f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi
yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya g. Untuk mengurangi prostitusi ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat
Sumiati, 2009. Untuk tujuan, isi, metode, dan kesuksesan pendidikan seksual
ditentukan oleh nilai baik langsung atau tidak langsung Halstead Michael, 2004.
2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Seks
Langkah pertama dalam mengajarkan pendidikan seks dan pergaulan adalah dengan mengenali remaja sebagai mahluk seksual.
Dalam penelitian mereka bahwa remaja merasa tidak nyaman menerima informasi seks dari guru mereka dan menyarankan menggunakan
tenaga kesehatan dari luar sekolah yang dapat lebih menjamin kebebasan serta mengurangi rasa malu karena mereka tidak saling
mengenal dibandingkan dengan guru mereka Eisenberg et al 1997 dalam Luanaigh, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 78 orang tua mengharapkan sekolah memberikan pendidikan seks, termasuk informasi mengenai pengendalian kelahiran.
Pendidikan seks masih menjadi kontroversi. Di satu sisi adalah kelompok seperti Planned Parenthood orang tua terencana yang
menyatakan bahwa pendidikan seks harus bersifat lebih terbuka dan alat KB harus lebih tersedia, di sisi lain adalah individu yang percaya bahwa
pendidikan seks haruslah diberikan oleh orangtua dan mengajarkan alat kontrasepsi kepada remaja berarti memberikan lampu hijau bagi mereka
untuk melakukan hubungan seks dan berhubungan seks dengan bebas. Kontroversi ini telah mengarah kepada pertikaian antara dewan sekolah
di seluruh negeri Santrock, 2003. Pada sebuah survei mengenai pendidikan seks di wilayah sekolah di
seluruh Negeri yang juga meliputi kota-kota berpenduduk 100.000 orang atau lebih, ditemukan bahwa tiga perempat sekolah memberikan
pendidikan seks di tingkat SMU dan SMP. Sebenarnya kebanyakan sekolah menggabungkan materi pendidikan seks dengan pelajaran lain
Santrock, 2003. Program pendidikan seks berbeda dengan sekolah satu dengan
yang lainnya. Banyak sekolah yang tidak memiliki program pendidikan seks sama sekali. Umumnya remaja diberi pendidikan seks di kelas
biologi ketika mereka sudah duduk di kelas satu SMU. Faktor lain yang menentukan kualitas pendidikan seks adalah guru yang
mengajarkannya. Kebanyakan guru pendidikan seks menguasai biologi,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pendidikan kesehatan, ekonomi keluarga, atau olah raga. Hanya sedikit yang memiliki pemahaman yang meluas mengenai seksualitas manusia
Newton 1982 dalam Santrock, 2003. Guru pendidikan seks seharusnya terampil dalam menghadapi emosi remaja. Seksualitas
adalah topik yang sangat sensitif, dan remaja perlu dibantu untuk merasa nyaman ketika membicarakan seks Santrock, 2003.
Peran sekolah, orang tua, media massa maupun pemerintah adalah memikirkan dan membuat program dan pendidikan seksual untuk
remaja Moglia dan Knowles 1997 dalam Dariyo, 2004. Hal-hal yang perlu diberikan dalam pendidikan seksual adalah:
a. Perubahan dan fungsi organ-organ reproduksi selama remaja b. Perubahan kondisi psikologis-emosional selama masa pubertas
c. Dampak positif-negatif media massa bebas terhadap prilaku seksual remaja
d. Fungsi dan kegunaan alat-alat kontrasepsi seperti: IUD kondom e. Cara mencegah dan mengatasi terjadinya hubungan seks bebas di
kalangan remaja Dalam pendidikan seksual tersebut dapat dilaksanakan secara
fleksibel artinya mencoba metode atau teknik apa yang akan dipergunakan dalam menyampaikan pengajaran kepada remaja. Teknik-
teknik yang dipergunakan dapat melalui: ceramah dan tanya jawab, pemutaran film dan diskusi, dialog, dan sebagainya. Pihak-pihak
profesional yang dapat dilibatkan dalam menyampaikan materi tersebut berasal dari dokter, psikolog, gurudosen Dariyo, 2004.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pranikah, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan
Keluarga Kaiser Kaiser family foundation, dalam santrock,1998 adalah a faktor mispersepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih
sayang yang salah di masa pacaran, b faktor religiusitas: kehidupan iman yang tidak baik, dan c faktor kematangan biologis.
1. Hubungan seks: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah
bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk
ungkapan rasa cinta kasih sayang dapat dinyatakan dengan berbagai cara misalnya, pemberian hadiah bunga, berpelukan,
berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan
yang salah. 2. Kehidupan iman yang rapuh: kehidupan beragama yang baik dan
benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi apapun. Oleh karena itu, dia tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sebelum menikah
secara resmi. 3. Faktor kematangan biologis. Dengan kematangan biologis seorang
remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaiman
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi seksual sudah berfungsi dengan normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa
seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya misalnya, dengan melihat film
porno. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat negatif, yaitu
terjadinya hubungan seksual pranikah dimasa pacaran remaja Dariyo, 2004.
2.2.4 Prilaku Seksual Remaja