Kinerja Guru Ekonomi dalam Pembelajaran di SMA Negeri se Kabupaten Semarang

(1)

i

KINERJA GURU EKONOMI DALAM

PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN

SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Riyani Wulan Wahyuningsih NIM: 7101406077

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 6 September 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si Kusumantoro, S.Pd, M.Si

NIP. 19670207 199203 1 001 NIP. 19780505 200501 1 001

Mengetahui,

Plt. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 19560421 198503 2 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Senin

Tanggal : 26 September 2011

Penguji

Drs. FX Sukardi

NIP. 19490219 197501 1 001

Anggota I Anggota II

Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si Kusumantoro, S.Pd, M.Si NIP. 19670207 199203 1 001 NIP. 19780505 200501 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si. NIP. 19660308 198901 1 001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 6 September 2011

Riyani Wulan Wahyuningsih NIM 7101406077


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

1. Buku adalah sebuah taman, sebuah kebun buah, sebuah pesta, seorang teman seperjalanan, seorang penasihat, bahkan sejumlah besar penasihat (Henry W.). 2. Apapun yang tidak engkau ingin orang lakukan terhadapmu, janganlah engkau

melakukannya terhadap orang lain.

3. Mempercayai diri sendiri adalah rahasia pertama untuk berhasil. Jadi yakin dan percaya dirilah kepada diri sendiri.

Persembahan

1. Bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.

2. Mbak Nik dan Dik Fajar tersayang. 3. Teman-teman Pendidikan Ekonomi

Koperasi ’06. 4. Almamater.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur atas rahmat, nikmat dan karunia Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Guru Ekonomi dalam Pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang”.

Skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Martono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd., selaku Plt. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian.

4. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Kusumantoro, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan sabar

memberikan bimbingan, motivasi dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini. 6. Suwarno, S.Sos., selaku Kepala Pendidikan Nasional Kabupaten Semarang

yang telah memberikan ijin penelitian ini.

7. Kepala SMA Negeri se-Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin penelitian serta membantu penelitian ini.


(7)

vii

8. Bapak dan Ibu guru Ekonomi SMA Negeri se-Kabupaten Semarang yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Siswa-siswi SMA Negeri se-Kabupaten Semarang yang telah membantu penelitian ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas terselesainya penulisan skripsi ini.

Atas segala bantuan yang telah diberikan semoga mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Semarang, 6 September 2011


(8)

viii SARI

Wahyuningsih, Riyani Wulan. 2011. “Kinerja Guru Ekonomi dalam

Pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. II. Kusumantoro, S.Pd., M.Si. 150 hal.

Kata Kunci: Kinerja Guru, Pembelajaran.

Pembelajaran ekonomi adalah proses kegiatan yang dilaksanakan guru untuk membantu siswa dalam melaksanakan proses belajar mata pelajaran ekonomi. Guru harus memiliki dan mengembangkan berbagai kompetensi sebagai guru yang profesional dan memiliki kinerja yang tinggi agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, menentukan kelulusan dan juga sebagai umpan balik guru tentang pembelajaran. Dilihat dari nilai UAN Ekonomi tahun ajaran 2008/2009, Kabupaten Semarang mendapatkan nilai terendah yaitu 6,64 dibandingkan dengan Kabupaten Pemalang yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 7,66. Apabila taraf penguasaan yang ditentukan tidak tercapai maka kesalahan ditimpakan pada tenaga pengajar bukan siswa. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja guru Ekonomi dalam pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja guru Ekonomi dalam pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupaten Semarang yang berjumlah 11 SMA. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan adalah guru ekonomi SMA Negeri se-Kabupaten Semarang.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kinerja guru ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupaten Semarang dalam pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari RPP yang dibuat oleh guru SMA Negeri se-Kabupaten Semarang karena RPP telah mencakup tujuan pembelajaran, bahan pelajaran dan sumber belajar, media pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Saat membuat RPP maka guru telah melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik, tetapi dalam menyusun RPP masih terdapat beberapa kekurangan terutama dalam hal alokasi waktu, sumber belajar, dan penilaian. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari metode dan media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena setelah mengadakan evaluasi, guru melakukan tindak


(9)

ix

lanjut tetapi guru masih mengalami kendala dalam pelaksanaan tindak lanjut karena alokasi waktu yang masih kurang.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah 1) dalam perencanaan pembelajaran, guru mempersiapkan perencanaan dengan lebih baik lagi terutama dalam penyusunan RPP. Penentuan alokasi waktu harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. 2) dalam menggunakan metode pembelajaran, guru lebih memvariaskannya. Bukan hanya ceramah, diskusi, atau tanya jawab saja, tetapi juga variasi metode inovatif yang lain seperti talking stick, atau TGT. Untuk penggunaan media yang terkendala sarana dan prasarana sekolah yang tidak mendukung, hendaknya sekolah menambah jumlah kapasitas sarana dan prasarana yang ada sehingga tidak menghambat proses pembelajaran. 3) dalam evaluasi pembelajaran, ada beberapa guru yang tidak melaksanakan pengayaan karena terkendala alokasi waktu. Guru hendaknya melakukan manajemen waktu yang lebih baik agar pengayaan bagi siswa yang telah memenuhi KKM yang dilaksanakan.


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Penegasan Istilah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Guru ... 10

2.1.1. Kinerja ... 10

2.1.2. Guru ... 13

2.1.3. Kinerja Guru ... 16

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18


(11)

xi

2.1.5. Kriteria Kinerja Guru ... 24

2.2. Pembelajaran ... 29

2.2.1. Pengertian Pembelajaran ... 29

2.2.2. Tugas Pokok Guru dalam Pembelajaran ... 31

2.3. Indikator Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 36

2.4. Kerangka Berfikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Dasar Penelitian ... 41

3.2. Lokasi Penelitian ... 41

3.3. Fokus Penelitian ... 42

3.4. Sumber Data ... 42

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6. Objektivitas dan Keabsahan Data ... 44

3.7. Teknik Analisi Data ... 45

3.8. Prosedur Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 50

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

4.1.2. Hasil Data ... 52

4.2. Pembahasan ... 59

4.2.1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran ... 61


(12)

xii

4.2.3. Kinerja Guru dalam Evaluasi Pembelajaran ... 67 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 70 B. Saran ... 71 Daftar Pustaka


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Guru Ekonomi ... Lampiran 2 Daftar Jumlah Responden ... Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru ... Lampiran 4 Pedoman Wawancara Siswa ... Lampiran 5 Pedoman Observasi... Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru ... Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa ... Lampiran 8 Hasil Observasi ... Lampiran 9 Matriks Wawancara ... Lampiran 10 Analisis RPP ... Lampiran 11 Foto - Foto Penelitian ... Lampiran 12 Surat Ijin Observasi ...


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkuantitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua komponen-komponen pendidikan seperti mencakup tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, bahan pembelajaran, metode pembelajaran, alat, dan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di negara kita adalah faktor tenaga pengajar atau guru.

“Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apapun tetap akan sia-sia. Sebagus apapun dan semodern apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, maka tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada


(15)

kondisi mutu guru …. Agar dapat mencetak sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas, sektor pendidikan harus digarap dengan sungguh-sungguh. Di antara upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas maupun kompetensi guru sebagai salah satu pilar keberhasilan pendidikan” (Baedhowi, 2008:1-2).

Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas (Suparlan 2005:88).

“… guru merupakan key person in classroom, sehingga guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Karena peran mereka yang sangat penting itu, keberadaan guru bahkan tak tergantikan oleh siapapun atau apapun sekalipun dengan teknologi canggih. Alat dan media pendidikan, sarana prasarana, multimedia dan teknologi hanyalah media atau alat yang hanya digunakan sebagai teachers` companion (sahabat – mitra guru)” (Baedhowi, 2008:3).

Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin apapun, bahkan komputer yang paling modern sekalipun karena masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat atau teknologi yang diciptakan oleh manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.


(16)

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik (Sarimaya 2008:9).

Kinerja guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Soetjipto dan Raflis Kosasi (1994:218) menyatakan bahwa kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Artinya, kualitas kinerja guru akan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran yang akan berpengaruh pada kualitas hasil pendidikan. Hal ini dikarenakan guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di sekolah. Semua itu akan terlihat dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini juga ditunjukkan dengan rasa tanggung jawab dalam mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan maksimal dan melaksanakan evaluasi dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran ekonomi bukan hanya sebagai penguasaan konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik memahami dan tanggap dengan masalah lingkungan sekitar. Yang dimaksud dengan


(17)

pembelajaran ekonomi adalah proses kegiatan yang dilaksanakan guru untuk membantu siswa dalam melaksanakan proses belajar mata pelajaran ekonomi. Artinya tanggung jawab yang besar terletak pada guru sebagai pengelola pembelajaran yaitu dalam menyampaikan materi maupun menumbuhkan sikap peka terhadap lingkungan dan mengatasi rasa bosan peserta didik terhadap mata pelajaran ekonomi. Guru harus memiliki dan mengembangkan berbagai kompetensi sebagai guru yang profesional dan memiliki kinerja yang tinggi agar dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

Begitu pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka pemerintah mengadakan dan menyelenggarakan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kinerja para guru. Program yang diselenggarakan antara lain penataran bagi para guru, seminar dan lokakarya, beasiswa dalam jabatan dan adanya kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Adanya MGMP ini diharapkan para guru mata pelajaran dapat meningkatkan kualitasnya, dalam MGMP juga dimungkinkan adanya saling tukar pendapat dan pengalaman antar guru mata pelajaran yang bisa berujung pada pemecahan masalah bersama.

Salah satu Musyawarah Guru Mata Pelajaran adalah MGMP ekonomi. Kegiatan MGMP antara lain membuat RPP, silabus, dan ajang cerita pengalaman pribadi yang berkaitan dengan situasi di sekolah, di rumah, dan lain-lain. Program termutakhir pemerintah saat ini adalah adanya sertifikasi guru, dengan adanya kebijakan ini diharapkan masing-masing guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi yang


(18)

dimilikinya sehingga tingkat kehidupan, mutu dan kualitas guru dapat meningkat. Hal ini akan berujung pula pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil belajar yang merupakan gambaran keberhasilan atau tingkat penguasaan siswa dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai yang diperoleh. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya (Hamalik 2004:36). Artinya tanggung jawab yang besar terletak pada guru sebagai pengelola pembelajaran yaitu dalam menyampaikan materi dan mengatasi rasa bosan peserta didik terhadap mata pelajaran ekonomi. Guru harus memiliki dan mengembangkan berbagai kompetensi sebagai guru yang profesional dan memiliki kinerja yang tinggi agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Seperti di SMA Negeri, hasil belajar yang diperoleh siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, menentukan kelulusan dan juga sebagai umpan balik guru tentang pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan SMA pada umumnya dan SMA Negeri Kabupaten Semarang pada khususnya.

Benyamin S. Bloom (Setyadi, 2008:14) berpendapat bahwa tingkat keberhasilan atau penguasaan dapat dicapai apabila pengajaran yang


(19)

diberikan secara klasikal bermutu baik dan berbagai tindakan korektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan dapat dilakukan dengan tepat. Apabila taraf penguasaan yang ditentukan tidak tercapai maka kesalahan ditimpakan pada tenaga pengajar bukan siswa.

Dilihat dari nilai UAN Ekonomi tahun ajaran 2008/2009, untuk SMA Negeri, Kabupaten Semarang mendapatkan nilai terendah yaitu 6,64 dibandingkan dengan Kabupaten Pemalang yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 7,66, sedangkan untuk SMA Swasta, Kabupaten Semarang mendapatkan nilai 5,96 lebih baik daripada Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Rembang, dan Kota Salatiga yang masing-masing mendapatkan nilai 5,82, 5,93, 5,83, dan 5,89. Seperti yang dikatakan Bloom bahwa apabila taraf penguasaan yang ditentukan tidak tercapai maka kesalahan ditimpakan pada tenaga pengajar bukan siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang kinerja guru ekonomi yang meliputi kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan penilaian, sehingga dapat diketahui bagaimana kualitas kinerja guru ekonomi di SMA Negeri Kabupaten Semarang. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “ KINERJA GURU EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN SEMARANG ”


(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah kinerja guru Ekonomi dalam pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja guru Ekonomi dalam pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Semarang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain: a. Manfaat Teoretis

1. Sebagai bahan masukan terutama untuk pengembangan bidang ilmu kependidikan yang berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran.

2. Memberikan informasi dan gambaran umum bagi peneliti lain yang tertarik masalah ini lebih lanjut.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan untuk melakukan koreksi terhadap kinerja guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(21)

2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik (meningkatkan kinerjanya).

1.5. Penegasan Istilah a. Kinerja Guru

Kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:503) diartikan sebagai prestasi yang diperhatikan. Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar dan melakukan penilaian hasil belajar. Maka kinerja guru ekonomi dalam pembelajaran adalah perilaku guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas utamanya yang berkaitan dalam suatu pembelajaran.

b. Guru Ekonomi

Ekonomi merupakan ilmu atau seni yang mengkaji tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi. Guru ekonomi adalah guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi. Pada penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru yang mengajar ekonomi pada SMA Negeri di Kabupaten Semarang.


(22)

c. Pembelajaran Ekonomi SMA

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2006:255). Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran ekonomi pada SMA berupa kegiatan yang dilaksanakan oleh guru umtuk membantu siswa dalam melaksanakan proses belajar ekonomi atau suatu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri Kabupaten Semarang.

d. Kinerja Guru Ekonomi dalam Pembelajaran

Kinerja guru ekonomi dalam pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas utamanya yang berkaitan dalam suatu pembelajaran ekonomi di SMA, komponen yang dijadikan acuan untuk mengukur kinerja guru yaitu kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar.


(23)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Kinerja Guru

2.1.1. Kinerja

Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksana kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Menurut Mangkunegara (2000:8) istilah kinerja atau penampilan kerja barang kali disamakan dengan istilah yang lain yaitu job performance yang dalam psikologi berarti proses tingkah laku kerja seseorang sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya. Selanjutnya dikatakan bahwa pada garis besarnya kinerja dipengaruhi oleh 2 hal yaitu faktor-faktor individu dan situasi. Sugiharto (2006:2) memaparkan bahwa kinerja adalah fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi.

Menurut Simamora (1997:325) kinerja adalah tingkat pencapaian standar pekerjaan. Sementara Nawawi (1997:235) menegaskan bahwa kinerja yang diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik, material maupun non material.

Kinerja juga bisa dianggap sebagai pandangan/sikap. Seperti yang dinyatakan oleh Anorogo (1998:2), bahwa kinerja adalah suatu pandangan atau sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap melihat kerja sebagai suatu yang luhur dan sangat dibutuhkan bagi eksistensi manusia, maka kinerjanya akan tinggi.


(24)

Sebaliknya kalau melihat kerja sebagai suatu yang tidak berarti bagi kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan/sikap dari manusia terhadap kerja, maka kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh karena itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi. Suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia erat sekali dengan kondisi psikologi manusia, sehingga kinerja itu akan timbul sama dengan sikap yang ada pada diri manusia. Kinerja akan menghasilkan pekerjaan yang buruk jikalau di dalam diri manusia terdapat pikiran yang tidak baik dan akan menghasilkan suatu yang baik jika dalam diri manusia itu mempunyai sikap dan pandangan yang baik terhadap pekerjaan.

Senada dengan pendapat di atas, Trianto & Titik (2007:2) mengemukakan bahwa kinerja atau etos kerja berarti moral, semangat karakteristik seseorang yang mendasari perilaku bekerja. Kinerja dan jenis pekerjaan memiliki keterkaitan erat. Kinerja dapat mempengaruhi profesionalisme, sedang profesi tertentu sehari-hari dapat mempengaruhi etos kerja. Dalam perkembangannya, kinerja selalu memiliki makna positif dalam arti normative, seperti kualitas kerja, disiplin, jujur, gila dan produktif.

Kinerja merupakan aspek penting dalam upaya pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan yang maksimal merupakan hasil dari kinerja tim atau individu yang baik. Begitu pula sebaliknya, kegagalan dalam


(25)

pencapaian sasaran yang telah dirumuskan juga merupakan akibat dari kinerja yang tidak optimal. Kinerja dikatakan oleh Mangkunegara (1995:45) adalah hasil kerja seseorang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Kinerja pada tenaga kependidikan, erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang. Dharma (2005:7) menyatakan bahwa faktor yang terutama dalam mengukur suatu kinerja adalah analisis terhadap perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang telah disepakti. Sarwidi (2004:11) menjelaskan bahwa untuk menganalisis kinerja seseorang, dapat dilakukan dengan cara menganalisa karakteristik perilaku kerja yang diperlihatkannya. Karakteristik tersebut antara lain pelaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan organisasi, pemanfaatan alat yang tersedia, mempunyai semangat yang tinggi, mempunyai hubungan kerja sama yang baik dengan pimpinan dan rekan kerja, dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan tugas-tugas rutin yang dilaksanakan setiap jam kerja.


(26)

2.1.2. Guru

Sebelum membahas mengenai kinerja guru akan dijelaskan lebih dahulu tentang konsep profesi keguruan itu sendiri. Omstein dan Levine (dalam Soetjipto & Raflis, 1994:14) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang:

a. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan)

b. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya) c. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan

penekanan terhadap layanan yang akan diberikan

d. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan

e. Melibatkan kegiatan intelektual

f. Memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama

g. Mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi

h. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat

Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena jabatan guru memenuhi kriteria seperti yang telah dijelaskan di atas. Seperti dalam kegiatan mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Malahan lebih lanjut dapat diamati


(27)

bahwa kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Soetjipto & Raflis (1994:17) menyatakan bahwa mengajar seringkali disebut sebagai ilmu dari segala profesi.

Pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru-guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapat penghargaan kredit maupun non kredit.

Soetjipto & Raflis (1994:23) menyatakan bahwa jabatan profesional sangat memperhatikan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka menjaga dan meningkatkan layanan ini secara optimal, serta menjaga agar masyarakat jangan sampai dirugikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, tuntutan jabatan profesional harus sangat tinggi. Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan, tugas utamanya adalah melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.


(28)

Sanusi et al (dalam Soetjipto & Raflis, 1994:24) mengajukan asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan (dan bukan dilakukan secara acak), yakni sebagai berikut:

1. Subyek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan, yang dapat dikembangkan segala potensinya. Sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia

2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka pendidikan menjadi normative yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan

3. Teori-teori pendidikan merupakan kerangka jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahan pendidikan

4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut

5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat


(29)

6. Sering terjadi dilemma antara tujuan utama pendidikan yakni menjadikan manusia sebagai manusia yang baik dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu

Pada Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 7 (1) ayat a, b, c, dan d dinyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

c. Memiliki klasifikasi akademik dan latar belakang sesuai dengan bidang tugas

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 2.1.3. Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata job performance/actual permance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi menurut bahasa, kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga ditentukan dengan pekerjaan serta kemampuan seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang (Mangkunegara, 2000:67).

Panji (1998:10) mengatakan bahwa kinerja guru adalah perilaku yang berhubungan dengan kerja guru. Kerja merupakan kebutuhan


(30)

seseorang, kebutuhan tersebut bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang dicapainya dan orang tersebut berharap dengan melaksanakan pekerjaannya akan membawa pada keadaan yang lebih baik dan memuaskan.

Kinerja guru adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh guru dalam bidang pekerjaannya, menurut etika tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu (Efendi, 1997:19).

Dalam bidang pendidikan, kinerja guru selalu menjadi perhatian karena guru merupakan faktor penentu dalam meningkatkan prestasi belajar dan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Karakteristik guru efektif dapat dilihat dari kinerjanya bukan hanya dari hasil belajar siswa yang diharapkan, melainkan oleh proses pembelajaran yang optimal (Suparlan, 2005:88).

Prestasi bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diperoleh guru tetapi mengembangkan seluruh kompetensi yang dimilikinya dan juga suatu keberhasilan yang salah satunya terlihat pada proses belajar mengajar. Untuk mencapai kinerja maksimal, guru harus menciptakan situasi yang ada di lingkungan sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.


(31)

Menurut Davies (1997:35-36) mengatakan bahwa seorang mempunyai empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, yaitu:

a. Merencanakan yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.

b. Mengorgasisasikan yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis.

c. Memimpin yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar.

d. Mengawasi yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.

Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Menurut Mangkunegara (2004:67-68), faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivision).


(32)

a. Faktor kemampuan

Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan keampuan reality (knowledge + skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan guru yang sesuai dengan bidangnya akan dapat membantu dalam efektivitas suatu pembelajaran.

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situsi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. C. Meclelland berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.

Guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Guru harus menyadari bahwa ia harus mengerjakan tugasnya tersebut dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab, ikhlas dan tidak asal-asalan, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Jika ini tercapainya maka guru akan memiiki tingkat kinerja yang tinggi.


(33)

Selanjutnya MeClelland dalam Mangkunegara (2000:70) mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tinggi yaitu:

1. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi 2. Berani mengambil resiko

3. Memiliki tujuan yang realistis

4. Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuannya.

5. Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar.

Menurut Kartini (1985:22) ada faktor-faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke dalam dua macam yaitu:

a. Faktor dari dalam sendiri (intern)

Di antara faktor dari dalam diri sendiri (intern) adalah 1) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas. Semakin rumit dan makmur tugas-tugas


(34)

yang diemban makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas jika diberikan tugas yang sederhana dan monoton mungkin akan terasa jenuh dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya.

2) Keterampilan dan Kecakapan

Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan latihan.

3) Bakat

Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan seseorang bekerja dengan pilihan dan keahliannya.

4) Kemampuan dan Minat

Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang pekerjaan yang telah ditekuni.

5) Motif

Motif yang dimiliki dapat mendorong peningkatan kerja seseorang.

6) Kesehatan

Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.


(35)

7) Kepribadian

Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan kerja yang akan meningkatkan kerjanya.

8) Cita-cita dan Tujuan dalam Bekerja

Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan sepenuh hati.

b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern)

Yang termasuk faktor dari luar diri sendiri (ekstern) diantaranya: 1) Lingkungan Keluarga

Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja.

2) Lingkungan Kerja

Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong seseorang bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, dan kesempatan untuk mengembangan karir.


(36)

3) Komunikasi dengan Kepala Sekolah

Komunikasi yang baik di sekolah adalah komunikasi yang efektif. Tidak adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian

4) Sarana dan Prasarana

Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama kinerja dalam proses mengajar mengajar.

5) Kegiatan Guru di Kelas

Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus dilakukan secara bertahap. Dinamika guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa, jika manajemen sekolahnya tidak memberi peluang tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru. Demikian juga penambahan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan bermakna jika manajemen sekolahnya tidak memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar. Menurut Rosyada (2004:122) bahwa kegiatan guru di dalam kelas meliputi:

a) Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak b) Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan


(37)

c) Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran d) Guru harus menguasai kelas

e) Guru harus melakukan evaluasi secara benar. 6) Partisipasi guru di sekolah dalam bidang administrasi

Dalam bidang administrasi ini para guru memiliki kesempatan yang banyak untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sekolah antara lain (Purwanto, 2003:144):

a) Mengembangkan filsafat pendidikan b) Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum c) Merencanakan program supervisi

d) Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik dan buruknya guru dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah supervisor dalam melaksanakan pengawasan atau supervisi terhadap kemampuan (kinerja guru).

2.1.5. Kriteria Kinerja Guru

Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru.


(38)

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Menurut Trianto dan Titik (2007:71) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.

Merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran, memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh


(39)

peranan guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.

Jadi kompetensi pedagogik ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni pesiapan mengajar yang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tervapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat kepada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, beribawa, berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik (Buku Pedoman PPL UNNES, 2009:46-47).

Ada kalanya guru harus berempati pada siswanya dan ada kalanya guru harus bersikap kritis. Berempati maksudnya guru harus dengan sabar menghadapi keinginan siswanya juga harus melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah.

Menurut Usman (2003,16) kemampuan kepribadian guru meliputi hal-hal berikut:


(40)

1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi

3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4) Melaksanakan administrasi sekolah

5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. c. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Hal tersebut dipertegas oleh Hamzah (2008:18) bahwa pengertian dari kompetensi seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.

Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip


(41)

yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan sepanjang hayat

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

d. Kompentensi Sosial

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan


(42)

peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, orang tua/wali serta masyarakat sekitar (Buku Pedoman PPL UNNES, 2009:46-47).

Kompetensi sosisal seorang guru merupakan modal dasar guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruan. Hadi (2007:1-2) berpendapat kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang meliputi:

1) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkat kemampuan professional.

2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

3) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok.

2.2. Pembelajaran

2.2.1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:15), pembelajaran berarti proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran


(43)

(Hamalik, 1995:57). Menurut Gagne dan Briggs, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal (Sugandi, 2004:6).

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pembelajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai pelajaran hingga mencapai sesuatu yang obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu, pembelajaran mempunyai tujuan. Adapun tujuan pembelajaran menurut Sugandi (2004:28) adalah membantu agar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai


(44)

sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan isi proses pembelajaran tersebut.

2.2.2. Tugas Pokok Guru dalam Pembelajaran

Guru berhadapan dengan siswa adalah pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomulikasi mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi siswanya untuk tubuh dan berkembang menjadi dewasa.

Menurut Rustopo dalam Sutrisno (1994:117-118) mengemukakan beberapa kompetensi guru yaitu menguasai bahan atau materi, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber belajar, menggunakan landasan kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip serta menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.

Dalam SK Mendikbud No. 025/O/1995 menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru minimal yang wajib dilakukan dalam proses belajar mengajar atau bimbingan yaitu penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, analisis evaluasi, pelaksanaan perbaikan dan pengayaan.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 bab IV pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas


(45)

keprofesionalnya guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Menurut Sukadi (2001:26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok yaitu merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.

Adapun penjelasan dari kelima tugas pokok tersebut yaitu: a. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut membuat perencanaan pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya.

Dalam praktik pengajaran di sekolah, terdapat beberapa bentuk persiapan pembelajaran, yaitu:

1. Analisis materi pelajaran

2. Program tahunan/ program semester 3. Silabus/ satuan pelajaran

4. Rencana pembelajaran

5. Program perbaikan dan pengayaan.

Dalam membuat lima rencana tersebut biasanya guru dibantu oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Organisasi guru


(46)

semacam ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah.

b. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas ini di sekolah.

Guru harus menunjukkan penampilan yang terbaik bagi siswanya. Penjelasannya mudah dipahami, penguasaan keilmuannya benar, menguasai metodologi, dan seni pengendalian siswa. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman belajar yang baik bagi para siswanya sehingga siswa merasa senang dan termotivasi belajar bersamanya. Tugas guru adalah mengoptimalkan bakat dan minat kemampuan para siswa. Guru juga disarankan menggunakan teknologi pembelajaran sehingga menarik bagi para siswa.

c. Mengevaluasi Kegiatan Pembelajaran

Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus dievaluasi agar dapat diketahui apakah yang direncanakan sudah sesuai dengan realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Selain itu, guru juga dapat mengetahui apakah metode pengajaran telah tepat sasaran.

Dalam melakukan kegiatan evaluasi, seorang guru harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain


(47)

itu, guru juga harus memperhatikan soal-soal evaluasi yang digunakan. Soal-soal yang telah dibuat hendaknya dapat mengukur kemampuan siswa (Sukadi, 2001:30).

Subroto (1997:27) mengatakan bahwa guru harus mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi yang mencakup:

1. Melaksanakan tes

2. Mengelola hasil penilaian 3. Melaporkan hasil penilaian

4. Melaksanakan program remedial/ perbaikan pengajaran 5. Ketaatan guru pada disiplin tugas

Menurut Cornners dalam Hasibuan (1985:39) mengidentifikasikan kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar guru yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap sebelum pengajaran (preactive) 2. Tahap pengajaran (interactive)

3. Tahap sesudah pengajaran (post-active)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dapat dilihat dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya yaitu: 1.) Merencanakan Pembelajaran

Rencana pengajaran dapat dikatakan sebagai persiapan atau perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu pertemuan. Rencana pengajaran dibuat berdasarkan Garis Besar Perencanaan Pengajaran yang ada dan dibuat dengan mengadakan


(48)

koordinasi dengan para guru diklat sejenis agar sesuai dengan program serta diajukan kepada kepala sekolah setiap awal tahun pengajaran. Dalam perencanaan pembelajaran meliputi proses penyusunan mata pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu.

2.) Melaksanakan Proses Pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Proses pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran. Kunci utama keberhasilan pembelajaran adalah pelaksanaannya, dimana guru dituntut untuk mempunyai kemampuan yang dapat membantu kelancaran proses pembelajaran. Dalam mengelola kegiatan meliputi penguasaan materi pembelajaran, menentukan metode yang bervariasi, cara mengarahkan dan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan urutan logis/ teratur, alokasi waktu dalam menuntaskan mata pelajaran, pengelolaan kelas/kegiatan belajar mengajar dan penggunaan sumber/ media pembelajaran.

3.) Melaksanakan dan Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian merupakan salah satu bagaian yang tidak dapat terpisahkan


(49)

dari kegiatan pembelajaran. Penilaian dapat memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sehubungan dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan. Proses penilaian dapat dilakukan pada pelajaran/apersepsi, saat memberi kesempatan siswa untuk bertanya atau memberi tanggapan pada siswa waktu pelajaran, mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui penguasaan materi dan pemberian tugas yang sesuai indikator hasil belajar selama pembelajaran. Penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis atau perbuatan sedangkan penilaian bentuk non tes dapat menggunakan skala sikap, cek list, kuesioner, studi kasus dan portofolio.

2.3. Indikator Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Menurut Usman (2008:10-19) ada beberapa indikator yang dapat dilihat peran guru dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar. Indikator kinerja tersebut adalah:

1. Kemampuan merencanakan belajar mengajar meliputi: a. Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan. b. Menyesuaikan analisa materi pelajaran

c. Menyusun program semester

d. Menyusun program atau pembelajaran

2. Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi: a. Tahap pra intruksional


(50)

c. Tahap evaluasi dan tidak lanjut 3. Kemampuan mengevaluasi meliputi:

a. Evaluasi normatif b. Evaluasi formatif c. Laporan hasil evaluasi

d. Pelakanaan program perbaikan dan pengayaan.

Jadi, kinerja guru yang terdapat di atas merupakan indikator positif dari kinerja guru. Sedangkan kinerja guru yang bersifat negatif meliputi, guru belum menguasai penyusunan program semester, guru belum melaksanakan pra intruksional, dan guru tidak memperhatikan evaluasi yang bersifat normatif.

Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 3 indikator, yaitu kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, serta kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran.

2.4. Kerangka Berfikir

Guru adalah unsur utama dalam suatu proses pendidikan. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi intruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Dalam proses


(51)

pembelajaran tersebut, peserta didik akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan, pengalaman belajar, dan hubungan sosial dengan sesama. Untuk mencapai tujuan pendidikan yakni memperoleh perubahan baik dari segi kognitif, efektif maupun psikomotorik siswa dalam berprilaku menuju yang lebih baik. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kinerja yang tinggi demi tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya kinerja seseorang bisa dipengaruhi oleh diri-sendiri dan dari orang lain atau lingkngan luar. Sehingga untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil diperlukan kinerja guru yang baik. Dengan demikian, hasil kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dan kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran terletak pada kinerja serta prestasi kerja guru-guru yang berada dalam suatu sekolah.

Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran meliputi a) merumuskan tujuan pembelajaran, b) menyiapkan bahan pelajaran dan sumber belajar, c) menyiapkan media pembelajaran, d) merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, e) merencanakan penilaian hasil belajar. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi a) membuka pembelajaran, b) melaksanakan kegiatan pembelajaran, c) metode yang digunakan dalam penyampaian materi, d) pemanfaatan sumber atau media, e) keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran meliputi a) melaksanakan evaluasi hasil belajar, b) melaksanakan remedial atau pengayaan.


(52)

Jadi, dengan adanya kinerja guru dalam pembelajaran maka hasil yang menentukan dari suatu proses pendidikan adalah pendidik itu sendiri. Hal ini merupakan kinerja guru paling berkualitas setumpuk tugas serta tanggung jawab yang diemban guru harus mampu menunjukkan bahwa guru mampu menghasilkan kinerja yang baik demi terciptanya pendidikan yang bermutu.


(53)

Gb. 1 Kerangka Berfikir Kinerja Guru

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Evaluasi Pembelajaran

Kinerja Guru Ekonomi dalam Pembelajaran


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Moleong, 2007:4).

Menurut Denzin dan Lincoln dalam Hariwijaya (2007:71) penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi, bahkan sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan kuantitas data.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah objek penelitian dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau memperjelas lokasi yang menjadi sasaran dalam


(55)

penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kabupaten Semarang yang berjumlah 11 sekolah.

3.3. Fokus Penelitian

Pada dasarnya fokus penelitian merupakan pembatasan masalah yang menjadi objek penelitian. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran meliputi a) merumuskan

tujuan pembelajaran, b) menyiapkan bahan pelajaran dan sumber belajar, c) menyiapkan media pembelajaran, d) merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, e) merencanakan penilaian hasil belajar.

2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi a) membuka pembelajaran, b) melaksanakan kegiatan pembelajaran, c) metode yang digunakan dalam penyampaian materi, d) pemanfaatan sumber atau media, e) keaktifan siswa dalam pembelajaran.

3. Kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran meliputi a) melaksanakan evaluasi hasil belajar, b) melaksanakan remedial atau pengayaan.

3.4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2007:157). Dalam penelitian ini suber data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber primer yaitu dengan cara melakukan wawancara dan observasi.


(56)

2) Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Sumber yang digunakan seperti arsip-arsip yang dimiliki oleh guru.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186). Esterberg dalam Sugiyono (2008:231) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam penelitian ini wawancara diajukan kepada guru ekonomi SMA Negeri Kabupaten Semarang dengan jumlah 11 guru yaitu 1 guru mewakili 1 sekolah serta siswa-siswi yang dididik oleh guru yang bersangkutan. Siswa-siswi yang diwawancara ada di 5 sekolah yaitu SMA Negeri 1 Pabelan, SMA Negeri 1 Susukan, SMA Negeri 1 Bergas, SMA Negeri 1 Ambarawa, dan SMA Negeri 1 Bringin.

2. Observasi

Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1998:147). Metode observasi merupakan cara pengumpulan data dengan cara melakukan


(57)

pencatatan secara cermat dan sistematis. Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati jalan pembelajaran di beberapa sekolah yaitu SMA Negeri 1 Tuntang, SMA Negeri 1 Tengaran, SMA Negeri 1 Ungaran, SMA Negeri 1 Suruh, dan SMA Negeri 2 Ungaran

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:149). Dokumentasi digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Dokumentasi berupa arsip yang dimiliki guru dan foto-foto kegiatan yang diamati atau dilakukan oleh penulis

3.6. Objektivitas dan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini digunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007:330). Dengan triangulasi peneliti dapat melihat informasi yang telah didapat dari informan, dengan jalan membandingkannya kembali dengan berbagai sumber. Untuk itu, pemeriksaan keabsahan data dengan triangulasi dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi


(58)

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang lain tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang masa

4) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang seperti orang biasa, berpendidikan menengah atau tinggi yang berada di pemerintahan

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan (Patton dalam Moleong, 2007:330).

3.7. Teknik Analisis Data

Mernurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007:248).

Dalam penelitian ini digunakan analisis interaksi atau interactive analysis. Dalam analisis interaksi komponen reduksi data dan display data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka ketiga komponen analisis (reduksi data, display data, penarikan kesimpulan atau verifikasi) berinteraksi. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.


(59)

Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.

2) Display data

Data yang diberi kode sesuai dengan permasalahan kemudian disajikan dalam bentuk matrik, grafik, teks dan lain-lain. Jadi peneliti dapat menguasai data dan tidak dipersulit dengan data yang bertumpuk-tumpuk.

3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atu gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data yang didapatnya. 3.8. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan penelitian di lapangan, dilakukan desain prosedur penelitian. Prosedur penelitian ini mengacu pada tahap penelitian secara umum (Moleong, 2007:127) yang terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data.

a. Tahap Pra Lapangan

Ada 6 tahap kegiatan yang harus dilakukan dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan.


(60)

1. Menyusun rancangan penelitian

Sebelum penelitian dimulai, maka peneliti membuat rancangan penelitian berupa proposal penelitian untuk membantu mengarahkan proses penelitian dari awal hingga akhir.

2. Memilih lapangan penelitian

Terkait mengenai kinerja guru ekonomi dalam pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Semarang, maka lokasi yang dijadikan sebagai lapangan penelitian ini adalah SMA Negeri Kabupaten Semarang. 3. Mengurus perijinan

Sebelum masuk lapangan penelitian maka peneliti mempersiapkan surat ijin penelitian dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang ditujukan kepada Kepala SMA Negeri Kabupaten Semarang dan Kepala Kesbangpol dan Linmas yang akan ditujukan ke Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Surat dari Diknas ditujuakan kepada Kepala SMA Negeri Kabupaten Semarang. 4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Gambaran umum tentang situasi dan kondisi lapangan serta membaca dari kepustakaan sangat membantu penjajakan lapangan untuk mengenal segala unsur mengenai lokasi penelitian dan mempersiapkan diri, mental, maupun fisik serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan dimaksudkan untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya.


(61)

5. Memilih dan memanfaatkan informan

Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah orang yang mendukung penelitian dalam pengumpulan data, diantaranya guru, siswa, dan lain-lain. Pemanfaatan informan bagi peneliti agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring. Informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan kejadian yang ditemukan dari informan lain. 6. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Dalam penelitian ini, tidak hanya menyiapkan perlengkapan fisik tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan. Diantaranya sebelum penelitian dimulai, membuat surat ijin mengadakan penelitian dan kontak lokasi yang menjadi lapangan penelitian melalui orang yang dikenal sebagai penghubung dan secara resmi dengan surat. Perlengkapan yang dipersiapkan ketika penelitian adalah alat tulis seperti buku catatan, pulpen, map, juga alat perekam seperti tape recorder dan kamera foto.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Saat meneliti dilakukan untuk latar tertutup sedangkan untuk latar terbuka dilakukan wawancara dengan para informan. Persiapan diri sebelum melakukan penelitian adalah persiapan mental dan fisik serta etika dan penampilan dengan menyesuaikan tata tertib.


(62)

2. Memasuki lapangan

Ketika memasuki lapangan, peneliti mengikuti tata tertib yang berlaku serta menjalin keakraban dengan warga sekolah sehingga pihak sekolah lebih terbuka dan lebih optimal dalam membantu proses pengumpulan data yang dibutuhkan.

3. Berperan serta dan mengumpulkan data

Dalam mengumpulkan data, turut masuk ke kelas-kelas dan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hal ini dilakukan untuk membandingkan jawaban para informan dengan kondisi sebenarnya di kelas.

c. Tahap Analisis Data

Analisis data meliputi pengkajian teori, menemukan dan merumuskan tema utama. Setelah penelitian di lapangan hasil penelitian dianalisis dengan teori dan metode yang berkaitan dengan penelitian ini.


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten dan enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Semarang terletak pada posisi 1100 14' 54,74" - 1100 39' 3" bujur timur dan 70 3’ 57” – 70 30’0” lintang selatan. Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 kecamatan, 27 kelurahan dan 208 desa. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah 95.020,674 Ha atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah.

Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Kota Semarang.

Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di Kabupaten Semarang telah menunjukkan peningkatan, terlihat dari makin berkembangnya suasana belajar mengajar di berbagai jenis dan jenjang pendidikan seperti SMA. Terdapat 25 SMA di Kabupaten Semarang diantaranya terdapat 11 SMA Negeri yang menjadi tempat penelitian. Berikut daftar SMA Negeri di Kabupaten Semarang:


(64)

No Nama Sekolah Alamat 1. SMA N 1 Ambarawa Jl. Yos Sudarso 46 Ambarawa 2. SMA N 1 Bergas Jl. Soekarno Hatta Kec. Bergas Kab.

Semarang

3. SMA N 1 Bringin Jl. Wibisono II/03, Bringin, Kab. Semarang

4. SMA N 1 Getasan Jl. Raya Kopeng Km 08 Getasan 5. SMA N 1 Pabelan Desa Semowo Kecamatan Pabelan 6. SMA N 1 Suruh Jl. Jatirejo No. 17 Suruh

7. SMA N 1 Susukan Desa Timpik Kec. Susukan

8. SMA N 1 Tengaran Kembangsari Karangduren Tengaran 9. SMA N 1 Tuntang Jl. Tuntang Bringin Km 1 Delik 10. SMA N 1 Ungaran Jl. Diponegoro No. 42 Ungaran 11. SMA N 2 Ungaran Jl. Diponegoro no. 277 Ungaran Data dari website: //data.pdkjateng.go.id//

4.1.2. Hasil Data

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan fungsi awal aktivitas manajemen pembelajaran dalam tujuan secara aktif dan efisien. Perencanaan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi, penggunaan media, penggunaan metode, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan.

Dalam perencanaan, guru harus mempersiapkan pembelajaran. Ini sangat penting karena persiapan merupakan modal awal dalam pembelajaran agar pembelajaran yang akan dilaksanakan tidak akan melenceng dari tujuan yang akan dicapai (wawancara GC). Selain itu,


(65)

mempersiapkan pembelajaran termasuk salah satu tugas pokok guru selain melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran dan mengadakan pengayaan (wawancara GF).

Jadi, persiapan pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting sebelum melaksanakan pembelajaran. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.

Persiapan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru SMA Negeri di Kabupaten Semarang adalah membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dibuat seperti silabus, RPP, prota, promes, KKM, kalander akademik, minggu efektif dan lain-lain.

Menurut Yulaelawati, silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Majid, 2005:39). Silabus yang digunakan oleh guru yaitu silabus dari Dinas Pendidikan kemudian dikembangkan dalam MGMP sekolah atau mengadakan workshop yang disesuaikan dengan kondisi sekolah serta kondisi siswa (wawancara GB).

Dalam pengembangan silabus yang pertama dilakukan adalah tatap muka yaitu proses belajar mengajar, kemudian ada penugasan


(66)

terstruktur dan kegiatan mandiri tidak tersrtuktur. Penugasan terstruktur adalah penugasan untuk siswa tetapi masih didampingi oleh guru misalnya mengerjakan LKS sedangkan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah penugasan untuk siswa yang tidak didampingi oleh guru misalnya penugasan untuk melakukan observasi (wawancara GA).

Setelah silabus, tugas guru yang paling utama adalah membuat RPP. RPP merupakan rencana mengajar yang terealisasikan dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan pada tahapan penentuan pengalaman belajar (Majid, 2005:90). RPP dibuat di awal tahun atau di awal semester bersamaan dengan perangkat pembelajaran yang lain. Dalam pengembangan RPP, yang pertama dipersiapkan berupa materi yang akan diajarkan, media atau alat pembelajaran, metode yang digunakan, alat evaluasi jika materi sudah disampaikan dan sumber-sumber pembelajaran (wawancara GB). Kegiatan intinya melakukan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, kemudian diikuti dengan tatap muka, penugasan terstruktur, kegiatan mandiri tidak terstruktur (wawancara GA).

Dalam RPP terdapat sumber pembelajaran. Sumber belajar dapat diartikan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat


(67)

memanfaatkan sebagai sumber belajar. Sumber yang digunakan dalam pengembangan materi tidak hanya dari buku-buku saja tetapi dari internet, majalah, koran dan media yang lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru di SMA Negeri Kabupaten Semarang sebelum memulai suatu pembelajaran telah mempersiapkan materi terlebih dahulu dengan menyusun silabus, RPP dan perangkat pembelajaran lainnya. Juga guru menyiapkan materi tidak dari satu sumber belajar saja tetapi dari sumber lain yang relevan dengan mata pelajaran ekonomi.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi kemudian mereview pelajaran yang lalu, setelah itu masuk ke materi dan pada akhir pelajaran ada pemberian tugas (wawancara GE). Prosedur standar dalam membuka pelajaran yaitu apersepsi seperti mengucapkan salam, mengabsen, mengingatkan materi sebelumnya dengan tanya jawab lalu masuk ke dalam materi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu (wawancara GH).


(68)

Untuk pengembangan materi, guru tidak hanya membaca buku dari 1 buku pegangan saja tetapi juga buku-buku lain yang relevan karena untuk menambah wawasan. Selain itu, dengan membaca buku ekonomi lain, guru dapat memberikan materi secara lebih lengkap (wawancara GK).

Selain dari buku, guru juga sering mengaitkan materi dengan peristiwa yang sedang terjadi karena memberikan contoh materi secara nyata dan siswa dapat mengerti perkembangan ekonomi yang sedang terjadi. Peristiwa yang dikaitkan sesuai dengan pendekatan kontekstual dan materi yang akan diajarkan (wawancara GA). Terkadang jika ada yang berhubungan dengan materi jadi siswa mendiskusikan peristiwa tersebut baru dipresentasikan tapi jika waktu kurang tugas dikumpulkan (wawancara GF). Jika sedang membahas materi, guru terkadang memberi tugas dan meminta siswa untuk mencari di surat kabar seperti koran atau di internet kemudian meminta siswa untuk berdiskusi (wawancara SA dan SD).

Dalam pembelajaran, metode merupakan hal yang sangat penting karena metode merupakan cara untuk menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Tanpa metode yang baik maka pembelajaran akan kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan materi dan juga karakteristik peserta didik.


(69)

Metode yang digunakan oleh guru tidak hanya ceramah konvensional tetapi juga menggunakan ceramah bervariasi yang memvariasikan metode ceramah dengan metode lain seperti tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Metode ceramah digunakan untuk penyampaian materi. Metode tanya jawab digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Metode diskusi digunakan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran karena setelah diskusi siswa akan diminta maju untuk presentasi. Penugasan merupakan aktivitas setiap individu untuk memotivasi belajar siswa (wawancara GJ). Hal ini dipertegas oleh siswa, kalau guru tidak hanya menggunakan ceramah saja tetapi juga menggunakan metode lain seperti diskusi (wawancara SA dan SE).

Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan materi agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Media yang digunakan dan sudah tersedia di sekolah adalah papan tulis (whiteboard), LCD dan OHP. Guru lebih sering menggunakan media papan tulis (whiteboard), kalau menggunakan LCD harus ke laboratorium dan bergantian dengan kelas lain (wawancara SB dan SC).Terkadang penggunakan media tergantung pada materi yang akan disampaikan misalnya saat guru menerangkan mengenai uang, maka media yang digunakan adalah uang dari uang yang lama hingga uang yang baru atau jika tidak ada, bisa diganti dengan menggunakan gambar-gambar uang (wawancara GJ).


(70)

Sarana yang ada di sekolah yang sering digunakan oleh siswa dan guru yaitu perpustakaan dan internet. Sarana lain seperti LCD atau OHP belum maksimal karena penggunaannya dilakukan secara bergilir atau bergantian dengan mata pelajaran lain. Selain jumlah yang terbatas, LCD atau OHP terdapat di laboratorium sehingga jika akan menggunakannya harus memindahkan siswa di laboratorium atau LCD atau OHP dibawa ke kelas. Kendalanya terletak di waktu yang dibutuhkan. Jadi, guru hanya menggunakan sesekali agar siswa tidak jenuh berada di kelas.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi adalah salah satu bagian dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi sangat penting artinya dalam sebuah pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan program yang telah direncanakan tercapai.

Penilaian mata pelajaran ekonomi ada 2 jenis yaitu kognitif dan afektif. Penilaian kognitif terdiri dari ulangan harian, tugas mandiri, tugas terstruktur, ulangan tengah semester. Metode yang digunakan dalam penilaian kognitif adalah soal obyektif dan essay. Sedangkan penilaian afektif dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, saat


(71)

siswa sedang diskusi atau sedang dilakukan tanya jawab (wawancara GC).

Evaluasi dilakukan apabila kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran telah tercapai. Selain itu juga melihat dari kesiapan siswa dalam melaksanakan evaluasi dan pemahaman siswa terhadap materi terkait (wawancara GJ). Yang diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi adalah total skor yang diperoleh siswa, kejujuran siswa dalam menjawab, ketepatan waktu dalam mengumpulkan, kerapian dalam mengerjakan (wawancara GA).

Program tindak lanjut dilaksanakan karena ada murid yang belum menguasai materi pelajaran dengan baik yang tercermin dalam nilai atau hasil belajar yang lebih rendah. Program tindak lanjut yang sering digunakan ada dua yaitu perbaikan dan pengayaan. Program perbaikan merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang murid yang mengalami kesulitan belajar. Program pengayaan adalah suatu bentuk pengajaran yang khusus diberikan kepada siswa yang sangat cepat dalam belajar.

Remidi dan pengayaan diberikan setelah siswa memperoleh nilai atau hasil evaluasi. Yang mengikuti remidi adalah peserta didik yang tidak mencapai batas KKM. Sedangkan yang mengikuti pengayaan adalah peserta didik yang telah mencapai batas KKM. KKM di setiap kelas dan sekolah berbeda-beda sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Remidi dilaksanakan di luar jam efektif yaitu saat pulang


(1)

144

SMA Negeri 1 Bringin


(2)

145

SMA Negeri 1 Suruh


(3)

146

SMA Negeri 1 Bergas


(4)

147

SMA Negeri 1 Getasan


(5)

148

Wawancara dengan Bapak Drs. Sugiyanto


(6)

149

SMA Negeri 1 Pabelan