Defenisi Pendidikan Seks Konsep Pendidikan seks

harga diri, dan rasa aman ini semua belum tentu dapat diperoleh remaja di rumah maupu n sekolah Zulkifli, 2005. Perbedaan sikap laki-laki dan perempuan dalam nilai-nilai sosial: biasanya laki-laki lebih aktif daripada perempuan, lelaki cenderung ingin menguasai hal yang baru sedangakan peremuan bersikap menerima reseptif terhadap perubahan-perubhan yang terjadi dalam diri remaja. Laki-laki lebih meperhatikan nilai-nilai kultural sedangkan perempuan lebih memperhatikan masalah kehidupan. Laki-laki sangat suka mengumpulkan pengalaman sedangkan perempuan kurang menyadari adanya faktor resiko. Sikap laki-laki sering dipengaruhi oleh salah satu nilai kehidupan sedangkan perempuan berkeinginan tidak menentu Zulkifli, 2005.

2.2 Konsep Pendidikan seks

2.2.1 Defenisi Pendidikan Seks

Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja, secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat Zainun, 2009. Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar mereka dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggungjawab. Membantu remaja merefleksikan pengaruh nilai dan perkembangan mereka dalam nilai seksual dan membangun nilai dengan pendekatan praktis pada pendidikan seksual Halstead Michael, 2004. Perubahan organ-organ reproduksi yang makin matang pada remaja menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja makin kuat dalam dirinya. Banyak media massa saperti internet, televisi, Koran atau majalah yang menyampaikan informasi secara bebas kepada masyarakat umum, termasuk remaja. Sementara piaget dalam Dariyo, 2004 walaupun remaja telah mencapai kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka belum mampu mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Akibatnya prilaku seksual remaja, seringkali tidak terkontrol dengan baik Dariyo, 2004. Pendidikan seksual seharusnya diberikan oleh orangtua sejak dini ketika anak mulai bertanya tentang perbedaan kelamin dan disesuaikan dengan kebutuhan dan umur serta daya tangkap anak Sumiati, 2009 bahkan anak yang sangat muda menerima banyak informasi tentang seksual dari teman sebayanya di tempat bermain, melalui tukar menukar majalah, televisi dan media-media lain juga merupakan sumber utama Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pengetahuan seks dan nilai-nilainya yang tidak mudah dikontrol orangtua Halstead Michael, 2004.

2.2.1 Tujuan Pendidikan Seks