Fungsi Campur Kode

2. Fungsi Campur Kode

Berikut analisis mengenai fungsi campur kode yang terdapat dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Data (60)

O1 : Alhamdulillah ya Mas, berkat doa dan ikhtiar kita sekarang kita sudah dikaruniai keturunan .

„Alhamdulillah ya Mas, berkat doa dan ikhtiar kita sekarang kita sudah dikaruniai keturunan. ‟

O2 : Makane ta Bu, kita harus banyak bersyukur sama Gusti Allah, sampai-sampai kita dipertemukan sama klinik pengobatan alternatif Adi F. Wah, ampuh tenan ya Bu . „Makanya Bu, kita harus banyak bersyukur pada Tuhan, sampai-

sampai kita dipertemukan sama klinik pengobatan alternatif Adi F. Wah, betul-betul ampuh ya Bu. ‟

[...] (D1/Iklan Adi F/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) dan mitra tutur (O2) pada data (60) yang bercetak tebal di atas adalah untuk memberi penekanan kata “ya” dan “tenan” agar pendengar yakin bahwa memang penutur (O1) betul-betul dikaruniai keturunan setelah berobat di klinik

commit to user

pengobatan Adi F, selain itu penggunaan kata “alhamdulillah” yang berasal dari bahasa Arab menunjukkan identitas penutur (O1) adalah

seorang muslim, penyisipan kata ini membuat jalannya komunikasi lebih singkat dan mudah dipahami dibandingkan dengan padanannya dalam

bahasa Indonesia “puji syukur kehadirat Allah”.

Data (61)

[...] O1

: Eh Pak LLAJ ta? Itu lho Pak bise itu lho, harusnya di bangjo kan belok kiri jalan terus, kok malah mandheg, iya ta Pak? „Eh Pak LLAJ? Itu Pak bisnya itu, harusnya di lampu lalu lintas belok kiri jalan terus, mengapa berhenti, iya kan Pak? ‟

O2 : Begini, tolong diperhatikan ya Mbak, mulai saat ini di setiap persimpangan jalan pengendara kendaraan hanya dapat belok kiri saat lampu lalu lintas menyala hijau, kecuali ada isyarat rambu khusus, nah seperti itu lho Mbak contohnya. „Begini, tolong diperhatikan ya Mbak, mulai saat ini di setiap persimpangan jalan pengendara kendaraan hanya dapat belok kiri saat lampu lalu lintas menyala hijau, kecuali ada isyarat rambu khusus, nah seperti itu Mbak contohnya. ‟

[...] (D4/Larangan Belkilang/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (61) yang b ercetak tebal di atas “bangjo” dan “mandheg” adalah agar lebih komunikatif dalam berbicara karena pengucapan kata bangjo dan mandheg dirasa lebih singkat bila dibanding dengan padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu „rambu lalu lintas‟ dan „berhenti‟, selain itu dilatarbelakangi penutur adalah orang Jawa dan petugas DLLAJ juga orang Jawa maka penyisipan campur kode dalam bahasa Jawa ini menjadi lebih mudah dipahami oleh lawan tutur (O2).

commit to user

Data (62) O1

: Ya dimulai dari diri sendiri ta, yen buang sampah ya pada tempatnya, pengolahan sampah sebagaimana mestinya, kita galakkan penghijauan lebih optimal, dan lain sebagainya Pak.

„Ya dimulai dari diri sendiri ta, kalau buang sampah ya pada tempatnya, pengolahan sampah sebagaimana mestinya, kita

galakkan penghijauan lebih optimal, dan lain sebagainya Pak.‟

[...] (D5/Adipura/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (62) yang bercetak tebal di a tas “yen” adalah untuk memberi penekanan maksud tuturan sekaligus untuk menjelaskan cara untuk menjaga kebersihan yang dimulai dari diri sendiri.

Data (63)

O1 : Hadhuh..hadhuh...hadhuh... Sukoharjo ki thik tambah resik ya Dhik? Tambah jatuh cinta aku, coba lihat itu coba, kawasan bebas rokok, terus itu, mari budayakan PHBS, piye coba? „Haduh..haduh...haduh... Sukoharjo ini tambah bersih ya Dik?

Tambah jatuh cinta aku, coba lihat itu coba, kawasan bebas rokok, terus itu, mari budayakan PHBS, bagaimana coba?‟

O2 : Hmmm, Kelurahan Jetis kuwi ta? Lha itu kan didaulat untuk maju ikut lomba PHBS tingkat Provinsi Jateng. „Hmmm, Kelurahan Jetis itu? Itu didaulat untuk maju ikut lomba PHBS tingkat Provinsi Jateng.‟

O1

: Lomba PHBS piye kuwi? „Lomba PHBS bagaimana itu?‟

O2 : Ealah, Perilaku Hidup Bersih Sehat merupakan aset penting bagi masa depan, kayata budaya tidak merokok, olahraga yang teratur, selalu menjaga kebersihan lingkungan, persalinan dengan dibantu tenaga medis dan masih buanyak lagi pokoke. „Ealah, Perilaku Hidup Bersih Sehat merupakan aset penting bagi masa depan, seperti budaya tidak merokok, olahraga yang teratur, selalu menjaga kebersihan lingkungan, persalinan dengan dibantu tenaga medis dan masih buanyak lagi pokoknya.‟

[...] (D9/PHBS/RT/2011)

commit to user

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) dan mitra tutur (O2) pada data (63) yang bercetak tebal di atas “resik”, “kuwi”, dan “kayata” adalah untuk memberi penekanan maksud tuturan. Penggunaan kata “resik” untuk memberi penekanan bahwa Sukoharjo itu sekarang dalam keadaan yang bertambah bersih, kata “kuwi” memberi penekanan pada Kelurahan Jetis yang diajukan dalam lomba PHBS tingkat Provinsi Jateng, dan kata “kayata” memberi penekanan agar O2 lebih jelas dan memahami apa saja contoh perilaku dalam hidup sehat.

Data (64)

O2 : Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng, pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.

„Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan dulu sebelum terlanjur Mas.‟

[...] (D10/Iklan KB Baru/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (64) yang bercetak tebal di atas pada kata “kebacut” adalah memberi penekanan pada maksud tuturan, selain itu untuk membujuk pendengar untuk selalu memperhitungkan atas segala sesuatu hal agar tidak mengalami penyesalan.

Data (65)

O1 : Eh Pak, pirsanana iki coba, bumbung saomah kok bolong kabeh, marai Panjenengan iki yen nyimpen dhuwit sembarangan og, yen nganti ilang pripun coba?

„Eh Pak, coba lihat ini, bambu satu rumah berlubang semua, sebab Anda ini kalau menyimpan uang sembarangan, kalau sampai hilang coba bagaimana? ‟

commit to user

O2 : Lha piye Bune? Apa ditukokne mas-masan wae? Suk yen butuh dhuwit sawayah-wayah isoh didol maneh. „Bagaimana Bu? Apa dibelikan emas-emasan saja? Nanti kalau butuh uang sewaktu- waktu bisa dijual lagi.‟

[...] (D13/Toko Mas Satelit/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (65) yang bercetak tebal di atas adalah untuk menghormati mitra tutur (O2) sebagai wujud hormat istri terhadap suami maka terjadi penyisipan bahasa Jawa ragam krama ke dalam bahasa Jawa ragam ngoko.

Data (66)

O1

: Mogok lagi, ajeg. „Mogok lagi, sering.‟

O2 : O Allah Jo, motor apa iki? Dol wae dinggo ndandakke. „Ya Tuhan Jo, motor apa ini? Jual saja untuk dibetulkan.‟

O1

: Rasah madani. „Tidak usah mencela.‟

[...] (D14/Tunas Jaya motor/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (66) yang bercetak tebal di atas adalah untuk memberi penekanan kata “ajeg”.

Penggunaan kata ini menunjukkan penekanan bahwa sepeda motor yang dimiliki oleh penutur ini sering mogok.

Data (67)

[...] O1

: Mandheg lampu merah, banting setir. „Berhenti lampu merah, banting setir.‟

O2

: Langsung disasak wae, cah enom, alah Kowe piye? „Langsung diterjang saja, bagaimana Kamu ini?‟

O1

: Bablas timbang rong puluh ewu aku anjlog, anjlog.

commit to user

„Terus daripada dua puluh ribu aku turun, turun.‟

[...] (D17/Tilang/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (67) yang bercetak tebal di atas “mandheg” adalah agar lebih komunikatif

dalam berbicara karena pengucapan kata mandheg dirasa lebih singkat bila dibanding dengan padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu „rambu lalu

lintas‟, selain itu dilatarbelakangi kedua penutur adalah orang Jawa maka penyisipan campur kode dalam bahasa Jawa ini menjadi lebih mudah dipahami oleh lawan tutur (O2).

Data (68)

O1

: Adhuh Pak. „Adhuh Pak.‟

O2

: Kenapa ta Bu? Dari tadi kok hu hu melulu. „Kenapa ta Bu? Dari tadi kok hu hu melulu.‟

O1 : Ini lho Pak, penyakit asam uratku kambuh lagi, badan sakit semua, padahal tiap hari sudah minum obat nggak sembuh- sembuh Pak? „Ini Pak, penyakit asam uratku kambuh lagi, badan sakit semua, padahal tiap hari sudah minum obat tidak sembuh- sembuh Pak?‟

O2 : Ibu sih ngeyel, lihat bapak sesudah saya berobat di klinik pengobatan Kuchiba yang ada di Kadipiro Banjarsari itu penyakitku sembuh dan sampai saat ini tidak kambuh lagi. „Ibu sih membantah, lihat bapak sesudah saya berobat di klinik

pengobatan Kuchiba yang ada di Kadipiro Banjarsari itu penyakitku sembuh dan sampai saat ini tidak kambuh lagi‟

[...] (D23/Pengobatan Kuchiba/RS/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (68 ) yang bercetak tebal di atas “ngeyel” adalah untuk memberi penekanan

commit to user

sebagai wujud kejengkelan mitra tutur karena penutur O1 tidak mau dibawa ke klinik pengobatan Kuchiba.

Data (69)

O2 : Ya wis ya aku dhisik, cah enom eneng bangjo, ro polisi wedi, ra gaul. Eh polisi. „Ya sudah ya aku duluan, anak muda ada lampu merah, sama polisi takut, tidak gaul. Eh polisi.‟

[...] (D17/Tilang/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (69 ) yang bercetak tebal di atas “gaul” adalah untuk menunjukkan prestis sebagai anak muda yang tidak takut pada polisi, selain itu tidak ada padanan kata dalam bahasa jawa yang pas untuk menggantikan kata ini.

Data (70)

O1 : Lha kuwi mau, ngepit ngebut-ngebut, nglanggar bangjo, helm ya mung separo, gek aja-aja ya ra nduwe SIM sisan, hah dhasar cah katrok i. „Itu tadi, naik motor kebut-kebutan, melanggar lampu lalu lintas, helm ya hanya separuh, jangan-jangan juga tidak punya SIM, hah dasar anak kampung.‟

O2

: Ya wis naknu, manut ben penak. „Ya sudah kalau begitu, taat saja biar enak.‟

[...] (D2/Gerakan Tertib Lalu Lintas/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (70) yang bercetak tebal di atas “helm” adalah untuk memberikan penjelasan

kepada mitra tutur, selain itu tidak ada padanan kata dalam bahasa jawa yang pas untuk menggantikan kata ini.

commit to user

Data (71)

O1

: Mbak...mbak...mbak, masak apa kowe mbak? „Mbak...mbak...mbak, masak apa kamu mbak?‟

O2 : Ora masak. Iki lho keneku lara buanget, linggih we ora isoh kok, boro-boro masak.

„Tidak masak. Ini di sini sakit sekali, duduk saja tidak bisa, jangankan masak.‟

O1

: Jam semene isih kemul sarung klumbrak-klumbruk. „Jam segini masih berselimut tak teratur.‟

[...] (D24/Pengobatan Nita MA/RS/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (71 ) yang bercetak tebal di atas “boro-boro” adalah untuk menunjukkan prestis selain itu mitra tutur juga ingin menunjukkan kalau dia bisa menggunakan bahasa Indonesia gaul.

Data (72)

[...] O1

: Pandhawa Taylor pasar Nguter Dhe? „Pandhawa Taylor pasar Nguter?‟

O2 : Masalahe ki neg ndandakne jas nang Pandhawa kuwi ya Le ya, dinggo ki ya isoh peni, penak, rasane ki mantep lho Le. „Masalahnya itu kalau membuat jas di Pandhawa itu ya Nak, dipakai itu ya bagus, nyaman, rasanya mantap Nak.‟

O1 : Haha kok ndadak repot ta Dhe-dhe, jamane sudah canggih, tinggal ditelfon saja ta, biar timnya Pandhawa Taylor yang datang ke sini buat ngukur, ya fitting, sekalian bawa sampel kainnya. „Haha pakai repot, zamannya sudah canggih, tinggal ditelfon saja, biar timnya Pandhawa Taylor yang datang ke sini buat ngukur, ya fitting, sekalian bawa sampel kainnya.‟

O3 : Wah ya betul itu Pak, kan lebih enak kita cukup duduk manis diam di rumah saja. „Wah ya betul itu Pak, kan lebih enak kita cukup duduk manis diam di rumah saja.‟

[...] (D19/Pandhawa Taylor/RT/2011)

commit to user

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (72) yang bercetak tebal di atas “jamane, fitting” adalah untuk menunjukkan

prestis, selain itu penggunaan kata fitting sudah sering digunakan dalam istilah bidang penjahitan yang berarti mengepaskan sesuai ukuran tubuh.

Data (73)

O2 : Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng, pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.

„Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan dulu sebelum terlanjur Mas.‟

[...] (D10/Iklan KB Baru/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (73 ) yang bercetak tebal di atas “sing mateng” adalah untuk memberikan penjelasan kepada penutur bahwa kita harus memikirkan dan memperhitungkan dengan matang agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Data (74)

[...] O1

: Loh Son, wo Allah motor full variasi kok dituntun, mesakne yangmu. Nih Yamaha waras-wiris. „Loh Son, Ya Tuhan motor full variasi kok dituntun, kasian pacarmu. Nih Yamaha waras- wiris.‟

O3

: Aku nyengklak kowe ya Mas. „Aku bonceng kamu ya Mas.‟

O2

: Lhoh, yangku kebandang. „Pacarku ikut.‟

(D14/Tunas Jaya Motor/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan penutur (O1) pada data (74) yang bercetak tebal di atas “motor full variasi” adalah untuk menunjukkan

commit to user

prestis sebagai anak muda yang bisa menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Inggris sehingga bisa dipamerkan kepada temannya.

Data (75)

[...] O2

: Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong!

„Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan, jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau mau tambah anak

ya harus diperhitungkan dulu!‟

[...] (D10/Iklan KB Baru/RT/2011)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (75 ) yang bercetak tebal di atas “aja mung waton thog” adalah untuk menjelaskan kepada penutur (O1) jika mau bertindak jangan asal-asalan.

“aja mung waton thog” adalah salah satu idiom dalam bahasa Jawa adanya penyisipan idiom ini karena sudah pas bila dicampurkan dengan

kalimat tuturan di atas.

Data (76)

[...] O2

: Bener lho Pak, Pakdhe tanggane dhewe iku lho, ya ngombe Srongpas. Srongpas iku kan kapsul jamu kusus kanggo wong lanang, biar menang dan lebih perkasa. „Benar Pak, Pakdhe tetangga kita itu, ya minum Srongpas. Srongpas itu kan kapsul jamu khusus untuk pria, biar menang dan lebih perkasa. ‟

[...] (D27/Iklan Srongpas/RS/2012)

Fungsi campur kode yang dilakukan mitra tutur (O2) pada data (76 ) yang bercetak tebal di atas “biar menang dan lebih perkasa” adalah

commit to user

untuk memberi penekanan bahwa setelah minum Srongpas maka badan akan terasa lebih perkasa, selain itu penggunaan klausa ini juga menjadikan pendengar agar lebih tertarik untuk membeli produk ini.