Mengungkapkan Rasa Jengkel atau Sebal

14. Mengungkapkan Rasa Jengkel atau Sebal

Rasa jengkel atau sebal adalah rasa kesal terhadap sesuatu karena kecewa atau tidak suka (Anton M. Moeliono, 2003:469). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa jengkel atau sebal’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur karena tidak suka dengan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(49) Konteks Tuturan :

Pemilik usaha jagung rebus (pak bos) mengiyakan ketika ditanya oleh John bahwa ada seribu jagung yang dimakan oleh warga Jakarta setiap harinya.

John kemudian mengomentari hal tersebut.

Bentuk Tuturan :

John : “Huhuhuhu… Bapak…. Bapak…. (ekspresi muka menangis) kalau ada sepuluh gerobak, satu gerobaknya seratus biji, berarti ada seribu jagung yang dimakan setiap harinya oleh warga Jakarta ya?”

Pak bos

: “Iya (menganggukkan kepala).”

John : “Semuanya makan dari rebusan air sumur?” Pak bos

: “Ya nggak gitu!” (dengan nada menyentak) John

: “Haha…Bapak..!!! Saya pijiti lho, Pak.” (sambil

memijat pundak pak bos)

(RSJP/I/13b) Tuturan pak bos mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’. Melalui tuturan ‘Ya nggak gitu!’, pak bos ingin mengungkapkan perasaan jengkelnya terhadap John ketika John bertanya sesuatu kepadanya. Dalam tuturan tersebut rasa jengkel pak bos terhadap John terlihat dari nada bicaranya serta raut muka yang berubah cemberut.

Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’ yang dilakukan oleh pak bos terhadap John terjadi karena perasaan jengkel pak bos ketika mendapat sindiran dari John. Seandainya ketika ditanya oleh John, pak bos tidak merasa jengkel maka tuturan ‘ya nggak gitu’ tidak dapat diartikan sebagai tuturan ‘mengungkapkan rasa jengkel’. Tentu saja apabila tuturan tersebut dilakukan dengan nada bicara dan raut muka yang biasa saja.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (58) data berikut.

(50) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di dekat sungai. John mewawancarai seorang penjual sayur yang sedang mencuci sayur yang akan dijual dengan air sungai. Penjual sayur telah berjanji tidak akan mencuci sayuran dengan air sungai lagi, akan tetapi ketika John akan mengakhiri wawancaranya ibu penjual tersebut masih tetap Percakapan terjadi di dekat sungai. John mewawancarai seorang penjual sayur yang sedang mencuci sayur yang akan dijual dengan air sungai. Penjual sayur telah berjanji tidak akan mencuci sayuran dengan air sungai lagi, akan tetapi ketika John akan mengakhiri wawancaranya ibu penjual tersebut masih tetap

Bentuk Tuturan :

John : “Trus ini sekarang mau diapain sayurnya?” Penjual sayur

: “Dibasahi.”

John

: “Pake air?”

Penjual sayur

: “Sungai.. Hehehe…”

John : “Huh!!” (Ekspresi muka jengkel dan gemas

kepada penjual sayurnya)

(RSJP/I/30) Tuturan “Huh!!” merupakan ekspresi rasa jengkel John terhadap sikap ibu penjual sayur. Ibu penjual sayur telah mau berjanji tidak akan mencuci sayuran dengan air sungai lagi, tetapi pada akhirnya ketika John akan mengakhiri wawancaranya ibu penjual sayur itu ternyata masih akan mencuci sayur dengan air sungai. Sikap dari penjual sayur itu membuat John jengkel. Rasa kesal John terhadap ibu penjual sayur diungkapkannya melalui tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (59) data berikut.

(51) Konteks Tuturan :

John mewawancarai seorang sopir bus yang tidak mematikan mesin ketika mengisi bensin. Pada awalnya sopir bus tidak mau mengakui kalau mengisi bensin tidak mematikan mesin itu adalah perbuatan yang salah, tetapi pada akhirnya dia mengakuinya. John kesal dengan jawaban-jawaban dari tukang sopir itu.

Bentuk Tuturan :

Sopir bus

: “Itu menurut siapa?”

John : “Nah, menurut ente salah atau benar mengisi bensin mesinnya nggak dimati’in kayak gini?” Sopir bus

: “Salah.”

John : “Salah??? Kenapa tadi bilang benar?!!”

(memukulkan tangan ke bus)

Sopir bus

: “Ya kan kecolongan. Hehe…”

(RSJP/III/74)

Tuturan “Salah??? Kenapa tadi bilang benar?!!” merupakan ekspresi rasa jengkel John terhadap sopir bus. Pada awalnya sopir bus mengatakan jika mengisi bensin tidak dimatikan mesinnya bukan merupakan hal yang salah, tetapi ketika ditanya lagi oleh John, sopir bus tersebut malah mengatakan salah. Tuturan ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’ dituturkan John karena rasa kesal yang dirasakannya ketika mendengar jawaban sopir bus yang tidak konsisten.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (60) data berikut.

(52) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di kantor pegawai SPBU. Ketika John berterima kasih kepada Pak Mochtar, salah seorang pegawai SPBU yang melakukan pelanggaran dengan merokok di SPBU, handphone Pak Mochtar berdering. John mempersilahkan Pak Mochtar untuk menerima telepon, dan Pak Mochtar benar-benar menerima telepon itu.

Bentuk Tuturan :

Pak Mochtar : “Iya, sama-sama.. (handphone Pak Mochtar berdering), bentar ya..” (sambil mengeluarkan handphone )

John : “Oiya, ya, ya, ya.. silahkan terima telepon dulu,

Mas.”

Pak Mochtar menerima telepon itu. John tersenyum kesal kepada Pak Mochtar. John

: “Haduh… haduh… Mas,,, setelah merokok di

SPBU, sekarang nelpon di SPBU!!!”

(RSJP/III/95) Pada kutipan data (60) di atas ungkapan rasa jengkel John terjadi karena mitra tuturnya melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Dalam percakapan di atas mitra tutur John bernama Pak Mochtar, seorang pegawai SPBU yang melakukan pelanggaran dengan merokok di area SPBU. Ketika diwawancarai oleh John, Pak Mochtar telah meminta maaf karena telah berbuat salah, akan tetapi di tengah-tengah wawancara Pak Mochtar kembali melakukan kesalahan, yakni menerima telepon di (RSJP/III/95) Pada kutipan data (60) di atas ungkapan rasa jengkel John terjadi karena mitra tuturnya melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Dalam percakapan di atas mitra tutur John bernama Pak Mochtar, seorang pegawai SPBU yang melakukan pelanggaran dengan merokok di area SPBU. Ketika diwawancarai oleh John, Pak Mochtar telah meminta maaf karena telah berbuat salah, akan tetapi di tengah-tengah wawancara Pak Mochtar kembali melakukan kesalahan, yakni menerima telepon di

Data lain yang menunjukkan tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa jengkel atau sebal’ adalah data dengan nomer kode (RSJP/I/12), (RSJP/I/18) dan (RSJP/II/40).