersebut terjadi pada saat bapak sedang bersantai dan sang ibu sedang membuatkan susu anaknya yang sedang menangis. Situasi yang tercipta berjalan dengan santai dan obrolan berlangsung dengan akrab karena penutur dan mitra tutur adalah sepasang suami istri.

commit to user