ALIH FUNGSI LAHAN KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 -2011

ALIH FUNGSI LAHAN KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 -2011

Oleh: Yaskinul Anwar K 5407048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user

ALIH FUNGSI LAHAN KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 - 2011

Oleh : YASKINUL ANWAR NIM K5407048

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Partoso Hadi, M.Si. NIP. 19520706 197603 1 007

Pembimbing II

Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc. NIP. 19671114 199903 2 001

commit to user

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang

Tanda Tangan

Ketua : Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si. ........................... Sekretaris : Rita Noviani, S.Si, M.Sc.

........................... Anggota I : Drs. Partoso Hadi, M.Si

........................... Anggota II : Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc.

...........................

Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan, Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002

commit to user

Yaskinul Anwar. LAND CONVERTION JATEN SUBDISTRICT 2004 - 2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, March 2012.

The goal of the research is to know : (1) To know spatial distribution of land convertion that occurred in the Jaten Subdistrict in 2004- 2011, (2) To know the pattern of land convertion that occurred in the Jaten Subdistrict in 2004 - 2011, (3) To know spatial relationship gravitational, land accessibility, and public utilities with land convertion in the Jaten Subdistrict 2004 - 2011.

This research used spatial correlation method , with city regional structur as units analysis. the dependent variable is land conversion in the Jaten Subdistrict in 2004- 2011, and independent variables are, 1) gravitational force of the city and surrounding urban Subdistricts Jaten, 2) land accessibility Subdistricts Jaten, 3) public utilities Subdistricts Jaten. This variable be represented in the land conversion map in the Jaten Subdistrict in 2004- 2011, Gravitational force of the city and surrounding urban map Subdistricts Jaten, Land Accessibility Map Subdistricts Jaten, and Public Utilities Map Subdistricts Jaten. Data collecting by field observations, interview and documentation. Data analysis techniques to determine land use and spatial correlation between dependent and independent variables are used overlay analysis which produce maps of Land convertion (2004 - 2006, 2006 - 2008, 2008 - 2011), Pattern Map of Land convertion 2004 - 2011 , Map ’s relationship between Accessibility and Land convertion, Map’s relationship between Public Utilities and Land convertion. based on the results of this study proposed suggestions presented in the form of recommendation maps, Recommendation Map Accessibility and Public Utilities.

commit to user

Yaskinul Anwar. ALIH FUNGSI LAHAN DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 – 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2012.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) Mengetahui agihan keruangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, (2) Mengetahui pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, (3) Mengetahui hubungan spasial gaya grafitasi, aksesbilitas lahan dan utilitas umum dengan alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi spasial dengan struktur ruang kota sebagai satuan analisisnya. Variabel terikatnya adalah, alih fungsi lahan Kecamatan Jaten tahun 2004 - 2011, sedangkan variabel bebasnya adalah 1) gaya grafitasi Kota dan Perkotaan sekitar Kecamatan Jaten, 2) aksesbilitas lahan Kecamatan Jaten, 3) utilitas umum Kecamatan Jaten. Variabel – variabel ini direpresentasikan dalam bentuk Peta yaitu, Peta alih fungsi lahan Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, Peta Gaya Grafitasi Kota dan Perkotaan sekitar Kecamatan Jaten, Peta Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten, Peta Utilitas Umum Kecamatan Jaten. Teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk mengetahui alih fungsi lahan dan korelasi spasial antara variabel bebas dan terikat adalah menggunakan analisis overlay yang menghasilkan Peta Alih Fungsi Lahan Tahun (2004 – 2006, 2006 – 2008, 2008 – 2011), Peta Pola Alih Fungsi Lahan Tahun 2004 – 2011, Peta Hubungan Aksesbilitas Lahan dengan Alih Fungsi Lahan, Peta Hubungan Utilitas Umum dengan Alih Fungsi Lahan. Dari hasil penelitian ini dikemukakan saran yang dipresentasikan dalam bentuk peta rekomendasi yaitu, Peta Saran Aksesbilitas dan Utilitas Umum.

commit to user

Karya ini saya persembahkan kepada Bapak dan Ibu, almamater, dan para pecinta ilmu.

MOTTO

Semua orang dapat melakukan apapun bila ia percaya dan mau berusaha karena keinginan dan tekad yang didasari niat mulia dan sungguh-sungguh akan mendatangkan kebahagiaan. . (Peneliti)

commit to user

Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillaahirobbil‘alamiin, puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Penelitian mengenai lahan memang tidak henti-hentinya dilakukan, karena lahan merupakan salah satu sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Pemahaman dan pendalaman secara sistematik mengenai kondisi lahan, terutama alih fungsi lahan sangat diperlukan, untuk menjawab suatu perumusan masalah dengan metode yang sesuai dan prosedur dan tata kerja yang ilmiah.

Rangkaian tulisan ini adalah suatu studi ilmiah Geografi yang berisi usaha- usaha ilmiah penulis dalam memaparkan dan merumuskan masalah, fakta dan fenomena geografi, mencari hubungan antar fenomena, untuk mengembangkan ilmu geografi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik material maupun spiritual. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi M.S. selaku Rektor UNS.

2. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan FKIP UNS, atas pemberian ijin menyusun skripsi.

3. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku ketua Jurusan P.IPS, atas pemberian ijin menyusun skripsi.

4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah berkenan memberi ijin penelitian dan atas dukungan kepada penulis.

commit to user

kesabaran dan dalam memberikan arahan, bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai.

6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si. M.Sc. selaku Pembimbing II atas kesediaan waktu dan kesabarannya dalam memberikan arahan, bimbingan dan masukan serta inspirasi dan semangat juang dalam penyusunan skripsi ini

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP yang telah

mendidik dan memberikan warna kegeografian dalam diri saya.

8. Bupati, Kepala Kantor Kesbang dan Linmas, BAPPEDA, BPS dan Instansi Kedinasan lain di Kabupaten Karanganyar, terimakasih atas dukungan dan segala fasilitas yang diberikan.

9. Bapak Setya Nugraha, MSi atas bantuan dan dorongannya selama penulis

menjadi mahasiswa dan sampai menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu, atas kepercayaan, doa, dan semangat yang diberikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi dari awal sampai akhir. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk kebaikan penelitian.

Surakarta, Maret 2012 Penulis

commit to user

Tabel 1.1. Manfaat Penelitian untuk Pembelajaran di Sekolah ……………….. Tabel 2.1. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Lahan Untuk Digunakan

dengan Data Penginderaan Jauh …………………………………… Tabel 2.2. Parameter Aksesibilitas Lahan …………………………………….. Tabel 2.3. Band Spektral Pada Sensor IKONOS ……………………………… Tabel 3.1. Perencanaan Waktu Penelitian …………………………………….. Tabel 3.2. Kelas dan nilai parameter aksesbilitas lahan ………………………. Tabel 3.3. Kelas skor aksesbilitas lahan ………………………………………. Tabel 3.4. kelas dan nilai parameter utilitas umum. …………………………... Tabel 4.1. Nama Desa d an Luas Desa di Kecamatan Jaten …………………… Tabel 4.2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 ………………… Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

Kecamatan Jaten Tahun 2009 …………………………………….... Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Struktur Ruang Kota Kecamatan

Jaten Tahun 2009 ……………………………………....................... Tabel 4.5. Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kecamatan Jaten Tahun

2009 …………………………………………………………………. Tabel 4.6. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi di Kecamatan

Jaten Tahun 2009 …………………………………………………... Tabel 4.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan

Jaten Tahun 2009 …………………………………………………... Tabel 4.8. Fasilitas Pendidikan Kecamatan Jaten Tahun 2009 ……………….. Tabel 4.9. Luas Panen dan Produktivitas Padi dan Sayuran di Kecamatan

Jaten Tahun 2009 …………………………………………………... Tabel 4.10. Ternak Besar dan Unggas di Kecamatan Jaten Tahun 2009 ……...

Tabel 4.11. Industri di Kecamatan Jaten Tahun 2009 ………………………… Tabel 4.12. Sarana Perekonomian di Kecamatan Jaten Tahun 2009 …………. Tabel 4.13. Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Jaten Tahun 2009 …………….

Hal.

11

19

33

38

45

53

54

55

59

62

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

commit to user

Tabel 4.15. Fasilitas Komunikasi di Kecamatan Jaten Tahun 2009 ................... Tabel 4.16. Prasarana Jalan Kabupaten di Kecamatan Jaten …………………. Table 4.17. Penggunaan Lahan Urban Fringe Area Tahun 2004 …………….. Tabel 4.18. Penggunaan Lahan Rural Fringe Area Tahun 2004 …………….. Table 4.19. Penggunaan Lahan Urban Fringe Area Tahun 2006 …………….. Tabel 4.20. Penggunaan Lahan Rural Fringe Area Tahun 2006 …………….. Table 4.21. Penggunaan Lahan Urban Fringe Area Tahun 2008 …………….. Tabel 4.22. Penggunaan Lahan Rural Fringe Area Tahun 2008 …………….. Table 4.23. Penggunaan Lahan Urban Fringe Area Tahun 20 11 …………….. Tabel 4.24. Penggunaan Lahan Rural Fringe Area Tahun 20 11 …………….. Tabel 4.25. Alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten tahun

2004 – 2006 ……………………………………………………….

Tabel 4.26. Bentuk alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2004 – 2006 ……………………...........................................

Tabel 4.27. Alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten tahun 2004

– 2006 ……………………………………………………………..

Tabel 4.28. Bentuk alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2004 – 2006 ……………………...........................................

Tabel 4.29. Alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten tahun

2006 – 2008 ……………………………………………………….

Tabel 4.30. Bentuk alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2006 – 2008 ……………………...........................................

Tabel 4.31. Alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten tahun 2006

– 2008 ……………………………………………………………..

Tabel 4.32. Bentuk alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2006 – 2008 ……………………...........................................

Tabel 4.33. Alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten tahun

2008 – 2011 ……………………………………………………….

Tabel 4.34. Bentuk alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2008 – 2011 ……………………...........................................

80

81

86

87

91

92

95

96 100 101

102

103

105

106

109

110

111

112

114

117

commit to user

– 2011 ……………………………………………………………..

Tabel 4.36. Bentuk alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten

tahun 2008 – 2011 ……………………...........................................

Tabel 4.37. Pola alih fungsi lahan Urban Fringe Area Kecamatan Jaten tahun

2004 – 2011 …….............................................................................

Tabel 4.38. Pola alih fungsi lahan Rural Fringe Area Kecamatan Jaten tahun

2004 – 2011 …….............................................................................

Tabel 4.39. Skala Gravitasi Kecamatan Jaten dengan Kota Surakarta ……….. Tabel 4.40. Skala Gravitasi Kecamatan Jaten dengan Kabupaten Karanganyar Tabel 4.41. Parameter Akasesbilitas Lahan …………………………………… Tabel 4.42. Kelas skor aksesbilitas lahan ……………………………………... Table 4.43. Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 ……………….. Tabel 4.44. Kelas dan Nilai Parameter Utilitas Umum ……..……………….. Tabel 4.45. Perhitungan utilitas umum ………………………………………... Tabel 4.46. Kelas Utilitas Umum Kecamatan Jaten Tahun 2011 ……………... Tabel 4.47. Perhitungan hubungan gaya gravitasi Kec. Jebres dan Pasarkliwon

dengan alih fungsi Kec. Jaten tahun 2004 – 2011 ………………...

Tabel 4.48. Perhitungan hubungan gaya gravitasi Kec. Tasikmadu dan

Karanganyar dengan alih fungsi Kec. Jaten tahun 2004 – 2011 …..

Tabel 4.49. Perhitungan hubungan gaya gravitasi Kecamatan Kebakkramat

dengan alih fungsi Kec. Jaten tahun 2004 – 2011 ………………...

Tabel 5.1. Implikasi Penelitian untuk Pembelajaran di Sekolah ………………

120

122

124

127 131 131 136 137 147 148 149 150

152

154

155 163

commit to user

Gambar 1.1. Penurunan Lahan Pertanian di Beberapa Daerah di Kecamatan Jaten Tahun 1991 – 2001 ……………………… Gambar 1.2. Sumbangan Sektor Pertanian dan Industri untuk PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 – 2008 ……………….

Gambar 2.1. Pola Perubahan Penggunaan Lahan ………………………… Gambar 2.2. Segitiga Penggunaan Lahan Desa – Kota …………………...

Gambar 2.3. Diagram Alir Kerangka Berpikir Penelitian ………………... Gambar 3.4. Diagram alur penelitian ……………………………………..

Hal.

29

35

44

58

commit to user

Peta 01. Perkembangan Kota Surakarta ……………………………………….. Peta 02. Administrasi Kecamatan Jaten ……………………………………….. Peta 03. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 …………………... Peta 04. Pembagian Struktur Ruang Kota Kecamatan Jaten ..………………… Peta 05. Citra Kecamatan Jaten Tahun 2004 ………………………………….. Peta 06. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 ……………...........

Peta

07. Citra Kecamatan Jaten Tahun 2006 ………………………………….. Peta 08. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2006 ……………........... Peta 09. Citra Kecamatan Jaten Tahun 2008 ………………………….............. Peta 10. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2008 ……………........... Peta 11. Citra Kecamatan Jaten Tahun 2011 ………………………………….. Peta 12. Penggunaan Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 .…………….......... Peta 13. Alih fungsi Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2006 ……………. Peta 14. Alih fungsi Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2006 – 2008 ……………. Peta 15. Alih fungsi Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2008 – 2011 ……………. Peta 16. Pola Alih fungsi Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011 ………. Peta 17. Gaya Grafitasi Kota Surakarta dan Karanganyar Tahun 2011 ………. Peta 18. Buffer Jalan Arteri dan K olektor Kecamatan Jaten Tahun 2011……... Peta 19. Buffer Jalur Transportasi Umum Kecamatan Jaten Tahun 2011……... Peta 20. Buffer Pasar Kecamatan Jaten Tahun 2011 .......................................... Peta 21. Buffer Fasilitas Kesehatan Kecamatan Jaten Tahun 2011 .…………... Peta 22. Buffer Sekolah Kacamatan Jaten Tahun 2011 ………………………. Peta 23. Buffer Tempat Ibadah Kecamatan Jaten Tahun 2011 ……………….. Peta 24. Buffer Pusat Pemerintahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 …………... Peta 25. Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011 …………………... Peta 26. Utilitas Umum Kecamatan Jaten Tahun 2011 ……………………….. Peta 27. Hubungan Aksesbilitas Lahan dan Alih Fungsi Lahan Kacamatan

Jaten Tahun 2004 – 2011……………………………………………...

Hal.

61

65

83

87

88

93

94

97

98 102 103 111 117 125 131 137 141 142 143 144 145 146 147 148 155

161

commit to user

Jaten Tahun 2004 – 2011……………………………………………... Peta 29. Saran Aksesbilitas dan Utilitas Umum Kecamatan Jaten Tahun 2011 .

163 170

commit to user

Yaskinul Anwar. ALIH FUNGSI LAHAN DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 – 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2012.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) Mengetahui agihan keruangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, (2) Mengetahui pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, (3) Mengetahui hubungan spasial gaya grafitasi, aksesbilitas lahan dan utilitas umum dengan alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi spasial dengan struktur ruang kota sebagai satuan analisisnya. Variabel terikatnya adalah, alih fungsi lahan Kecamatan Jaten tahun 2004 - 2011, sedangkan variabel bebasnya adalah 1) gaya grafitasi Kota dan Perkotaan sekitar Kecamatan Jaten, 2) aksesbilitas lahan Kecamatan Jaten, 3) utilitas umum Kecamatan Jaten. Variabel – variabel ini direpresentasikan dalam bentuk Peta yaitu, Peta alih fungsi lahan Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011, Peta Gaya Grafitasi Kota dan Perkotaan sekitar Kecamatan Jaten, Peta Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten, Peta Utilitas Umum Kecamatan Jaten. Teknik pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk mengetahui alih fungsi lahan dan korelasi spasial antara variabel bebas dan terikat adalah menggunakan analisis overlay yang menghasilkan Peta Alih Fungsi Lahan Tahun (2004 – 2006, 2006 – 2008, 2008 – 2011), Peta Pola Alih Fungsi Lahan Tahun 2004 – 2011, Peta Hubungan Aksesbilitas Lahan dengan Alih Fungsi Lahan, Peta Hubungan Utilitas Umum dengan Alih Fungsi Lahan. Dari hasil penelitian ini dikemukakan saran yang dipresentasikan dalam bentuk peta rekomendasi yaitu, Peta Saran Aksesbilitas dan Utilitas Umum.

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat akan berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan, untuk mewadahi kegiatannya dimanifestasikan dalam wujud penggunaan lahan. Wujud penggunaan lahan merupakan cerminan berbagai kegiatan penduduk baik secara individual maupun kelompok. Untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut terdapat keterbatasan – keterbatasan pada suatu daerah, maupun kemampuan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan kota. Adanya keterbatasan lahan dan kebutuhan lahan yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya, akan berdampak pada semakin tingginya alih fungsi lahan di wilayah tersebut.

Lahan merupakan suumberdaya alam yang sangat vital, manusia membutuhkan lahan sebagai tempat kegiatan hidup demi kelangsungan hidupnya. Manusia dapat memanfaatkan lahan sebagai sumber penghidupan melalui berbagai usaha, disamping sebagai tempat permukiman. Menurut the Random House Dictionary of the English Language, (1966) dalam Davis (1976:11) bahwa: land is any part of the earth’s surface wich can be owned as poperty, and everything annexed to

it, whether by nature or by hand of man . Definisi lain di kemukakan oleh FAO (1976) dalam Arsyad (1989:207) bahwa lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang, seperti hasil reklamsi laut, peombersihan ovegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa lahan merupakan lingkungan fisik di

commit to user

kegiatan manusia dan dipengaruhi penggunaan lahan.

Ketersediaan lahan yang terbatas menyebabkan dinamika perkembangan kegiatan di kawasan perkotaman yang dapat menimbulkan persaingan antar pemanfaatan lahan. Persaingan terjadi untuk mendapatkan pemanfaatan lahan yang paling menguntungkan sehingga dapat mendorong kecenderungan terjadinya perubahan pemanfaatan lahan perkotaan Perubahan pemanfaatan lahan yang sering terjadi di kawasan perkotaan disamping perubahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun adalah perubahan dari fungsi permukiman menjadi fungsi non permukiman.

Proses urbanisasi akan meluaskan kota ke daerah pedesaan di sekitarnya. Kondisi seperti inilah yang terjadi di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, yang merupakan daerah yang terpengaruh gaya gravitasi Kota Surakarta. Perkembangan kearah selatan adalah antara Kota Surakarta – Solo Baru yang sudah menjadi kota satelit dengan rerata alih fungsi lahannya dari tegalan menjadi fisik kota. Perkembangan Kota Surakarta kearah utara dan barat laut adalah berada di daerah sekitar jalan Surakarta – Bandara Adi Sumarmo, dan antara Kota Surakarta – Kecamatan Kartosuro dengan bentuk rerata perubahannya dari lahan sawah menjadi bentuk fisik kota. Perkembangan Kota Surakarta kearah timur adalah berada di sebagian Kecamat Mojolaban dan Jaten yang rerata perubahannya dari sawah menjadi fisik kota. Perkembangan fisik kota ini, bahkan hampir membentuk CBD (Central Bussines Distrik) baru di Kelurahan Ngringo dan Kelurahan Palur. Perkembangan ini dapat dilihat pada 01.

commit to user

commit to user

Karanganyar, yang memiliki luas 25,55 km 2 (25.548.100 m 2 ) dengan kepadatan penduduk 2.665 jiwa / km 2 pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 2.671 jiwa / km 2 pada tahun 2009. Kecamatan Jaten termasuk Kecamatan yang posisinya sangat strategis karena berada pada jalur utama jalan raya Surakarta – Sragen dan jalur jalan raya Surakarta – Karanganyar. Letak Kecamatan Jaten kurang lebih 300 meter dari Kota Surakarta dan kurang lebih 5 km dari pusat kota Kabupaten Karanganyar.

Kecamatan Jaten juga merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam Wilayah Perkotaan Surakarta, dan Kota Surakarta itu sendiri merupakan pusat pertumbuhan bagi Wilayah Pembangunan IV Jawa Tengah. Wilayah terbangunnya secara fisik telah tumbuh dan berkembang melebihi batas administratifnya, Perkembangan ini masih akan terjadi terutama di daerah administrasi kabupaten tetangga yang berbatasan dengan Kota Surakarta, sehingga daerah-daerah ini telah menjadi satu kesatuan dalam perkembangan Kota Surakarta, atau masuk ke dalam wilayah perkotaan Surakarta. Daerah – daerah ini direncanakan sebagai simpul – simpul perkembangan bagi wilayah perkotaan Surakarta. Simpul – simpul tersebut adalah :

- Kotamadya Surakarata sebagai pusat utama. - Kartasura, Grogol dan Jaten sebagai pusat orde kedua. - Colomadu, Baki, Gondangrejo dan Gatak sebagai pusat orde ketiga

(RUTRK – RDTRK Palur Tahun 1991) Perkembangan Kecamatan Jaten juga dipengaruhi adanya program

INTANPARI (industri, pertanian dan pariwisata) yang merupakan program di bidang industri, pertanian, dan pariwisata. Program indutri diarahkan di Kecamatan Jaten, Kebakkramat dan Gondangrejo. Kecamatan Jeten merupakan Kecamatan yang memiliki industri terbanyak di Kabupaten Karanganyar, hal ini didukung dengan adanya penyusunan

commit to user

Gambar 1.1. Penurunan Lahan Pertanian di Beberapa Daerah di Kecamatan Jaten Tahun

1991 - 2001

Kecamatan Jaten sebagai zona industri palur. Dengan adanya peningkatan dan perkembangan industri di Kecamatan Jaten akan menimbulkan peningkatan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Jaten. Peningkatan perubahan penggunaan lahan dapat dilihat dari semakin menurunnya penggunaan lahan pertanian dan meningkatnya penggunaan lahan non pertanian seperti lahan untuk permukiman, tempat usaha, industri maupun jasa yang menempati lahan yang sebelumnya digunakan sebagai lahan pertanian. Penurunan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan tahun 1991 – 2001 di beberapa daerah di Kecamatan Jaten dapat dilihat pada gambar 1.1. Penurunan penggunaan lahan pertanian sangat terlihat jelas di beberapa daerah di Kecamatan Jaten seperti di Desa Jetis, Sroyo dan Ngringo yang mengalami peningkatan penggunaan lahan non pertanian. Berdasarkan RUTRK – RDTRK palur tahun 1991 dan RUTRK – RDTRK ibukota Kecamatan Jaten tahun 1995 /1996, desa Jetis, Sroyo, Dagen, Jaten dan Ngringo adalah pusat industri, pergudangan dan perdagangan di Kecamatan Jaten. Letak kelima desa tersebut juga sangat strategis, baik untuk pemukiman, maupun industri, karena berada di dekat jalur Surakarta - Sragen dan ring road Surakarta yang akan memudahkan arus barang maupun penduduk untuk keluar maupun masuk ke desa – desa tersebut.

Sumber : Monografi Kecamatan Jaten Tahun 1991-2001.

commit to user

ditinjau dari beberapa aspek. Menurut pelaku alih fungsi , maka dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada 3 yaitu : (a) untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, (b) dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, (c) kombinasi dari (a) dan (b) seperti misalnya untuk membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha. Pola alih fungsi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonsawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan).

Dampak alih fungsi terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya berlangsung cepat dan nyata, begitu juga halnya dengan alih fungsi lahan di Kecamtan Jaten yang terjadi pada tahun 2004 – 2011 yang dipengaruhi oleh adanya alih fungsi lahan langsung oleh pemiliknya dan alih penguasaan yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Letaknya yang berada di dekat jalur di Kota Surakarta – Karanganyar dan berada di dekat jalur Surakarta - Sragen, ketersediaan lahan yang luas, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan kemudahan berinvestasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten. Sektor industri yang ada di Kecamatan Jaten mempunyai sumbangan yang cukup tinggi terhadap perekonomian Kabupaten Karanganyar, karena di Kecamatan Jaten terdapat 85 industri dari total 155 Industri di Kabupaten Karanganyar tahun 2010. Sumbangan sektor industri terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar sebesar 37,41% (menurut harga berlaku tahun 2001) yang dapat dilihat pada gambar 1.2, sumbangan PDRB dari sektor

commit to user

dari sumbangan sektor pertanian.

Sumber : Kab.Karanganyar Dalam Angka Tahun 2009

Dengan adanya peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari sektor industri, akan memacu pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar untuk meningkatkan sektor industri di Kabuapaten Karanganyar, terutama di Kecamtan Jaten.

Peningkatan alih fungsi lahan di kecamatan juga dipengaruhi oleh berlakunya otonomi daerah yang baru dengan disahkannya UU. No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU. No. 22 tahun 1999, dengan berlakunya undang – undang tersebut, terutama adanya pasal 179 yang memberikan kemudahan investor untuk berinvestasi. Kemudahan atau intensif yang diberikan kepada investor ini biasanya berupa kemudahan dalam perijinan baik untuk industri, perumahan maupun usaha lainnya. semakin mudahnya berinvestasi di Kecamatan Jaten akan mendorong tingginya alih fungsi lahan terutama menjadi lahan indutri dan perumahan, karena dengan mudahnya pendirian industri maupun perumahan akan membuat habisnya lahan – lahan tak terbangun yang berada di sekitar jalan Surakarta – Karanganyar, Surakarta – Sragen maupun Ring Road. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri pada tabel di bawah ini.

Gambar 1.2. Sumbangan Sektor Pertanian dan Industri untuk PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 - 2008

Pertanian Industri

commit to user

Tahun 2004 - 2010 No Tahun

Jumlah Industri

Sumber : Monografi Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2010.

Dari tabel diatas dapat dilihat adanya pertambahan industri setiap tahun pasca ditetapkan UU. No. 32 Tahun 2004, pertambahan industri paling tinggi terlihat setelah tahun 2008 sampai 2010, dengan semakin tingginya penambahan industri berarti tinggi pula alih fungsi lahan yang terjadi selama kurun waktu 2004 – 2011.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ALIH FUNGSI LAHAN DI KECAMATAN JATEN TAHUN 2004 – 2011”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai berikut :

1. Letak Kecamatan Jaten yang berada pada koridor Surakarta – Karanganyar dan Surakarta – Sragen serta dekat dengan Ibukota Kabupaten Karanganyar dan Kota Surakarta.

2. Perkembangan Kota Surakarta sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah pembangunan IV Jawa Tengah, yang mengakibatkan perkembangan di Kecamatan Jaten sebagai permukiman baru dan industri (RUTRK – RDTRK Palur tahun 1991).

3. Ditetapkannya UU. No. 32 tahun 2004, yang memudahkan investor untuk berinvestasi, yang akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk

commit to user

Kecamatan Jaten.

4. Adanya Penurunan lahan pertanian produktif yang disebabkan meningkatanya kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan industri di Kecamatan Jaten.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk membatasi masalah yaitu :

1. Agihan keruangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011 (hanya berupa perubahan penggunaan lahan saja)

2. Pola alih fungsi lahan merupakan pola perubahan penggunaan yang terjadi 2004 – 2011.

3. Hubungan gaya grafitasi, aksesbilitas dan utilitas umum di Kecamatan Jaten tahun 2011 terhadap alih fungsi lahan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah agihan keruangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011?

2. Bagaimanakah pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011?

3. Bagaimanakah Hubungan spasial gaya grafitasi, aksesbilitas dan utilitas umum di Kecamatan Jaten tahun 2011 terhadap alih fungsi lahan?

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui agihan keruangan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011.

2. Mengetahui pola alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011.

3. Mengetahui hubungan spasial gaya grafitasi, aksesbilitas dan utilitas umum di Kecamatan Jaten tahun 2011 terhadap alih fungsi lahan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang gejala geografi di muka bumi, tentang kajian penggunaan lahan khususnya alih fungsi lahan.

b. Memberikan sumbangan pemikiran pada peneliti lain dalam kajian alih fungsi lahan yang lebih mendalam.

c. Memberikan pengetahuan tentang hubungan keruangan gaya grafitasi, aksesbilitas dan utilitas umum di Kecamatan Jaten tahun 2011 terhadap alih fungsi lahan

2. Manfaat praktis

a. Informasi yang jelas mengenai sebaran alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana detail tata ruang (RDTR) Kecamatan Jaten

b. Konsep Spasial alih fungsi lahan dapat digunakan dalam materi pembelajaran geografi di sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas X, kelas XI/IPS, dan kelas XII/IPS. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi dan Dasar Kompetensi pada Tabel 1.1 berikut :

Kelas Standar kompetensi

Kompetensi dasar

Indikator

Pembelajaran

- Peta alih fungsi lahan dan pola alih pendekatan,

1. Memahami konsep,

1.1 Menjelaskan prinsip - Menjelaskan prinsip-

Prinsip-prinsip

fungsi lahan, dapat digunakan prinsip dan aspek

geografi

prinsip geografi

Geografi

menjelaskan tentang geografi

persebaran alih fungsi lahan dan

- prinsip interelasi

pola alih fungsi lahan.

IX - Peta hubungan aksesbilitas dan

utilitas umum dengan alih fungsi lahan dapat digunakan untuk menjelaskan

menjelaskan

interelasi

- Peta variabel penelitian dan hasil menganalisis gejala

1. Kemampuan

1.1 Kemampuan

- Membuat peta tematik

Peta tematik dan

penelitian dapat digunakan untuk alam fisik dan

menafsirkan pola

dengan menggunakan

citra penginderaan

contoh peta tematik mngenai alih perkembangan

dan ciri kenampakan

symbol (titik, garis, dan

jauh.

alam dan budaya

luasan).

fungsi lahan.

X bentuk muka bumi

- Peta pola alih fungsi lahan dapat serta pelestariannya.

pada berbagai peta

- Menafsirkan pola dan ciri

dan media citra.

kenampakan alam dari

digunakan sebagai media untuk

hasil pemetaan dan

menafsirkan pola dari hasil

interpretasi citra.

pemetaan dan interpretasi citra

secara multi temporal.

Sebaran, pola, dan - Peta citra dan peta penggunaan menganalisis gejala

lahan dapat digunakan sebagai sosial di muka

menyimpulkan

persebaran obyek

obyek geografi.

untuk menjelaskan bumi, interaksinya,

informasi tentang

geografi (fisik, sosial)

media

persebaran penggunaan lahan dan dan pengaruhnya

persebaran, pola,

melalui peta dan citra

lahan melalui terhadap kehidupan

dan hubungan antar

penginderaan jauh.

alih

fungsi

interpretasi citra secara langsung dan perkembangan

obyek geografi

- Menghitung luas bentang

maupun melalui peta penggunaan wilayah.

melalui peta dan

budaya

citra penginderaan

- Menganalisis pola dan

lahan.

jauh.

hubungan spasial antar

- Peta penggunaan lahan, alih fungsi

obyek geografi.

lahan, dan pola alih fungsi lahan dapat digunakan sebagai media untuk

menghitung luas

XI pengggunaan lahan,alih fungsi lahan maupun pola alih fungsi lahan.

- Peta pola alih fungsi lahan dapat digunakan sebagai media untuk menganalisis pola alihfungsi lahan

- Peta hubungan aksesbilitas dan utilitas umum dengan alih fungsi lahan dapat digunakan sebagai

media untuk mejelaskan hubungan spasial antara aksesbilitas dan

utilitas umum dengan alih fungsi lahan di Kecamtan Jaten.

Sumber : Silabus Mata Pelajaran Geografi Tahun 2011.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Kajian teori

1. Lahan (Land)

Pengertian lahan (land) berbeda dengan tanah, dimana tanah merupakan salah satu aspek dari lahan. Sumberdaya lahan dapat diartikan sebagai sumberdaya fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi dimana batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan (FAO, dalam Rayes, 2007:2).

Menurut FAO dalam Arsyad (1989:207) bahwa lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang, seperti hasil reklamsi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi.

Jayadinata (1986:1) mengemukakan bahwa land adalah sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupa manusia. Dari seluruh permukaan bumi yang dihuni hanya sekitar 25 % merupakan daratan yang dapat tempat manusia dapat hidup dan sisanya adalah permukaan samudra.

Menurut peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 17 tahun 2009 bahwa Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosfir, atmosfir, tanah, geologi, timbulan (relief), hidrologi, populasi tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini, yang bersifat mantap atau mendaur.

Menurut the Random House Dictionary of the English Language, (1966) dalam Davis (1976:11) bahwa: land is any part of the earth’s surface wich can be owned as poperty, and everything annexed to it, whether by nature or by hand of man. Lahan menurut Davis adalah bagian permukaan bumi yang dapat dimiliki sebagai properti, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu, baik secara alami maupun buatan manusia

commit to user

fungsi yaitu :

a. Fungsi produksi Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan.

b. Fungsi lingkungan biotik Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrestrial) yang menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad mikro di atas dan dibawah permukaan tanah.

c. Fungsi pengatur iklim Lahan dan peggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink) gasrumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan daur hidrologi global.

d. Fungsi hidrologi Lahan mengatur simpanan dan aliran sumber daya airtanah dan air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

e. Fungsi penyimpanan Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.

f. Fungsi pengendali sampah dan polusi Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyanggga dan peengubah senyawa-senyawa berbahaya.

g. Fungsi ruang kehidupan Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri dan aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi

commit to user

Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda- benda bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu.

i. Fungsi penghubung Spasial lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.

Dari definisi lahan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa, lahan adalah suatu sumberdaya fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan dan merupakan tempat tinggal manusia yang dapat dimiliki sebagai properti.

2. Penggunaan Lahan (Land Use)

Penggunaan lahan menurut Arsyad (1989:207) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual.

Lillsand and Kifer (1990: 145) mengemukakan bahwa istilah penggunaan lahan adalah berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Sebagai contoh, sebidang lahan di daerah pinggiran kota mungkin digunakan untuk perumahan satu keluarga.

Sujarto (1985) dalam Gwijangge (2008:7) mengatakan bahwa penggunaan lahan merupakan upaya untuk dapat secara kontinu dan konsisten mengarahkan pemanfaatan, penggunaan dan pengembangan lahan secara terarah, efisien dan efektif sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

Pengendalian dan pengawasan juga harus dapat menjadi alat pemacu secara terarah dan terkendali bagi potensi pengembangan lahan yang dapat memberikan peningkatan keuntungan secara sosial, ekonomi, dan fisik. Berhubung dengan itu, maka pengendalian dan pengawasan pengembangan lahan didasarkan kepada:

commit to user

1. Kebijaksanaan umum pertanahan

2. Rencana tata ruang yang pengembangannya telah dilandasi oleh kesepakatan bersama masyarakat.

3. Komitmen rasional mengenai pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk kepentingan perkembangan sosial dan ekonomi.

4. Kriteria pengakomodasian dinamika perkembangan masyarakat. Sumber : Gwijangge (2008:7) Dalam arti sempit penggunaan lahan merupakan pembagian suatu

wilayah menjadi wilayah yang lebih kecil berdasarkan penggunaan tanahnya, baik untuk kondisi sekarang maupun yang akan datang.

3. Klasifikasi Penggunaan Lahan

Menurut Dit. Land Use (1967) dalam Arsyad (1989:207) penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi kedalam dua gologan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.

Pengelompokan penggunaan lahan seperti dikemukakan diatas merupakan pengelompokan yang sangat kasar, oleh karena belum mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti, skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka akan didapatkan tipe penggunaan lahan, yang memberikan

commit to user

pengelompokan tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut :

a. Perladangan

b. Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif.

c. Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif.

d. Sawah, satu kali setahun, tidak intensif.

e. Sawah, dua kali setahun, intensif.

f. Perkebunan rakyat (karet, kopi atau coklat, jeruk), tidak intensif

g. Perkebunan rakyat intensif

h. Perkebunan besar, tidak intensif

i. Perkebunan besar, intensif j. Hutan produksi, alami k. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya. l. Padang penggembalaan, tidak intensif. m. Hutan lindung. n. Cagar alam.

Menurut USGS dalam Lillesand (1990:146) terdapat empat tingkatan penggunaan lahan, klasifikasi tingkat I dan II ditetapkan oleh USGS (Tabel 2.1) untuk pengguna yang tertarik pada informasi secara nasional antar negara bagian, sedangkan untuk tingkat III dan IV dapat dimanfaatkan untuk meyediakan informasi dengan resolusi yang sesuai untuk perancangan regional.

commit to user

dengan Data Penginderaan Jauh.

Tingkat I

Tingkat II 1. Perkotaan atau lahan bangunan

1. Permukiman 2. Perdagangan dan jasa 3. Industri 4. Transportasi, komunikasi dan umum 5. Kompleks indutri dan perdagangan 6. Kekotaan campuran atau lahan bangunan 7. Kekotaan atau lahan bangunan lainnya

2. Lahan pertanian 1. Tanaman semusim dan padang rumput 2. Daerah buah-buahan, jeruk, anggur, labu bibit, dan tanaman hias 3. Tempat pengembalaan terkurung 4. Lahan pertanian lainnya 5. Lahan tanaman obat

3. Lahan peternakan 1. Lahan peternakan semak dan belukar 2. Lahan peternakan campuran

4. Lahan hutan 1. Lahan hutan gugur daun musiman 2. Lahan hutan yang selalu hijau 3. Lahan hutan campuran

5. Air

1. Sungai dan kanal 2. Danau 3. Waduk 4. Teluk dan muara

6. Lahan basah

1. Lahan hutan basah 2. Lahan basah bukan hutan

7. Lahan gundul 1. Dataran garam kering 2. Gisik 3. Daerah berpasir selain gisik 4. Batuan singkapan gundul 5. Tambang terbuka, pertambangan, dan tambang kerikil 6. Daerah peralihan 7. Lahan gundul campuran

8. Padang lumut 1. Padang lumut semak dan belukar 2. Padang lumut tanaman obat 3. Padang lumut lahan gundul 4. Padang lumut basah 5. Padang lumut campuran

9. Es atau salju abadi 1. Lapangan salju abadi 2. Glasier

Sumber : USGS dalam Lillesand (1990:146)

commit to user

menjadi dua yaitu klasifikasi penggunaan lahan pedesaan dan pengggunaan lahan perkotaan, adapun pengklasifikasiannya sebagai berikut :

a. Klasifikasi penggunaan lahan pedesaan

1. Untuk pemetaan skala 1 : 250.000 dan 1 : 200.000.

a) Perkampungan

b) Sawah

c) Tegalan dan kebun

d) Ladang berpindah – pindah

e) Hutan (pohon – pohon besar)

f) Alang – alang dan semak belukar (tanah tandus)

g) Tanah rawa

h) Lain – lain (kalau ada)

2. Untuk pemetaan skala 1 : 100.000, 1 : 50.000, 1 : 63.000, 1 : 25.000.

a) Perkampungan  Kampung  Kuburan  Emplasemen

b) Tanah pertanian  Sawah 2 kali setahun  Sawah 1 kali setahun  Sawah 1 kali setahun padi – 1 kali setahun bukan padi

(biasanya apa)  Ladang berpindah – pindah

c) Tanah perkebunan  Karet  Kopi  Dsb.

commit to user

 Sawah yang ditanami sayur – sayuran dan tidak pernah

ditanami padi  Kebun kering yang berisi campuran macam tanaman.

e) Hutan  Hutan lebat  Hutan belukar  Hutan satu jenis

f) Kolam – kolam ikan

g) Tanah rawa

h) Tanah tandus (tanah yang arti ekonominya tidak)

i) Tanah tandus (hutan pengembalan) j) Lain – lain (kalau ada)

3. Untuk pemetaan skala 1 : 12.500, 1 : 10.000, 1 : 5.000, seperti pada nomer 2 hanya diperinci sampai jenis / rotasi tanaman.

b. Klasifikasi penggunaan lahan perkotaan (untuk pemetaan skala 1 : 10.000 dan 1 : 5.000)

1. Lahan perumahan Rumah – Lapangan – Rekreasi – Kuburan.

2. Lahan perusahaan Pasar – Pertokoan – Gudang – Bank – Bioskop – Hotel – Tukang cukur – Stasiun bis – Stasiun kereta api.

3. Lahan industri Pabrik – Percetakan

4. Lahan untuk jasa Kantor pemerintahan – Gedung – gedung untuk ibadah – Rumah sakit – apotik

5. Lahan kosong yang sudah diperuntukkan Tanah kosong yang sudah dipatok tapi belum didirikan bangunan.

6. Lahan kosong

commit to user

Penggunaan lahan memang selalu berubah karena pertambahan penduduk baik karena tingkat kelahiran yang tinggi dan migrasi pada suatu daerah. Yunus (1990:16) mengatakan teori dinamis yang dikutip dari Barlow dan Nweton sebagai berikut : “ Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu, kekuatan centrifugal dan centripetal.

a. Kekuatan centrifugal Yaitu bentuk kekuatan dari dalam yang mengakibatkan perubahan bentuk lahan dari suatu kota yang realisasinya berwujud gerakan penduduk yang berasal dalam kota menuju kearah luar kota.

b. Kekuatan centripetal Yaitu bentuk kekuatan yang mengakibatkan perubahan bentuk lahan dari suatu kota yang realisasinya berwujud gerakan penduduk yang berasal dari luar kota menuju kedalam kota. Kekuatan ini merupakan kekuatan yang bersifat menarik terhadap fungsi itu.

Giyarsih (2010:55), mengatakan bahwa “tendency of converting land use from agricultural to non- agricultural, the tendency of economic, social,

cultural, and technological changes in the studies areas can also be understood. The conversion of land use is automatically followed by economic change.”

Selain itu Giyarsih (2010:55) juga mengatakan bahwa pembangunan perkampungan dan fasilitas sosila ekonomi juga mengikuti perubahan mode trasportasi yang terjadi. Perkembangan mode transportasi juga menghasilkan kemuduhan mobilitas di suatu daerah.

Pola perubahan penggunaan lahan menurut Sumaryanto et al. (2006: 4-

5) dapat ditinjau dari beberapa aspek. Menurut pelakunya, maka dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, perubahan secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada 3: (a) untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, (b) dalam rangka meningkatkan

commit to user

untuk membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha. Pola perubahan penggunaan lahan seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil- kecil dan tersebar. Kedua, perubahan penggunaan lahan yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonsawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsilahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan).

Dalam arti sempit pengertian alih fungsi lahan adalah perubahan bentuk penggunaan lahan yang dilakukan oleh penduduk sebagai individu atau dalam masyaraka ataupun pihak lain (pemerintah atau swasta) dengan maksud mengintensifkan lahan untuk kepentingan sosial maupun ekonomi.

5. Pola Penggunaan lahan