Ekspresif dalam RSJP

Ekspresif dalam RSJP

Verba perlokusi ditemui dalam RSJP. Efek perlokusi yang terdapat dalam RSJP terbagi menjadi sembilan verba penentu, yakni: (a) efek perlokusi menyenangkan mitra tutur, (b) efek perlokusi melegakan, (c) efek perlokusi membujuk, (d) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (e) efek perlokusi Verba perlokusi ditemui dalam RSJP. Efek perlokusi yang terdapat dalam RSJP terbagi menjadi sembilan verba penentu, yakni: (a) efek perlokusi menyenangkan mitra tutur, (b) efek perlokusi melegakan, (c) efek perlokusi membujuk, (d) efek perlokusi menjengkelkan mitra tutur, (e) efek perlokusi

1. Efek Perlokusi Menyenangkan Mitra Tutur (61) Konteks Tuturan :

Percakapan ini terjadi di sebuah restoran. John mewawancarai seorang ahli gizi yang bernama Wied Hary. Diawali dengan bertanya mengenai kabar.

Bentuk Tuturan :

John : “Bagaimana kabarnya, Pak? Sering lihat di TV nih, tambah seger aja Pak mukanya, Pak.” Wied Hary

: “Terima kasih… terima kasih..”

(RSJP/I/34) Tuturan “Sering lihat di TV nih, tambah seger aja, Pak mukanya, Pak” sengaja dituturkan oleh John untuk memuji Wied Hary. Tindak tutur ekspresif ’memuji’ tersebut dituturkan oleh John agar Wied Hary senang. Efek perlokusi dari pujian John adalah Wied Hary tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada John.

(62) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah SPBU. John mewawancarai tukang ojek yang sedang merokok di area SPBU. John menyuruh tukang ojek itu meminta maaf kepada anaknya, tukang ojek itu bersedia meminta maaf kepada anaknya.

Bentuk Tuturan :

John : “Ini bapak yang sayang anak ya.” Tukang ojek (2) tersenyum. (RSJP/III/72)

Tuturan “Ini bapak yang sayang anak ya”, bertujuan untuk menyenangkan tukang ojek. Tuturan “Ini bapak yang sayang anak ya” sengaja dilakukan untuk menyenangkan hati tukang ojek karena tukang ojek itu telah mau menuruti permintaan John, yaitu meminta maaf kepada anaknya. Efek Perlokusi yang dihasilkan adalah tukang ojek tersenyum senang.

(63) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di jalan Malioboro (Yogyakarta). John mewawancarai penumpang becak yang dikendarai oleh sopir yang melawan jalan searah. Pakaian yang dikenakan John ternyata sama dengan penumpang becak itu, John memuji pakaian penumpang becak itu.

Bentuk Tuturan :

John : “Wah kayak dapat kembaran, Bapak nih, bagusan

punya Bapak nih bajunya.”

Penumpang becak tersenyum. (RSJP/V/143)

Tuturan “Bagusan punya Bapak nih bajunya” merupakan tindak tutur ekspresif ‘memuji’. Tuturan tersebut sengaja dituturkan John dengan tujuan agar penumpang becak yang sedang diwawancarainya pada waktu itu merasa penampilannya lebih bagus dibanding John. Efek perlokusi dari tuturan memuji John adalah penumpang becak tersenyum yang menandakan dia senang mendapat pujian dari John.

(64) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di pinggir jalan. John menyuruh seorang PNS untuk meminta maaf kepada atasannya karena telah pulang lebih cepat. Ibu PNS itu mau melakukannya, John lalu memuji wajah ibu PNS itu ketika ibu PNS itu tersenyum.

Bentuk Tuturan :

John : “Ibu tambah cantik kalau pas tersenyum.”

Ibu PNS tersenyum. (RSJP/VI/184)

Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ pada percakapan kutipan data (72) di atas juga menghasilkan efek perlokusi ‘menyenangkan hati mitra tutur’. Tuturan “Ibu tambah cantik kalau pas tersenyum” sengaja dituturkan John agar ibu PNS merasa senang. Efek perlokusi dari tuturan ‘memuji’ John tersebut adalah ibu PNS menjadi ge-er . Hal ini terlihat dari sikap ibu PNS yang menjadi salah tingkah setelah John memujinya.

Data lain yang menunjukkan adanya efek perlokusi menyenangkan mitra tutur adalah data dengan nomer kode (RSJP/II/36), (RSJP/IV/121), (RSJP/IV/126), (RSJP/IV/130) dan (RSJP/V/155).

2. Efek Perlokusi Melegakan (65) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah SPBU, antara John dengan seorang ibu yang menggunakan handphone ketika mengisi bensin. Ibu itu merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya karena dia benar-benar tidak tahu jika apa yang telah dilakukannya berbahaya.

Bentuk Tuturan :

Ibu : “Tapi nggak sengaja kan, kan soalnya saya nggak

ngerti?”

John : “O… nggak-nggak, soalnya Ibunya cantik.” Ibu terseyum

: “Hehehe….”

(RSJP/III/82) Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ pada percakapan kutipan data (74) di atas juga menghasilkan efek perlokusi ‘melegakan’. Tuturan “O… nggak-nggak, soalnya Ibunya cantik” sengaja dituturkan John untuk melegakan hati seorang ibu yang melakukan pelanggaran dengan bertelepon di area SPBU. Ibu tersebut merasa (RSJP/III/82) Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ pada percakapan kutipan data (74) di atas juga menghasilkan efek perlokusi ‘melegakan’. Tuturan “O… nggak-nggak, soalnya Ibunya cantik” sengaja dituturkan John untuk melegakan hati seorang ibu yang melakukan pelanggaran dengan bertelepon di area SPBU. Ibu tersebut merasa

3. Efek Perlokusi Membujuk (66) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di luar halaman sekolah taman kanak-kanak. Ada seorang ibu yang membelikan anaknya jajanan sosis. John mengajak berkenalan anak ibu tersebut yang merupakan siswa dari taman kanak-kanak itu.

Bentuk Tuturan :

John : “Boleh kenalan nggak Om Johnnya? Salaman

dong!

Siswa TK sembunyi di belakang ibunya. John

: “Lho kok malah sembunyi, kenalan dong adik

ganteng. Hehehe...”

Siswa TK tersenyum dan mau berjabat tangan dengan John. (RSJP/IV/110)

Tindak tutur ekspresif ‘memuji’ yang dituturkan oleh John pada kutipan data (75) di atas mempunyai efek perlokusi ‘membujuk’. Tuturan ‘memuji’ sengaja dituturkan John untuk membujuk siswa TK agar mau berkenalan dengannya. Tuturan “Kenalan dong adik ganteng” telah membuat siswa TK terbujuk sehingga mau berjabat tangan dan berkenalan dengan John.

4. Efek Perlokusi Menjengkelkan Mitra Tutur

(67) Konteks Tuturan :

Pak bos mengatakan kalau jagung juga merupakan makanan pokok. Dia juga mengatakan kalau jagung justru tidak mengandung formalin. Kemudian John mengkritiknya dengan tuturan “Oh iya, tapi pake kuman ya Pak dari air sungai?!!!!!”.

Bentuk Tuturan :

Pak bos

: “Nggak!”

(RSJP/I/12) Tuturan kritikan “Oh iya, tapi pake kuman ya Pak dari air sungai?!!!!!” sengaja dituturkan oleh John untuk membalas jawaban dari pak bos yang mengatakan “justru itu malah tidak mengandung formalin”. Tujuan dari tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan John adalah agar pak bos menjadi jengkel. Efek perlokusi yang dihasilkan dari tuturan ini adalah pak bos langsung menjawab “Nggak” dengan nada yang tinggi dan disertai raut muka yang berubah menjadi merengut yang menandakan jika pak bos sedang jengkel.

(68) Konteks Tuturan :

Pemilik usaha jagung rebus (pak bos) mengiyakan ketika ditanya oleh John bahwa ada seribu jagung yang dimakan oleh warga Jakarta setiap harinya. John kemudian mengomentari hal tersebut.

Bentuk Tuturan :

John : “Huhuhuhu… Bapak…. Bapak…. (ekspresi muka menangis) kalau ada sepuluh gerobak, satu gerobaknya seratus biji, berarti ada seribu jagung yang dimakan setiap harinya oleh warga Jakarta ya?”

Pak bos

: “Iya (menganggukkan kepala).”

John : “Semuanya makan dari rebusan air sumur?” Pak bos

: “Ya nggak gitu!” (dengan nada menyentak) John

: “Haha…Bapak..!!! Saya pijiti lho, Pak.” (sambil

memijat pundak pak bos)

(RSJP/I/13) Dalam percakapan kutipan data (77) di atas, tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ yang dituturkan oleh John sengaja dituturkan oleh John untuk membuat jengkel pak (RSJP/I/13) Dalam percakapan kutipan data (77) di atas, tindak tutur ekspresif ‘menuduh’ yang dituturkan oleh John sengaja dituturkan oleh John untuk membuat jengkel pak

5. Efek Perlokusi Mendorong (69) Konteks Tuturan :

Ada seorang ibu yang memprotes apa yang telah dilakukan oleh penjual sayur, yakni mencuci sayur dengan air sungai. Setelah mendengar protes dari ibu tersebut, John menyalahkan penjual sayur. Penjual sayur beralasan “Tapi sebelum dimasak kan dicuci lagi pake air bersih”, sehingga John mengkritiknya.

Bentuk Tuturan :

John : “Iya, tapi ada kandungan-kandungan yang tidak bisa

hilang lho, Mbak.”

Penjual sayur : “Ya, mungkin nggak dicuci pake air kali lagi.” (RSJP/I/27)

Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (78) di atas menghasilkan efek perlokusi ‘mendorong’. Tuturan “Iya, tapi ada kandungan- kandungan yang tidak bisa hilang lho, Mbak” mempunyai tujuan untuk mendorong penjual sayur agar tidak mencuci sayur dengan air sungai lagi. Efek perlokusi yang dihasilkan adalah penjual sayur mengatakan ‘Ya, mungkin nggak dicuci pake air kali lagi”.

6. Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Tahu Bahwa… (70) Koteks Tuturan :

Percakapan terjadi di pinggir sungai. Penjual sayur mengatakan kepada John Percakapan terjadi di pinggir sungai. Penjual sayur mengatakan kepada John

Bentuk Tuturan :

John : “Lho Mbak, tapi kan air kali mengandung

kuman-kuman, bakteri-bakteri, bahkan logam- logam, tahu nggak?”

Penjual sayur

: “Enggak.”

John : “Kalau dimakan orang kan bisa berbahaya,

bisa menyebabkan kanker lho katanya.”

Penjual sayur

: “Ntar di pasar disiram lagi.”

John : “Tapi kan kandungan-kandungannya tidak

bisa hilang kalau cuma disiram air bersih gitu aja Mbak, apalagi sungai ini dipakai buat nyuci gerobak, dipakai buat nyuci becak, dipakai buat mandi juga.”

Penjual sayur

: “Ya.”

(RSJP/I/19) Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (79) di atas menghasilkan efek perlokusi ‘membuat mitra tutur tahu’. Tuturan John “Lho, Mbak tapi kan air kali mengandung kuman-kuman, bakteri-bakteri, bahkan logam-logam, tahu nggak?”, “Kalau dimakan orang kan bisa berbahaya, bisa menyebabkan kanker lho katanya”, dan “Tapi kan kandungan-kandungannya tidak bisa hilang kalau cuma disiram air bersih gitu aja Mbak, apalagi sungai ini dipakai buat nyuci gerobak, dipakai buat nyuci becak, dipakai buat mandi juga”telah memberikan efek perlokusi. Efek perlokusi dari tuturan tersebut adalah penjual sayur menjadi tahu bahwa air sungai berbahaya untuk kesehatan karena mengandung kuman-kuman, bakteri- bakteri, dan logam-logam yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Penjual sayur sebelumnya tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ini terbukti dari tuturan penjual sayur yang mengatakan “Enggak” ketika ditanya oleh John. Efek perlokusinya adalah penjual sayur mendengarkan tuturan kritikan yang dituturkan oleh John dan mengatakan “Ya”.

(71) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi antara John dengan salah seorang pemilik satwa. Pemilik satwa menuturkan jika dia tidak takut memelihara satwa yang dilindungi, meskipun sudah tahu kalau hukumannya lima tahun penjara. John lalu mengkritiknya.

Bentuk Tuturan :

John : “Berapa tahun Pak lamanya, Pak?” Pemilik satwa

: “Lima tahun.”

John : “Hahaha…lima tahun. Waduh marah kayaknya, Pak monyetnya ini? Dia marah ya kan? Bapak nggak takut ini, Pak melihara kayak ginian?”

Pemilik satwa

: “Nggak.”

John : “Ha…. ini kan termasuk satwa liar dilindungi

yang nggak boleh dipelihara dan dimiliki, bisa kena denda seratus juta sama lima tahun penjara lho Pak.”

Pemilik satwa

: “Gitu ya?”

(RSJP/II/39) Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ pada percakapan kutipan data (79) di atas menghasilkan efek perlokusi ‘membuat mitra tutur tahu bahwa’. Tuturan “Ha…. ini kan termasuk satwa liar dilindungi yang nggak boleh dipelihara dan dimiliki, bisa kena denda seratus juta sama lima tahun penjara lho Pak” sengaja dituturkan John untuk memberitahu pemilik satwa. Efek perlokusi yang dihasilkan adalah pemilik satwa menjadi tahu kalau memelihara satwa yang dilindungi tanpa ijin, selain bisa terkena pidana lima tahun, juga dapat terkena denda seratus juta. Tuturan “Gitu ya?” yang dituturkan oleh pemilik satwa membuktikan bahwa dia tidak tahu kalau selain kurungan pidana lima tahun juga dapat terkena pidana.

7. Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Berpikir Tentang… (72) Konteks Tuturan :

Ketika berbincang-bincang dengan penjual jagung, John melihat ada ruangan di dekat sumur. John menanyakan tentang ruangan itu, karena berada di depan sumur. Penjual jagung mengatakan kalau ruangan itu adalah kamar mandi.

Bentuk Tuturan :

John : “Oo... tempat mandi ha’a.. bisa buang air juga

nggak di sini, Pak?”

Penjual jagung

: “Bisa.”

John : “Bisa buang air juga?? Bapak kok jorok

banget sih, Pak. Saya peragakan ya Pak ya, kalau misalnya habis nimba air, dari sumur yang deket sungai, trus kebelet pipis, langsung ke jamban, ya kan masuk ya kan? Hahaha.. Deket soalnya. Coba lihat, diukur ya (mengukur jarak sumur dengan tempat mandi), jaraknya cuma satu langkah! Bapak….!!”

Penjual jagung diam. (RSJP/I/7)

Tindak tutur ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan oleh John menghasilkan efek perlokusi ‘membuat mitra tutur berpikir tentang’. Tuturan “Bapak kok jorok banget sih, Pak. Saya peragakan ya Pak ya, kalau misalnya habis nimba air, dari sumur yang deket sungai, trus kebelet pipis, langsung ke jamban, ya kan masuk ya kan? Hahaha.. Deket soalnya. Coba lihat, diukur ya (mengukur jarak sumur dengan tempat mandi), jaraknya cuma satu langkah! Bapak….!!” merupakan sebuah kritikan dari John. Tuturan ekspresif ‘mengkritik’ yang dituturkan oleh John tersebut telah membuat penjual jagung berpikir tentang hal hal itu. Efek perlokusinya adalah penjual jagung diam dan berfikir.

8. Efek Perlokusi Membuat Mitra Tutur Melakukan Sesuatu (73) Konteks Tuturan :

Penjual jagung membuka karung yang digunakan untuk menutup rebusan jagung. Melihat jagung yang direbus banyak, John kemudian bertanya mengenai air yang digunakan untuk merebus.

Bentuk Tuturan :

John : “Pak ini kok nggak ada airnya sih Pak,

biasanya ngrebus kan pake air, Pak?”

Penjual jagung : “Ada, ini.” (Memperlihatkan air rebusan) (RSJP/I/3)

Tuturan “Pak ini kok nggak ada airnya sih, Pak, biasanya ngrebus kan pake air, Pak?” yang diucapkan John bukan semata-mata untuk mengkritik penjual jagung. Tuturan tersebut sekaligus dimaksudkan John untuk membuat penjual jagung melakukan sesuatu, yakni agar penjual jagung memperlihatkan air rebusan jagung. Efek perlokusi dari tuturan ini adalah tindakan penjual jagung memperlihatkan air rebusan jagung kepada John.

(74) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di sebuah SPBU. John mewawancarai tukang ojek yang merokok di area SPBU. Tukang ojek itu tahu kalau merokok di area SPBU itu sebenarnya tidak boleh, sehingga John mengkritik tukang ojek itu. Ketika dikritik oleh John tukang ojek itu malah mematikan rokoknya.

Bentuk Tuturan :

John : “Oiya ya ya.. boleh atau nggak, Pak, ngrokok di

SPBU?”

Tukang ojek (1)

: “Nggak boleh.”

John : “Nggak boleh… ha..ha..ha… terus kenapa

masih merokok hayo… katanya nggak boleh?”

Bapak tersebut mematikan rokok dan membuang rokok. (RSJP/III/65)

Tindak tutur ekspresif ’mengkritik’ pada kutipan data (83) di atas mempunyai efek perlokusi ’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’. Tuturan “Nggak boleh… ha..ha..ha… terus kenapa masih merokok hayo… katanya nggak boleh?” telah membuat tukang ojek melakukan sesuatu, yakni mematikan dan membuang rokoknya.

(75) Konteks Tuturan :

Percakapan terjadi di kantor pegawai SPBU. Ada seorang pegawai SPBU yang ketahuan sedang merokok di parkiran SPBU. Ketika diwawancarai oleh John rokok pegawai SPBU itu belum dimatikan, John lalu mengkritiknya.

Bentuk Tuturan :

John : “Aduh… peraturan dibikin sendiri. Huh!!!!” Pak Mochtar tersenyum. John

: “Coba…coba…coba… diperlihatkan ke kamera,

luar biasa, rokoknya masih menyala-nyala ya.”

Pak Mochtar tidak menjawab dan membuang rokoknya. (RSJP/III/85)

Tuturan ’mengkritik’ yang dituturkan oleh John menghasilkan efek perlokusi ’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’. Tuturan “Luar biasa, rokoknya masih menyala-nyala ya” sengaja dituturkan John agar Pak Mochtar melakukan sesuatu, yakni mematikan rokoknya. Efek perlokusinya adalah Pak Mochtar membuang dan mematikan rokoknya.

(76) Konteks Tuturan :

John takut ketika akan meminum es cendol yang dibuatkan oleh penjual es cendol. John menyuruh penjual es cendol untuk mencobanya terlebih dahulu. Penjual es cendol bersedia meminum es cendol itu.

Bentuk Tuturan :

John : “Kalau gitu, Mbak dulu yang minum…” Penjual es

: “O..ya… boleh.. saya minum ya..” (meminum es

cendol)

John : “Aa…a… kenapa langsung diminum dari

gelasnya hahaha…. harusnya kan dari sendoknya.”

Penjual es : “Gini ( sambil memperagakan minum es cendol dengan menggunakan sendok). Sedikit nggak mantep.”

(RSJP/IV/115) Tindak tutur ekspresif ’mengkritik’ yang dituturkan John pada kutipan data (85) juga menghasilkan efek perlokusi ’membuat mitra tutur melakukan sesuatu’.

Tuturan “Aa…a… kenapa langsung diminum dari gelasnya hahaha… harusnya kan dari sendoknya” telah membuat penjual es cendol melakukan sesuatu, yakni memperagakan cara meminum es cendol dengan menggunakan sendok.

9. Efek Perlokusi Mempermalukan Mitra Tutur (77) Konteks Tuturan :

Saat mewawancarai penjual jagung, John meminta tanggapan masyarakat sekitar yang sedang menonton. John ingin mewawancarai seorang ibu, Ibu tersebut disuruh mendekat pada John tetapi dia tidak mau.

Bentuk Tuturan :

John : “Yak, nanti kalau sudah tua baru kerasa. Yak, kita tanya- tanya sama….(melihat-lihat masyarakat yang menyaksikan John mewawancarai penjual jagung) Ooh.. ada ibu-ibu.. Bu sini, bu.”

Ibu-ibu (1) : “Ya (tidak mau mendekat ke arah John).” John

: “Oo.. Ibu ini cantik-cantik malu.”

(RSJP/I/ 20)

Tuturan ‘mengejek’ yang dituturkan oleh John kepada seorang ibu di atas, sengaja diucapkannya untuk mempermalukan ibu tersebut. Tuturan ‘Ibu ini cantik- cantik malu’ dituturkan John karena ibu tersebut tidak mau mendekat ke arah John ketika John memintanya untuk mendekat. Efek perlokusi dari tuturan ini adalah ibu tersebut tetap tidak mau maju dan tidak mau mendekat ke arah John. Dia tetap tidak mau maju karena dia merasa semakin malu dengan tuturan ejekan dari John itu.

Keseluruhan analisis data wacana tuturan dalam penelitian ini, secara sistematis dapat dilihat dalam penomoran data pada tabel-tabel berikut.

Tabel 1

No Tindak Tutur Ekspresif dan Nomor Data