Bentuk Alih Kode

1. Bentuk Alih Kode

Alih kode merupakan peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain, dari variasi satu ke variasi lain atau beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Dalam masyarakat tutur tertentu terutama yang mengenal tingkatan bahasa sosial (undha- usuk). Peristiwa alih kode dapat dilihat pada data sebagai berikut.

a. Alih Kode Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia

Data (1)

O1 : E...e...e... bise ki kurang ajar tenan ki, ra ngerti peraturan pa

piye? Kok malah mandheg, bikin macet saja.

„E...e...e... bisnya ini kurang ajar betul, tidak tahu peraturan apa? Mengapa berhenti , bikin macet saja.‟

O2

: Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu? „Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?‟

O1 : Eh Pak LLAJ ta? Itu lho Pak bise itu lho, harusnya di bangjo

kan belok kiri jalan terus, kok malah mandheg, iya ta Pak?

commit to user

„Eh Pak LLAJ? Itu Pak bisnya itu, harusnya di lampu lalu lintas belok kiri jalan terus, mengapa berhenti, iya kan Pak? ‟

O2 : Begini, tolong diperhatikan ya Mbak, mulai saat ini di setiap persimpangan jalan pengendara kendaraan hanya dapat belok kiri saat lampu lalu lintas menyala hijau, kecuali ada isyarat rambu khusus, nah seperti itu lho Mbak contohnya. „Begini, tolong diperhatikan ya Mbak, mulai saat ini di setiap persimpangan jalan pengendara kendaraan hanya dapat belok kiri saat lampu lalu lintas menyala hijau, kecuali ada isyarat rambu khusus, nah seperti itu Mbak contohnya. ‟

O1 : O Allah gitu ta? Dadi wis ra isoh belok kiri mak clengkur iki? „Ya Tuhan begitu? Jadi ini sudah tidak bisa belok kiri langsung?‟

[...] (D4/Larangan Belkilang/RT/2011-2012)

Wacana iklan data (1) adalah iklan layanan masyarakat tentang larangan belok kiri langsung saat di jalan raya. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang wanita (O1) sebagai pengendara sepeda motor dan seorang pria (O2) sebagai petugas DLLAJ. Di dalam wacana iklan yang bercetak tebal dalam data (1) ini terjadi peristiwa alih kode intern antara bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.

Peristiwa alih kode ini ditandai dengan beralihnya tuturan O1 dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia pada kalim at “E...e...e... bise ki kurang

ajar tenan ki, ra ngerti peraturan pa piye? Kok malah mandheg, bikin macet saja ”, kemudian beralih ke bahasa Indonesia “Eh Pak LLAJ ta? Itu lho Pak bise itu lho, harusnya di bangjo kan belok kiri jalan terus, kok

malah mandheg, iya ta Pak? ”, kemudian beralih lagi ke dalam bahasa Jawa “O Allah gitu ta? Dadi wis ra isoh belok kiri mak clengkur iki?”.

Bahasa yang digunakan penutur (O1) adalah bahasa Jawa yang kemudian beralih ke dalam bahasa Indonesia untuk menyeimbangkan bahasa yang digunakan oleh mitra tutur (O2).

commit to user

Data (2)

O1 : Sukoharjo itu nyenengke tenan ya Bu, dhasare ya makmur, masarakate ya sadhar akan kebersihan, hah jan kurang apa coba? „Sukoharjo itu menyenangkan sekali ya Bu, pada dasarnya sudah makmur, masyarakatnya juga sadar akan kebersihan, kurang apa coba? ‟

O2

: Jane ya mung kurang maksimal aja kok pak. „Sebenarnya hanya kurang maksimal saja Pak.‟

O1

: Kamsude sampeyan kepriben Bune? „Maksudmu bagaimana Bu?‟

O2 : Kebersihan itu kan sebagian dari iman, jadi lakukan

kebersihan ya semaksimal mungkin dong!

„Kebersihan itu kan sebagian dari iman, jadi lakukan kebersihan ya semaksimal mungkin dong! ‟

[...] (D5/Adipura/RT/2011)

Wacana iklan data (2) adalah iklan layanan masyarakat tentang penghargaan adipura. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai suami (O1) dan seorang wanita yang berperan sebagai istri (O2). Di dalam wacana iklan pada data (2) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Awalnya penutur (O1) dan mitra tutur (O2) menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O2 beralih menggunakan bahasa Indonesia yaitu “Kebersihan itu kan sebagian dari iman, jadi lakukan kebersihan ya semaksimal mungkin dong! ” Pada data (2) di atas penutur beralih kode ke dalam bahasa Indonesia untuk menjelaskan bahwa kebersihan itu penting, selain itu alih kode ini dilakukan untuk mempersuasif atau mengajak pendengar untuk menjaga kebersihan.

commit to user

Data (3)

O1

: “Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga

kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup .” „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah anak satu, malu saya Pak

dengan bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟

O2 : “Ah wong barang wis kebacut kok Bune, lha wingi-wingi kon KB ya gur meneng.” „Ah sudah terlanjur Bu, kemarin disuruh KB juga hanya diam‟.

[...] (D7/KB Pria/RT/2011)

Wacana iklan data (3) adalah iklan layanan masyarakat tentang informasi adanya program KB untuk kaum pria. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang wanita (O1) yang berperan sebagai istri dan seorang pria (O2) yang berperan sebagai suami. Di dalam wacana iklan pada data (3) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Awalnya penutur (O1) menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O1 beralih menggunakan bahasa Indonesia yaitu “Sekarang ini kan zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup .” Pada data (3) di atas penutur (O1) beralih kode ke dalam bahasa Indonesia untuk mengutip perkataan orang lain, hal ini ditandai dengan penanda “katanya”, selain itu penutur (O1) juga ingin menjelaskan bahwa sekarang ini zaman Keluarga Berencana dengan memiliki cukup dua anak.

commit to user

Data (4)

O1 : O Allah Ndhuk-ndhuk, bocah gur ngecrek wae, kok lekmu

kether njaluk rabi.

„Ya Tuhan Nak-nak, bocah merengek terus minta dinikahkan.‟

O2 : Tenang aja Pah, yang penting kan ikut ber-KB biar keluarganya bahagia. „Tenang saja Pah, yang penting ikut ber-KB biar keluarganya bahagia. ‟

O1 : Lho-lho, mesthi ngono kuwi ta? Nom-noman cah saiki mesthi

ya ngono kuwi, masa remaja itu masa transisi, medeni, lha tahu apa kamu masalah keluarga?

„Lho-lho, pasti begitu? Anak muda sekarang pasti seperti itu, masa remaja itu masa transisi, menakutkan, kamu tahu apa tentang masalah keluarga? ‟

O2 : Lha terus kapan dong Pah? Yang penting kan aku udah lulus sekolah. „Terus kapan Pah? Yang penting saya sudah lulus sekolah.‟

O1 : Mbok nanti wae nek kamu tu sudah benar-benar mau dan

benar-benar mampu, kamu ikut PIK, KRR dulu aja dan sekarang sudah tersebar di 12 Kecamatan Kabupaten Sukoharjo, biar kamu nanti jadi remaja tegar, menjadi contoh dan panutan remaja yang lain.

„Nanti saja kalau kamu itu sudah benar-benar mau dan benar- benar mampu, kamu ikut PIK, KRR dulu saja yang sekarang sudah tersebar di 12 Kecamatan Kabupaten Sukoharjo, biar kamu nanti menjadi remaja tegar, menjadi contoh dan panutan remaja yang lain. ‟

(D8/Iklan KB Remaja/RT/2011)

Wacana iklan data (4) ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai bapak (O1) dan seorang remaja putri yang berperan sebagai anak (O2). Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (4) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Awalnya O1 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, namun karena O2 berbicara menggunakan bahasa Indonesia maka O1 beralih

commit to user

menggunakan bahasa Indonesia yaitu “Mbok nanti wae nek kamu tu

sudah benar-benar mau dan benar-benar mampu, kamu ikut PIK, KRR dulu aja dan sekarang sudah tersebar di 12 Kecamatan Kabupaten Sukoharjo, biar kamu nanti menjadi remaja tegar, menjadi contoh dan

panutan remaja yang lain. ” Pada data (4) di atas penutur (O1) beralih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia karena untuk mengimbangi O2 yang menggunakan bahasa Indonesia.

Data (5)

O1 : Hadhuh..hadhuh...hadhuh... Sukoharjo ki thik tambah resik ya Dhik? Tambah jatuh cinta aku, coba lihat itu coba, kawasan bebas rokok, terus itu, mari budayakan PHBS, piye coba? „Haduh..haduh...haduh... Sukoharjo ini tambah bersih ya Dik? Tambah jatuh cinta aku, coba liat itu coba, kawasan bebas rokok, terus itu, mari budayakan PHBS, bagaimana coba?‟

O2 : Hmmm, Kelurahan Jetis kuwi ta? Lha itu kan didaulat untuk maju ikut lomba PHBS tingkat Provinsi Jateng. „Hmmm, Kelurahan Jetis itu? Itu didaulat untuk maju ikut lomba PHBS tingkat Provinsi Jateng.‟

O1

: Lomba PHBS piye kuwi? „Lomba PHBS bagaimana itu?‟

O2 : Ealah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan aset penting bagi masa depan, kayata budaya tidak merokok, olahraga yang teratur, selalu menjaga kebersihan lingkungan, persalinan dengan dibantu tenaga medis dan masih banyak lagi pokoke. „Ealah, Perilaku Hidup Bersih Sehat merupakan aset penting bagi masa depan, seperti budaya tidak merokok, olahraga yang teratur, selalu menjaga kebersihan lingkungan, persalinan dengan dibantu tenaga medis dan masih banyak lagi pokoknya.‟

O1 : Pantesan Pak Ustad itu kok selalu bilang kebersihan adalah sebagian dari iman. O ngono kuwi ta. „Pantas Pak Ustad itu selalu bilang kebersihan adalah sebagian dari iman. O...seperti itu.‟

(D9/Iklan PHBS/RT/2011)

commit to user

Wacana iklan data (5) ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai suami (O1) dan seorang wanita yang berperan sebagai istri (O2). Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (5) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Awalnya O1 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, namun karena O2 berbicara menggunakan bahasa Indonesia maka O1 beralih

menggunakan bahasa Indonesia yaitu “Pantesan kok Pak Ustad itu selalu bilang kebersihan adalah sebagian dari iman. ” Pada data (5) di atas

penutur (O1) beralih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia karena untuk mengimbangi O2 yang menggunakan bahasa Indonesia.

Data (6)

O1 : Hah, urip seprana-seprene kok tanpa enek perubahan blas,

apike ki apa tambah anak wae ya Mah?

„Hah, hidup sejak dulu sampai sekarang tidak ada perubahan sama sekali, apa sebaiknya tambah satu anak lagi saja ya Mah?‟

O2 : Ya ampun Mas-mas, anak wis loro kok jik kurang wae. „Ya ampun Mas-mas, anak sudah dua masih saja kurang.‟

O1

: Kata orang banyak anak kan banyak rejeki ta? „Kata orang banyak anak itu banyak rejeki.‟

O2 : Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong! „Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan, jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau mau tambah anak ya harus diperhitungkan dulu!‟

O1

: Lhoh, aku ki kan ya gur mbok menawa kok. „Saya mengatakan itu hanya jika mungkin.‟

O2 : Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng, pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.

commit to user

„Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan dulu sebelum terlanjur Mas.‟

(D10/Iklan KB Baru/RT/2011)

Wacana iklan data (6) ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai suami (O1) dan seorang wanita yang berperan sebagai istri (O2). Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (6) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya O1 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O1 sengaja beralih kode menggunakan bahasa

Indonesia yaitu “Kata orang banyak anak kan banyak rejeki ta?”

Pada data (6) di atas penutur (O1) beralih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia lalu kembali lagi ke bahasa Jawa karena untuk mengimbangi O2 yang menggunakan bahasa Jawa. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Data (7)

[...] O2

: Ya wis ya naknu aku dhisik, cah enom eneng bangjo, ro polisi

wedi, ra gaul, apa kuwi? Eh polisi.

„Ya sudah ya aku duluan, anak muda ada lampu merah, sama polisi takut, tidak gaul. Eh polisi. ‟

O3 : Selamat siang, tolong perlihatkan surat-surat Anda! „Selamat siang, tolong perlihatkan surat-surat Anda!‟

O2

: Selamat siang Pak, surat-surat? „Selamat siang Pak, surat-surat?‟

O3

: Surat kendaraan. „Surat kendaraan.‟

O2

: Eh ini Pak suratnya, ini Pak. „Eh ini Pak suratnya, ini Pak.‟

commit to user

O3 : Lho surat apa ini? Surat sepeda motor malah kartu request nggo apa? „Ini surat apa? Surat sepeda motor malah kartu request buat apa?‟

O2 : Lho jadi bukan surat ini ta Pak? Adhuh Pak maaf Pak maaf,

suratnya ketinggalan di rumah keburu-buru tadi, adhuh Bapak.

„Jadi bukan surat ini ta Pak? Adhuh Pak maaf, suratnya ketinggalan di rumah keburu-buru tadi, aduh Bapak. ‟

O3

: Sekarang Anda ikut saya ke pos. „Sekarang Anda ikut saya ke pos.‟

O2

: Pak tunggu Pak, santai Pak, damai Pak. „Pak tunggu Pak, santai Pak, damai Pak.‟

O3 : Wis ra nggo helm, nglanggar bangjo, salah jalur, ngajak damai karepmu piye? „Sudah tidak memakai helm, melanggar rambu, salah jalur, mengajak damai apa maumu?

O2 : Saya itu kenal Bapak, Bapak juga kenal saya. Saya ini penyiir

eh penyiar lhoPak.

„Saya itu kenal Bapak, Bapak juga kenal saya. Saya ini penyiir eh penyiar Pak. ‟

O3 : Hukum itu tidak mengenal profesi, usia, dan jabatan kesalahan jadi tidak tegas.

„Hukum itu tidak mengenal profesi, usia, dan jabatan kesalahan jadi tidak tegas. ‟

O2 : Adhuh cilaka awakku. Ayak kunthul nyolot, apes, ngertia melu nyolot pite gen ditilang dhewe.

„Aduh celaka saya. Ternyata kunthul meloncat, apes, kalau tahu seperti itu saya ikut meloncat motornya biar ditilang sendiri. ‟

[...] (D17/Tilang/RT/2011)

Wacana iklan data (7) ini adalah iklan layanan masyarakat tentang tata tertib berlalu lintas. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara tiga orang partisipan yaitu O1 dan O2 yang berperan sebagai dua orang pemuda pengendara motor, dan seorang pria (O3) yang berperan sebagai polisi lalu lintas. Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (7) dari bahasa Jawa ke bahasa

commit to user

Indonesia. Awalnya O2 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O2 sengaja beralih kode menggunakan bahasa Indonesia karena beralihnya pokok pembicaraan, selain itu peralihan kode ini juga karena untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh O3. Kemudian O2 beralih kode ke dalam bahasa Jawa lagi karena untuk berhumor.

Data (8)

O1 : Wah...wah romantis, Pakdhe sama Budhe mau kemana ini? Ndak pundi ta Pakdhe? „Wah...wah romantis, Paman sama Bibi mau kemana ini? Mau kemana Paman? ‟

O2

: Pakdhe iki kan ameh ijab maneh ta Le. „Paman ini mau ijab lagi Nak.‟

O3 : E..e.. piye Pak? Njenengan ki mau ijab lagi? Apa jik kurang ta

Pak-pak?

„E..e.. bagaimana Pak? Anda mau ijab lagi? Apa masih kurang Pak- pak?‟

O2 : Halah, dadi salah ngomong aku. Arep neng Pandhawa Taylor kok Le, ndandakne jas nggo ngijabne mbakyumu kae lho Le. „Saya jadi salah ngomong. Mau ke Pandhawa Taylor Nak, membuat jas untuk menikahkan kakakmu itu. ‟

O1

: Pandhawa Taylor pasar Nguter Dhe? „Pandhawa Taylor pasar Nguter?‟

O2 : Masalahe ki neg ndandakne jas nang Pandhawa kuwi ya Le ya, dinggo ki ya isoh peni, penak, rasane ki mantep lho Le. „Masalahnya itu kalau membuat jas di Pandhawa itu ya Nak, dipakai itu ya bagus, nyaman, rasanya mantap Nak. ‟

O1 : Haha kok ndadak repot ta Dhe-dhe, jamane sudah canggih, tinggal ditelfon saja ta, biar timnya Pandhawa Taylor yang datang ke sini buat ngukur, ya fitting, sekalian bawa sampel kainnya. „Haha pakai repot, zamannya sudah canggih, tinggal ditelfon saja, biar timnya Pandhawa Taylor yang datang ke sini buat ngukur, ya fitting, sekalian bawa sampel kainnya. ‟

O3 : Wah ya betul itu Pak, kan lebih enak kita cukup duduk manis

diam di rumah saja.

commit to user

„Wah ya betul itu Pak, kan lebih enak kita cukup duduk manis diam di rumah saja. ‟

[...] (D19/Pandhawa Taylor/RT/2011)

Wacana iklan data (8) ini adalah iklan komersial yang membicarakan jasa penjahitan baju Pandhawa Taylor. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara tiga orang partisipan yaitu O1 sebagai keponakan pria, O2 yang berperan sebagai paman sekaligus suami, dan O3 yang berperan sebagai bibi sekaligus istri. Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (8) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya O3 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O3 sengaja beralih kode menggunakan bahasa Indonesia karena untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh O1.

Data (9)

O1 : Adhuh Pak, dospundi niki Pak? Kambuh melih penyakit kula

niki Pak.

„Adhuh Pak, bagaimana ini Pak? Kambuh lagi penyakit saya ini Pak. ‟

O2 : Sabar ta Bu, aja nyerah! Awake dhewe wajib berusaha, Ibu lak ya weruh ta? RT kae lara tumor, nanging sawise berobat nang nggone bapak Hamdani S. mari total lho Bu. Malah penyakit gawat wae uga mari Bu. „Sabar Bu, jangan menyerah! Kita wajib berusaha, Ibu melihat? RT itu sakit tumor, tetapi setelah berobat di tempat Bapak Hamdani S sembuh total Bu. Penyakit gawat saja juga sembuh Bu. ‟

[...]

O1 : Alhamdulillah Pak, pengobatan Pandhawa 5 tabib bapak

Hamdani S sekarang kanker payudaraku sudah sembuh tanpa harus operasi.

(D22/Tabib Hamdani/RS/2011-2012)

commit to user

Wacana iklan data (9) ini adalah iklan komersial jasa pengobatan Pandhawa 5 tabib Hamdani S. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang wanita yang berperan sebagai istri (O1) dan seorang pria yang berperan sebagai suami (O2). Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (9) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya O1 menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya, kemudian O1 sengaja beralih kode menggunakan bahasa

Indonesia yaitu “Alhamdulillah Pak, pengobatan Pandhawa 5 tabib

bapak Hamdani S sekarang kanker payudaraku sudah sembuh tanpa

harus operasi. ” Pada data (9) di atas penutur (O1) beralih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia karena untuk memberikan penjelasan kepada O2 sekaligus kepada pendengar bahwa setelah berobat ke pengobatan tabib bapak Hamdani S kanker payudaranya sudah sembuh. Alih kode ini disebut alih kode intern.

b. Alih Kode Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa

Data (10)

[...] O1

: Mbecak? Selak esuk nu Mas-mas ra tekan-tekan. Ora, ada apa e Mas dari tadi tak enten-enteni kok bise ora lewat-lewat lho ya. „Becak? Keburu pagi Mas-mas tidak sampai-sampai. Tidak, ada apa Mas, dari tadi aku tunggu-tunggu tapi bisnya tidak lewat- lewat. ‟

O2 : Wee, jebule ddr ayu-ayu ddr daya dong rendah. Gini lho Jeng, dalam rangka penataan arus lalu lintas, jalur bis sama mobil barang sekarang itu dialihkan. Lha sakniki pun mboten lewat mriki dientenana tekan suk pahing ya ra lewat-lewat.

commit to user

„Wee, ternyata cantik-cantik ddr daya dong rendah. Begini Jeng, dalam rangka penataan arus lalu lintas, jalur bis dan mobil barang sekarang itu dialihkan. Sekarang sudah tidak lewat sini lagi ditunggu sampai Pahing ya tidak akan lewat. ‟

[...] (D6/Alih Jalur/RT/2011)

Wacana iklan data (10) adalah iklan layanan masyarakat tentang informasi pengalihan jalur kendaraan umum. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang wanita yang berperan sebagai penumpang yang menunggu bus (O1) dan seorang pria yang berperan sebagai tukang becak (O2). Di dalam wacana iklan pada data (10) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya mitra tutur (O2) menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturannya, kemudian O2 beralih menggunakan bahasa Jawa yaitu “Lha sakniki pun mboten lewat mriki dientenana tekan suk pahing ya ra lewat-lewat. ” Pada data (10) di atas mitra tutur (O2) beralih kode ke dalam bahasa Jawa untuk menjelaskan bahwa jalur bus dan mobil barang sekarang sudah dialihkan dan tidak melewati jalur yang ditunggu oleh penutur (O1). Alih kode ini disebut alih kode intern.

Data (11) O1

: Mogok lagi, ajeg. „Mogok lagi, sering.‟

O2 : O Allah Jo, motor apa iki? Dol wae dinggo ndandakke. „Ya Tuhan Jo, motor apa ini? Jual saja untuk dibetulkan.‟

O1

: Rasah madani. „Tidak usah mencela.‟

[...] (D14/Iklan Tunas Jaya Motor/RT/2011)

commit to user

Wacana iklan data (11) ini adalah iklan komersial yang berbentuk dialog sebab terjadi percakapan antara dua orang pemuda yang saling berteman yaitu antara O1 dan O2. Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (11) dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa lalu ke bahasa Indonesia lagi. Awalnya O1 menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturannya, kemudian datanglah O2 yang menggunakan bahasa Jawa, oleh karena itu O1 beralih kode ke dalam

bahasa Jawa yaitu “rasah madani”, dilihat dari percakapan yang terjadi hubungan mereka terlihat erat karena mereka berdua saling berteman dan

sama-sama orang Jawa yang menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari. Namun setelah itu O1 dengan sengaja beralih kode ke dalam bahasa Indonesia lagi yaitu “Wah, saatnya beli Yamaha yang oke punya ”.

Pada data (11) di atas penutur (O1) beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa lalu kembali lagi ke bahasa Indonesia karena untuk mengimbangi O2 yang menggunakan bahasa Jawa dan untuk sekedar bergengsi karena O1 yang pamer akan membeli motor baru. Alih kode ini disebut alih kode intern.

Data (12)

O1 : ...Gleyer-gleyer, bar reyenan e, gleyer. Ayo Min, tarik terus min, tarik terus Min, klintong-klintong keliling kota. „...Gleyer-gleyer, motor baru, gleyer. Ayo Min, tarik terus min, tarik terus Min, klintong-klintong keliling kota. ‟

O2

: Ok, siapa takut? „Ok, siapa takut?‟

O1

: Kae ngarep cewek, hancurkan Min.

commit to user

„Itu depan cewek, hancurkan Min.‟

O2

: Diunggahke ngene ki lho. „Dinaikkan begini lho.‟

[...] (D17/Tilang/RT/2011)

Wacana iklan data (12) ini adalah iklan layanan masyarakat tentang tata tertib berlalu lintas. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara tiga orang partisipan yaitu O1 dan O2 yang berperan sebagai dua orang pemuda pengendara motor, dan seorang pria (O3) yang berperan sebagai polisi lalu lintas. Di dalam wacana iklan ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal pada data (12) dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya O2 menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturannya, kemudian O2 sengaja beralih kode menggunakan bahasa Jawa karena untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh O1.

c. Alih Kode Berupa Alih Tingkat Tutur Bahasa Jawa

Data (13)

O1 : Sukoharjo itu nyenengke tenan ya Bu, dhasare ya makmur,

masarakate ya sadhar akan kebersihan, jan kurang apa coba?

„Sukoharjo itu menyenangkan sekali ya Bu, pada dasarnya sudah makmur, masyarakatnya juga sadar akan kebersihan, kurang apa coba? ‟

O2

: Jane ya mung kurang maksimal aja kok pak. „Sebenarnya hanya kurang maksimal saja kok Pak.‟

O1

: Kamsude sampeyan kepriben Bune? „Maksudmu bagaimana Ibu?‟

O2 : Kebersihan itu kan sebagian dari iman, jadi lakukan kebersihan ya semaksimal mungkin dong! „Kebersihan itu kan sebagian dari iman, jadi lakukan kebersihan ya semaksimal mungkin dong! ‟

commit to user

O1

: Wuh manis. „Wuh manis.‟

O2 : Ya dimulai dari diri sendiri ta, yen buang sampah ya pada tempatnya, pengolahan sampah sebagaimana mestinya, kita galakkan penghijauan lebih optimal, dan lain sebagainya Pak. „Ya dimulai dari diri sendiri, kalau buang sampah ya pada

tempatnya, pengolahan sampah sebagaimana mestinya, kita galakkan penghijauan lebih optimal, dan lain sebagainya Pak. ‟

[...] (D5/Adipura/RT/2011)

Wacana iklan data (13) adalah iklan layanan masyarakat tentang penghargaan Adipura. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai suami (O1) dan seorang wanita yang berperan sebagai istri (O2). Di dalam wacana iklan pada data (13) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal yang berwujud alih tingkat tutur dalam bahasa Jawa.

Awalnya penutur (O1) menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko dalam tuturannya, kemudian O1 beralih menggunakan bahasa jawa ragam

madya, hal ini terlihat dengan adanya leksikon madya yaitu “sampeyan”. Peralihan kode ini dilakukan oleh penutur (O1) karena untuk menghormati mitra tutur (O2) yang berkedudukan sebagai istrinya.

Data (14)

O1 : Eh Pak, pirsanana iki coba, bumbung saomah kok bolong

kabeh, marai Panjenengan iki yen nyimpen dhuwit sembarangan og, yen nganti ilang pripun coba?

„Pak, coba lihat ini, bambu satu rumah berlubang semua, sebab Anda ini kalau menyimpan uang sembarangan, kalau sampai

hilang coba bagaimana? ‟

O2 : Lha piye Bune? Apa ditukokne mas-masan wae? Suk yen butuh dhuwit sawayah-wayah isoh didol maneh. „Bagaimana Bu? Apa dibelikan emas-emasan saja? Nanti kalau butuh uang sewaktu- waktu bisa dijual lagi.‟

commit to user

O1

: Bener kuwi Pak, ning ngendi coba? Toko mas sing regane ora anjlog, apa enek piye?

„Benar itu Pak, tapi dimana coba? Toko mas yang harganya tidak turun, apa ada?‟

[...] (D13/Toko Mas Satelit/RT/2011)

Wacana iklan data (14) adalah iklan komersial yang menawarkan emas. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang wanita yang berperan sebagai istri (O1) dan seorang pria yang berperan sebagai suami (O2) dan. Di dalam wacana iklan pada data (14) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal yang berwujud alih ragam dalam bahasa Jawa. Awalnya penutur (O1) menggunakan bahasa Jawa ragam krama dalam tuturannya, kemudian O1 beralih menggunakan bahasa jawa ragam ngoko. Peralihan kode ini dilakukan oleh penutur (O1) karena menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh mitra tutur (O2).

Data (15)

O1 : Titipanmu ora entuk Buk, dhuwite entek, gilo nggo mbayar listrik we sakmene gilo! „Titipanmu tidak dapat Bu, uangnya habis, ini untuk bayar listrik segini. ‟

O2

: Kok nggih kathah temen ta Pak? „Banyak juga ya Pak?‟

O1 : Lha wong kowe ki sithik-sithik ya listrik, sumuk sithik kitiran, ning kolah we awan-awan nggo lampu ya diuripne, kon ora boros piye? „Kamu ini sedikit-sedikit ya listrik, kepanasan sedikit kipas, ke kamar mandi siang-siang lampunya juga dihidupkan. ‟

O2

: O Allah nggih-nggih, ngoten we kok duka lho! „Ya Tuhan ya-ya, begitu saja marah lho!‟

commit to user

FVO : Mangga wiwit sakmenika kita kedah ngirit, ngirit listrik ateges ngirit dhuwit. Ngirit listrik ngirangi resiko nampi pemadaman utawi oglangan. „Mari mulai sekarang kita harus irit, irit listrik berarti irit uang. Irit listrik mengurangi resiko pemadaman atau mati lampu. ‟

O1 : Rungokno kuwi, pokoke nguripke listrik manut kebutuhane, liyane sing ora dinggo pateni wae, ceklek, ngirit. Dengarkan itu, pokoknya menghidupkan listrik sesuai kebutuhan, lainnya yang tidak dipakai dimatikan saja, ceklek, irit.

O2 : Bener ya Pak, yen tagihan listrike sithik turahane rak saged

dinggo kebutuhan liyane. Ah, aku arep ngirit ah, rit...rit...rit...

„Bener ya Pak, kalau tagihan listrik sedikit sisanya kan bisa untuk kebutuhan yang lain. Ah, aku mau irit ah, rit...rit...rit... ‟

MVO : Pesan ini disampaikan olah PLN UPJ Sukoharjo. „Pesan ini disampaikan olah PLN UPJ Sukoharjo.‟

(D16/PLN/RT/2011)

Wacana iklan data (15) adalah iklan layanan masyarakat yang berisi ajakan untuk menghemat listrik. Iklan ini berbentuk dialog sebab terjadi interaksi antara seorang pria yang berperan sebagai suami (O1) dan seorang wanita yang berperan sebagai istri (O2). Di dalam wacana iklan pada data (15) ini terjadi peristiwa alih kode yang bercetak tebal yang berwujud alih ragam dalam bahasa Jawa. Awalnya mitra tutur (O2) menggunakan bahasa Jawa ragam krama dalam tuturannya, kemudian O2 beralih menggunakan bahasa jawa ragam ngoko.