Campur Kode Berwujud Klausa

3) Campur Kode Berwujud Klausa

Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat yang mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Campur kode yang berwujud klausa yang ditemukan dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo adalah campur kode ke dalam. Hal ini dapat dilihat dalam data berikut ini.

3.1 Campur Kode Penyisipan Klausa bahasa Jawa di dalam Bahasa Indonesia

Data (47)

[...] O2

: Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong! „Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan, jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau mau tambah anak ya harus diperhitungkan dulu!‟

O1

: Lhoh, aku ki kan ya gur mbok menawa kok. „Saya berkata itu hanya jika mungkin.‟

[...] (D10/KB Baru/RT/2011)

Data (47) adalah iklan layanan masyarakat (non-komersial). Pada data (47) di atas membicarakan tentang adanya program KB. Iklan ini berbentuk dialog antara O1 sebagai suami dan O2 yaitu sebagai istri. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O2 yaitu pada klausa “jamane wis maju” merupakan klausa yang berasal dari bahasa Jawa. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

commit to user

Data (48)

[...] O2

: Selamat siang Pak, surat-surat? „Selamat siang Pak, surat-surat?‟

O3

: Surat kendaraan. „Surat kendaraan.‟

O2

: Eh ini Pak suratnya, ini Pak. „Eh ini Pak suratnya, ini Pak.‟

O3 : Lho ini surat apa? Surat sepeda motor malah kartu request nggo apa? „Ini surat apa? Surat sepeda motor malah kartu request buat apa?‟

[...] (D17/Tilang/RT/2011)

Data (48) adalah iklan non-komersial (iklan layanan masyarakat). Pada data (48) di atas menceritakan proses tilang kepada pemuda karena tidak mentaati peraturan lalu lintas. Iklan ini berbentuk dialog antara dua orang pemuda yang bersahabat, lalu kemudian munculah O3 yaitu polisi lalu lintas. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O1 yaitu pada klausa “kartu request nggo apa”. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

Data (49)

O1 : Pak, sekarang ini jamane medeni ya? Masak tiap hari kok ada aja kejahatan, ya pencurian, perampokan, ya penipuan lah, hiiii.... „Pak, sekarang ini zamannya menakutkan ya? Masak tiap hari kok

ada aja kejahatan, ya pencurian, perampokan, ya penipuan lah, hiiii....‟

O2

: Donyane wis tuwa kok Bu, kabeh dho rebutan. „Dunianya sudah tua Bu, semua pada rebutan.‟

commit to user

O1 : Penjahatnya itu lho Pak. Kok ya nggak habis-habis ya? Heran aku. „Penjahatnya itu lho Pak. Kok ya nggak habis-habis ya? Heran aku.‟

[...] (D18/Call Center Polres/RT/2011)

Data (49) adalah iklan non-komersial (iklan layanan masyarakat). Pada data (49) di atas memberi himbauan kepada pendengar agar lebih berhati-hati di zaman sekarang ini, jika butuh bantuan langsung saja menghubungi call center polres Sukoharjo. Iklan ini berbentuk dialog antar suami istri, O1 berperan sebagai istri, O2 berperan sebagai suami. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O1 yaitu pada klausa “jamane medeni”. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

3.2 Campur Kode Penyisipan Klausa bahasa Indonesia di dalam Bahasa Jawa

Data (50)

O1 : E...e...e... bise ki kurang ajar tenan ig, ra ngerti peraturan pa piye? Kok malah mandheg, bikin macet saja . „E...e...e... bisnya ini kurang ajar betul, tidak tahu peraturan apa? Mengapa berhenti , bikin macet saja.‟

[...] (D4/Larangan Belkilang/RT/2011)

Data (50) adalah iklan layanan masyarakat (non-komersial). Pada data (50) di atas membicarakan tentang adanya peraturan dilarang belok kiri langsung bila ada isyarat rambu khusus. Iklan ini berbentuk dialog antara O1 sebagai wanita pengguna jalan dan O2 yaitu seorang pria

commit to user

sebagai petugas DLLAJ. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O1 yaitu pada klausa “bikin macet saja”. Klausa ini berasal dari bahasa Indonesia yang disisipkan ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

Data (51)

O1 : Sukoharjo itu nyenengke tenan ya Bu, dhasare ya makmur, masarakate ya sadar akan kebersihan, jan kurang apa coba? „Sukoharjo itu menyenangkan sekali ya Bu, pada dasarnya sudah makmur, masyarakatnya juga sadar akan kebersihan, kurang apa

coba?‟

O2

: Jane ya mung kurang maksimal aja kok pak. „Sebenarnya hanya kurang maksimal saja kok Pak.‟

[...] (D5/Adipura/RT/2011)

Data (51) adalah iklan layanan masyarakat (non-komersial). Pada data (51) di atas membicarakan tentang predikat Sukoharjo yang telah mendapat penghargaan Adipura. Iklan ini berbentuk dialog antara O1 sebagai suami dan O2 yaitu sebagai istri. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O1 yaitu pada klausa “masarakate ya sadar akan kebersihan” yang berasal dari bahasa Indonesia yang disisipkan ke dalam bahasa Jawa. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.

commit to user

Data (52)

[...] O1

: Loh Son, wo Allah motor full variasi kok dituntun, mesakne yangmu. Nih Yamaha waras-wiris. „Loh Son, ya Tuhan motor full variasi kok dituntun, kasihan pacarmu. Nih Yamaha waras- wiris.‟

O3

: Aku nyengklak kowe ya Mas. „Aku bonceng kamu ya Mas.‟

O2

: Lhoh, yangku kebandang. „Pacarku ikut.‟

(D14/Tunas Jaya Motor/RT/2011)

Data (52) adalah iklan komersial. Iklan ini berbentuk dialog antara dua orang pemuda dan O3 sebagai pacar O2. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang ditunjukkan pada kata yang bercetak tebal. Peristiwa campur kode yang dilakukan oleh O1 yaitu pada klausa “motor full variasi ” merupakan klausa dalam bahasa Indonesia. Campur kode ini disebut campur kode intern karena menyisipkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa Jawa.