Mengungkapkan Rasa Marah

15. Mengungkapkan Rasa Marah

Rasa marah adalah perasaan sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan dengan tidak sepantasnya, dan sebagainya) (Anton M. Moeliono, 2003:469). Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur karena sangat tidak senang dengan apa yang telah dilakukan oleh mitra tutur karena penutur merasa dihina, diperlakukan dengan tidak sepantasnya, dan sebagainya. Untuk memahaminya dapat diperhatikan pada contoh berikut.

(53) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di halaman rumah pemilik usaha jagung rebus. Pemilik usaha jagung rebus itu marah ketika John mengatakan bahwa semua warga Jakarta makan jagung dari rebusan air sumur.

Bentuk Tuturan :

Pak bos : “Nggak boleh gitu! Itu rahasia itu!” John

: “Hahaha.. Oiya itu omsetnya Bapak.” Pak bos

: “Iya.”

John : “Tidak boleh dikasih tahu ya kan?.” Pak bos

: “Iya.”

John

: “Haha… Bapak!!!”

Pak bos : “Kalau begitu itu jangan disenter!” (RSJP/I/14)

Pada kutipan data (61) di atas terdapat tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’. Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ tersebut dituturkan oleh pak bos, pemilik usaha jagung yang diwawancarai oleh John. Pak bos marah ketika mendengar tuturan John yang mengatakan bahwa semua warga Jakarta memakan jagung dari rebusan air sumur. Pada awalnya pak bos hanya kesal kepada John, akan tetapi ketika John tertawa pak bos langsung marah-marah melalui tuturan “Nggak boleh gitu! Itu rahasia itu!” dan “Kalau begitu itu jangan disenter!”.

Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ di atas terjadi karena perasaan sangat tidak senang pak bos ketika John mengatakan bahwa semua warga Jakarta memakan jagung dari rebusan air sumur. Rasa sangat tidak senang pak bos diungkapkannya melalui tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ yang terdapat dalam percakapan di atas.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (62) data berikut.

(54) Konteks Tuturan :

John mendatangi seorang pedagang yang menjual satwa-satwa liar yang dilindungi di sebuah pasar. Ketika akan mewawancarai pedagang itu marah- marah kepada John.

Bentuk Tuturan :

John

: “Mau tanya harganya, Pak.”

Penjual satwa : “Jangan Pak nanti diobrak-abrik, lagi.” John

: “Bapak jangan marah gitu dong, Pak.” Penjual satwa

: “Nanti saya ditangkep lagi pake-pake kamera

kayak gini.”

John : “Nggak, Pak, ini cuma mau tanya-tanya harganya

aja.”

Penjual satwa : “Harganya dua puluh lima ribu.” John

: “Wahahah… murah banget. Bapaknya ini kayaknya, bapaknya lagi stress ini (berbicara ke arah kamera). Kenapa Pak, emangnya ini mau : “Wahahah… murah banget. Bapaknya ini kayaknya, bapaknya lagi stress ini (berbicara ke arah kamera). Kenapa Pak, emangnya ini mau

Penjual satwa

: “Nggak boleh!”

(RSJP/II/51) Tindak tutur ‘mengungkapkan rasa marah’ mitra tutur John juga terdapat dalam kutipan data (62) di atas. Penjual satwa marah-marah ketika John mendatanginya dengan membawa kamera. Perasaan marah pemilik satwa diungkapkannya melalui tuturan “Jangan Pak nanti diobrak-abrik, lagi”, “Nanti saya ditangkep lagi pake-pake kamera kayak gini”, “Harganya dua puluh lima ribu” dan “Nggak boleh!”. Tuturan “Jangan Pak nanti diobrak-abrik, lagi” dan “Nggak boleh!” memang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur ‘melarang’, tetapi dalam peristiwa percakapan kutipan data (62) di atas tuturan tersebut merupakan ungkapan rasa marah penuturnya. Ekspresi muka cemberut dan nada bicara yang sedikit keras merupakan penanda dari rasa marah yang sedang dirasakan oleh penjual satwa.

Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ kutipan data (62) terjadi karena rasa takut penjual satwa jika dia ditangkap oleh Dinas Kehutanan. Rasa takut tersebut muncul karena John membawa kamera, sehingga apa yang sedang dilakukannya dapat dilihat oleh orang banyak. Seandainya penjual satwa tidak takut ditangkap oleh Dinas Kehutanan, dia tidak akan marah-marah kepada john.

Bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ dapat pula ditunjukkan pada kutipan (63) data berikut.

(55) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah SPBU, di mana ada seorang artis yang melarang sopirnya untuk mematikan mesin meskipun sedang mengisi bensin. Artis yang bernama Asri ‘Welas’ itu malu karena diketahui oleh John. Dia malah memarahi sopirnya.

Bentuk Tuturan :

John : “Haduh… sini… sini… sini…”(menarik tangan Asri ‘Welas’ agar turun dari mobil) Asri ‘Welas’

: (Keluar dari mobil) “Hehehe.. ketahuan deh.” John tertawa. Asri ‘Welas’

: “Ki, kamu lihat-lihat dong, Ki!” (berbicara

kepada sopirnya)

(RSJP/III/104) Tuturan Asri ‘Welas’ ketika berbicara kepada sopirnya mengandung tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’. Asri ‘Welas’ mengungkapkan rasa marahnya melalui tuturan “Ki, kamu lihat-lihat dong, Ki!” disertai dengan muka cemberut dan nada yang agak keras. Tindak tutur ekspresif ‘mengungkapkan rasa marah’ di atas terjadi karena perasaan sangat tidak senang Asri ‘Welas’ karena diketahui oleh John.