Mengungkapkan Rasa Heran

12. Mengungkapkan Rasa Heran

Rasa heran adalah perasaan seseorang yang merasa ganjil ketika melihat atau mendengar sesuatu (Anton M. Moeliono, 2003:396). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa heran’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur ketika merasa ganjil dengan tuturan yang dituturkan oleh mitra tutur. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(41) Konteks Tuturan :

John menyalahkan pak bos yang merebus jagung dengan air sumur yang dekat dengan air sungai. Ketika disalahkan, pak bos malah menuturkan bahwa air sumur yang dekat dengan sungai adalah air yang bagus. Mendengar hal tersebut John keheranan.

Bentuk Tuturan :

John

: “Ha?? Bagus? Kenapa, Pak?”

Penjual jagung : “Itu bening.” (RSJP/I/9)

Tuturan John mengandung tindak tutur ‘mengungkapkan rasa heran’. Tuturan “Ha??? Bagus? Kenapa, Pak?” dituturkan oleh John setelah dia mendengar alasan dari pak bos yang mengatakan bahwa air sumur yang dekat dengan sungai adalah air yang bagus. Tuturan yang dituturkan oleh pak bos tersebut jelas membuat John keheranan, karena tuturan pak bos tersebut tidak masuk akal.

Rasa keheranan yang dirasakan oleh John ketika mendengar alasan yang dituturkan oleh pak bos menyebabkannya menuturkan tindak tutur ‘mengungkapkan rasa heran’. Seandainya John tidak keheranan ketika mendengar alasan dari pak bos, tidak mungkin John akan menuturkan tindak tutur yang mengungkapkan rasa heran. Dan seandainya pak bos tidak menuturkan alasan yang tidak masuk akal, maka John tidak mungkin keheranan mendengarnya.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (50) data berikut.

(42) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di depan kandang-kandang satwa salah satu pemilik satwa yang diwawancarai John. Pemilik satwa mengatakan bahwa ibu jarinya buntung karena digigit kobra. John keheranan mendengarnya.

Bentuk Tuturan :

John : “Ya ampun… Bapak, baru satu yang buntung,

masih ada sembilan.”

Pemilik satwa

: “Hahahaha…”

(RSJP/II/58)

Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ terdapat pada tuturan John. Tuturan “Ya ampun… Bapak, baru satu yang buntung, masih ada sembilan” merupakan rasa heran John atas apa yang telah terjadi pada pemilik satwa, yakni ibu jari dari pemilik satwa tersebut buntung karena terkena gigitan ular cobra. Rasa heran John juga muncul karena pemilik satwa itu tidak mempunyai rasa jera untuk memelihara satwa, setelah tangannya buntung tergigit ular cobra.

Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ yang dituturkan oleh John di atas terjadi karena rasa heran yang dirasakan oleh John ketika mendengar ibu jari pemilik satwa yang buntung karena terkena gigitan ular. Seandainya John tidak merasa ganjil dengan apa yang telah terjadi pada pemilik satwa, dia tidak akan mengungkapkan rasa heran yang sedang dirasakannya pada waktu itu.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (51) data berikut.

(43) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di pinggir jalan. John mewawancarai seorang penjual kursi Percakapan terjadi di pinggir jalan. John mewawancarai seorang penjual kursi

Bentuk Tuturan :

John : “Tapi menurut Mas sendiri, kalau bawa-bawa gini naik sepeda di jalan raya bahaya nggak?” Penjual kursi

: “Nggak.”

John

: “Nggak bahaya juga???”

(RSJP/V/132) Tuturan “Nggak bahaya juga???” merupakan ekspresi rasa heran John terhadap jawaban penjual kursi. Penjual kursi dalam percakapan di atas mengatakan “Nggak” yang artinya membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya tidak berbahaya. Rasa heran John timbul karena sikap yang tidak biasa dari penjual kursi, karena pada umumnya membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya merupakan tindakan yang berbahaya. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ terjadi karena rasa heran yang dirasakan oleh John ketika mendengar penjual kursi mengatakan tidak berbahaya jika membawa kursi dengan naik sepeda di jalan raya.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (52) data berikut.

(44) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di pinggir jalan. John mewawancarai seorang anak kecil penumpang becak yang melawan jalan searah. John menyuruh anak kecil itu untuk menasehati tukang becak agar tidak melawan arus, tetapi anak kecil itu menolak.

Bentuk Tuturan :

John : “Kenapa? Kenapa nggak mau? Heh… kenapa?? Kalau tabrakan juga kasihan kamu lho.” Anak kecil

: “Nggak.”

John : “Kamu nanti luka-luka gimana?” Anak kecil

: “Nggak papa.”

John : “Nggak papa?? (mengerutkan kening). Anak kecil tidak menjawab. (RSJP/V/137)

Rasa heran John ketika mendengar jawaban dari anak kecil yang mengatakan “Nggak papa” diungkapkannya melalui tuturan “Nggak papa??” sambil mengerutkan keningnya. Tuturan “Nggak papa” yang dituturkan oleh anak kecil di atas bermakna dia mau kalau badannya luka-luka. Hal tersebut yang menjadikan John keheranan. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa heran’ terjadi karena rasa heran yang dirasakan oleh John ketika mendengar jawaban dari anak kecil itu.