Mengungkapkan Rasa Kaget atau Terkejut
13. Mengungkapkan Rasa Kaget atau Terkejut
Kaget atau terkejut adalah rasa terperanjat terhadap sesuatu (Anton M. Moeliono, 2003:489). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa kaget atau terkejut’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur berkaitan dengan rasa heran, ketika melihat atau mendengar sesuatu yang baru dilihat atau didengarnya.
(45) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi di sumur yang airnya digunakan untuk merebus jagung oleh seorang penjual jagung. John meminta pendapat penjual jagung apakah air resapan sungai itu bersih atau kotor. John kaget karena penjual jagung mengatakan kurang tahu.
Bentuk Tuturan :
John : “Hahaha… Bapak, Bapak lari... Pak sini dulu Pak. Pak, menurut Bapak ni kalau ngrebus pake air sumur yang resapan air sungai itu bersih nggak sih, Pak?”
Penjual jagung
: “Kurang tahu.”
John : “Apa??? Kurang tahu Bapaknya sendiri?” (RSJP/I/6)
Pada tuturan yang kedua John bermaksud untuk mengungkapkan rasa kagetnya. Tuturan “Apa??? Kurang tahu bapaknya sendiri?” dituturkan John ketika penjual jagung mengatakan bahwa kurang tahu apakah merebus dengan air sungai itu Pada tuturan yang kedua John bermaksud untuk mengungkapkan rasa kagetnya. Tuturan “Apa??? Kurang tahu bapaknya sendiri?” dituturkan John ketika penjual jagung mengatakan bahwa kurang tahu apakah merebus dengan air sungai itu
Tindak tutur ekspresif ’mengungkapkan rasa kaget’ yang dituturkan oleh John terjadi karena rasa kaget yang dirasakan oleh John ketika mendengar penjual jagung tidak mengetahui apabila merebus jagung dengan menggunakan air sungai itu bersih atau tidak. Penjual jagung yang menuturkan ’kurang tahu’ menyebabkan John kaget dan menuturkan tindak tutur ’mengungkapkan rasa kaget’.
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (54) data berikut.
(46) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi di rumah salah seorang pemilik satwa liar yang diwawancarai oleh John. John bertanya kepada pemilik satwa apakah pemilik satwa pernah didatangi oleh Dinas Kehutanan. Pemilik satwa malah mengatakan bahwa dia pernah dipenjara selama tiga bulan.
Bentuk Tuturan :
John : “Bapak, kayak gini pernah dilihat sama Departemen Kehutanan nggak sih, Pak?” Pemilik satwa
: “Pernah, iya pernah dipenjarakan saya selama
tiga bulan.”
John : “Haa……. Bapak pernah dipenjara?” Pemilik satwa
: “Iya, sekitar tiga bulan.”
(RSJP/II/56) Tuturan “Haa……. Bapak pernah dipenjara?” merupakan ekspresi rasa kaget John ketika mendengar pengakuan pemilik satwa jika dia sudah pernah dipenjara selama tiga bulan. John tidak menyangka jika pemilik satwa tersebut pernah dipenjara, sehingga dia kaget ketika mendengar pengakuan dari pemilik satwa. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ terjadi karena perasaan terperanjat John atas tuturan yang dituturkan oleh pemilik satwa. Seandainya John (RSJP/II/56) Tuturan “Haa……. Bapak pernah dipenjara?” merupakan ekspresi rasa kaget John ketika mendengar pengakuan pemilik satwa jika dia sudah pernah dipenjara selama tiga bulan. John tidak menyangka jika pemilik satwa tersebut pernah dipenjara, sehingga dia kaget ketika mendengar pengakuan dari pemilik satwa. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ terjadi karena perasaan terperanjat John atas tuturan yang dituturkan oleh pemilik satwa. Seandainya John
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (55) data berikut.
(47) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi di SPBU. John mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil yang belakang agar bisa melihat bos dari sopir yang tidak mematikan mesin. Saat bos dari sopir membuka kaca, John sangat kaget karena bos dari sopir tersebut adalah seorang artis, yaitu Asri “Welas”.
Bentuk Tuturan :
John
: “Wa……a….”
Asri ‘Welas’
: “E………”
(RSJP/III/99) Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ diungkapkan John ketika kaca belakang mobil dibuka. John tidak menyangka kalau yang duduk di belakang sopir adalah seorang artis yang bernama Asri ‘Welas’. Tuturan “Wa……a….” yang dituturkan oleh John dapat mewakili rasa kagetnya pada waktu itu. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ dituturkan John karena rasa kagetnya ketika melihat orang yang ada dibalik kaca mobil.
Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (56) data berikut.
(48) Konteks Tuturan :
Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika John mewawancarai tukang becak beserta penumpangnya yang melawan jalan searah. John menyuruh penumpang becak, yakni seorang anak kecil yang masih duduk di sekolah dasar, untuk menasehati tukang becak agar tidak melawan arus. Anak kecil itu tidak mau menasehati tukang becak, dia malah berkata kalau dia luka tidak apa-apa Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika John mewawancarai tukang becak beserta penumpangnya yang melawan jalan searah. John menyuruh penumpang becak, yakni seorang anak kecil yang masih duduk di sekolah dasar, untuk menasehati tukang becak agar tidak melawan arus. Anak kecil itu tidak mau menasehati tukang becak, dia malah berkata kalau dia luka tidak apa-apa
Bentuk Tuturan :
John
: “He..hee.. mau luka-luka ya?”
Anak kecil
: “Biar bolos sekolah.”
John : “Ha… Luka-luka karena pengen bolos
sekolah?” (dengan nada suara anak-anak)
(RSJP/V/138) Dalam percakapan di atas John sangat tidak menyangka jika anak kecil penumpang becak mau badannya luka-luka karena agar bisa membolos sekolah. Tuturan “Ha… Luka-luka karena pengen bolos sekolah?” merupakan ungkapan perasaan kaget John ketika mendengar jawaban dari anak kecil itu. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’ terjadi karena John tidak menyangka jika anak kecil penumpang becak itu akan menjawab pertanyaan John dengan tuturan seperti itu. Rasa kaget John merupakan penyebab utama tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa kaget’.
Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mengejek’ adalah data dengan nomer kode (RSJP/II/37), (RSJP/II/55), (RSJP/II/57), dan (RSJP/III/79).