bulan tetapi berniat menetap di rumah tangga tersebut, dianggap sebagai anggota rumah tangga BPS, 2004.
Keluarga yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanan apabila anggota keluarganya kecil. Keluarga yang mempunyai jumlah
anggota besar apabila persediaan pangan cukup belum tentu dapat mencegah gangguan gizi, karena dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka
pangan untuk setiap anggota keluarganya berkurang. Sedangkan Sanjur 1982 menyatakan bahwa besar keluarga mempunyai
pengaruh pada belanja pangan. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga. Nilai absolut
belanja pangan akan meningkat pada jumlah anggota keluarga yang besar tetapi belanja pangan perkapita menurun sejalan dengan ukuran ekonomi yang ada.
Pendapatan perkapita menurun dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga. Pemantauan konsumsi gizi tingkat rumah tangga tahun 1995-1998 juga
menyatakan bahwa jumlah anggota rumah tangga yang semakin banyak, akan semakin mengalami kecenderungan turunnya rata-rata asupan energi dan protein
per kapita per hari yang ditunjukkan dengan prevalensi tertinggi pada rumah tangga yang beranggotakan diatas enam orang.
4. Jumlah Beras Raskin yang Diterima
Pada 2002, pemerintah mengganti nama OPK Operasi Pasar Khusus menjadi Program Raskin agar lebih mencerminkan sifat program, yakni sebagai
bagian dari program perlindungan sosial bagi RTM Rumah Tangga Miskin, tidak lagi sebagai program darurat penanggulangan dampak krisis ekonomi. Penetapan
jumlah beras per bulan per RTM yang pada awalnya 10 kg, selama beberapa tahun berikutnya bervariasi dari 10 kg hingga 20 kg, dan pada 2009 menjadi 15 kg.
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi distribusi yang pada tahun-tahun sebelumnya 12 kali, pada 2006 berkurang menjadi 10 kali, dan pada 2007 sampai sekarang ini kembali menjadi 12 kali per
tahun. Program Raskin ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari
rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah
maksimal 15 Kgrumah tangga miskinbulan dengan masing-masing seharga Rp. 1600,00Kg Netto BPS,2004.
5. Jarak Rumah dengan Pasar Sumber Pangan
Akses fisik pangan dapat berupa jumlah maupun jarak pasar ataupun warung, serta ketersediaan pangan secara fisik di warung pasar. Dan tentunya
semakin baik semakin dekat akses untuk mendapatkan pangan maka semakin kecil juga pengeluaran pangan untuk mendapatkan pangan tersebut
Anonimous, 2011 .
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori
Teori Konsumsi John Maynard Keynes
John Maynard Keynes 1969 dalam General Theory nya membuat fungsi konsumsi sebagai pusat fluktuasi ekonominya dan teori itu telah memainkan peran
penting dalam analisis makro ekonomi sampai saat ini. Keynes membuat dugaan tentang fungsi ekonomi berdasarkan intropeksi dan observasi kasual.
Dugaan pertama Keynes adalah bahwa kecendrungan mengkonsumsi marginal adalah antara nol dan satu. Ia menulis bahwa “hukum psikologis
fundamental, dengan apa kita dinisbikan untuk tergantung pada keyakinan yang besar adalah bahwa manusia diatur, sebagai peraturan atau berdasarkan rata-rata,
untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan dalam pendapatan mereka”.
Dugaan kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut kecendrungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika
pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan sehingga ia berharap orang kaya menabung proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka
ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan
yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Keynes mengatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori
Nanga, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Relatif Relative Income
Hipothesis
Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James Duesenberry dengan bukunya Income, Saving, and the
Theory of Consummer Behavior, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dengan pendapatan dengan
maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab- sebab timbulnya perbedaan tersebut.
Di dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran
konsumsi seseorang. a Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya,
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya tetangga. Jadi faktor lingkungan
dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. b Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran pada
saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Di dalam hal ini dikatakan bahwa pengeluaran
konsumsi seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan
tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi
juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan sebaliknya bila pendapatan mengalami penurunan maka akan diikuti juga oleh penurunan
Universitas Sumatera Utara
konsumsinya. Akan tetapi, proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi
Waluyo, D. E., 2002.
Hukum Engel
Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan permintaan yang progresif. Berdasarkan hal tersebut dengan asumsi
harga pangan yang dibayar rumah tangga adalah sama, maka menurut hukum Engel pangsa pengeluaran pangan terhadap pengeluaran rumah tangga akan
semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan. Untuk lebih jelasnya kurva Engel dapat dilihat pada Gambar 1 Berikut ini :
Jumlah X
X
2
X
1
0 M
1
M
2
Pendapatan M
Gambar 1. Kurva Engel untuk Barang Kebutuhan Pokok
Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat, permintaan
terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibanding perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan
Universitas Sumatera Utara
dari barang kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat pendapatan nominal makin tinggi
Deaton dan Muelbauer, 1980.
Kerangka Pemikiran
Tingkat kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari seberapa besar rumah tangga tersebut mengeluarkan uang mereka untuk mengkonsumsi kebutuhan
makanan sebagai kebutuhan dasar untuk hidup. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran suatu rumah tangga miskin untuk
mengkonsumsi makanan itu sendiri. Beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengeluaran untuk mengkonsumsi pangan itu sendiri dapat kita bagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor ekonomi pendapatan keluarga dan jumlah beras raskin yang diterima dan faktor sosial tingkat pendidikan ibu, jumlah
anggota keluarga, dan jarak rumah tangga dengan pasar sumber pangan. Dengan berorientasi pada faktor-faktor tersebut diatas diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan kelak dalam mengurangi tingkat kemiskinan rumah tangga terkhusus di Kecamatan Medan Belawan.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:
: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh
Pengeluaran untuk Konsumsi
Pangan
Pangsa Pengeluaran Pangan PP Faktor Ekonomi :
• Pendapatan Keluarga • Jumlah Beras Raskin yang
Diterima Faktor Sosial :
• Tingkat Pendidikan Ibu • Jumlah Anggota Keluarga
• Jarak Rumah Tangga dengan Pasar Sumber
Pangan Rumah Tangga
Miskin
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian
1. Faktor pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan Ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah beras raskin yang diterima, dan jarak rumah dengan
pasarsumber pangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin di Kecamatan
Medan Belawan. 2. Pangsa pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin di
wilayah penelitian ≥ 60 .
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Adapun jumlah rumah keluarga rumah tangga sasaran di setiap kecamatan yang ada di Kota Medan dapat kita lihat dari Tabel 1. dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Sasaran di Setiap Kecamatan yang Ada di Kota Medan Pada Tahun 2009
No Kecamatan
Jumlah RTS
1 Medan Tuntungan
2.981 2
Medan Johor 3.817
3 Medan Amplas
3.891 4
Medan Denai 4.581
5 Medan Area
2.442 6
Medan Kota 2.371
7 Medan Maimun
2.198 8
Polonia 1.457
9 Medan Baru
650 10
Medan Selayang 2.698
11 Medan Sunggal
2.670 12
Medan Helvetia 3.131
13 Medan Petisah
1.598 14
Medan Barat 2.786
15 Medan Timur
3.899 16
Medan Perjuangan 4.522
17 Medan Tembung
4.995 18
Medan Deli 4.235
19 Medan Labuhan
5.544 20
Medan Marelan 7.309
21 Medan Belawan
11.360 Total
79.135
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara 2010, 2011.
Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan dengan tingkat kemiskinan rumah tangga yang terbesar,
dan hal tersebut merupakan alasan mengapa penulis mengambil wilayah tersebut sebagai daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sengaja yaitu di enam kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Belawan dengan pertimbangan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai jumlah rumah tangga miskin terbanyak di Kota Medan dan juga merupakan daerah yang diketegorikan
sebagai daerah rawan pangan. Untuk lebih jelasnya distribusi rumah tangga dan rumah tangga sasaran di
enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Belawan dapat kita lihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2. Distibusi Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009
Kelurahan Banyaknya
Rata-rata anggota rumah tangga
Rumah Tangga
Penduduk Jiwa
Rumah Tangga Sasaran RTS
Belawan Pulau Sicanang
3307 13935
1600 4
Belawan Bahagia 3307
13040 1540
5 Belawan Bahari
2640 10663
1581 4
Belawan II 2701
23751 2368
5 Bagan Deli
4826 13863
1662 4
Belawan I 3358
21448 2599
5 Total
21320 96700
11360 5
Sumber : Kecamatan Medan Belawan dalam angka 2010, 2011.
Dilihat dari Tabel 2 diatas diketahui bahwa Kelurahan Belawan I mempunyai jumlah rumah tangga sasaran terbesar 2599 RTS namun, apabila
dilihat dari persentase rumah tangga sasaran terbesar, itu terdapat di Kelurahan Belawan II mencapai 87 dari total rumah tangga yang ada di kelurahan
tersebut. Sementara jumlah rumah tangga sasaran terkecil terdapat di Kelurahan Belawan Bahagia 1540 RTS namun, apabila dilihat dari persentase rumah
tangga sasaran terkecil terdapat di Kelurahan Bagan Deli hanya 34 dari total rumah tangga yang ada di kelurahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yang dilakukan secara simple random sampling secara acak dengan mengambil 10
rumah tangga sasaran yang ada di setiap kelurahan yang ada di kecamatan Medan Belawan. Hal ini dapat dilakukan karena anggota populasinya bersifat homogen,
maka sampel yang kecil dapat mewakili seluruh populasi Gulo, 2002.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan
rumah tangga sampel dengan menggunkan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan lebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai
instansi dan dinas yang terkait seperti Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, BPS Kota Medan, Kantor Kecamatan Medan Belawan, beserta enam kantor kelurahan
yang ada di Kecamatan Medan Belawan.
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data Untuk tujuan 1, dalam mengetahui seberapa besar faktor sosial ekonomi
terhadap tingkat pengeluaran pangan rumah tangga miskin, maka digunakan analisis regresi berganda dengan persamaan :
Y = b + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ ε
Dimana: Y= Pengeluaran untuk konsumsi pangan RT miskin Kecamatan Medan Belawan
b
1
, b
2
, b
3
, b
4
, b
5
, b
6
= koefisen regresi untuk masing- masing variabel. X
1
= Pendapatan keluarga Rp bulan X
2
= Tingkat pendidikan ibu tahun X
3
= Jumlah anggota rumah tangga orang X
4
= Jumlah beras raskin yang diterima kg X
5
= Jarak rumah tangga dengan pasar sumber pangan m ε = Faktor kesalahan
b , b
1
, b
2
, b
3
, b
4
, b
5
ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS.
Kriteria Uji : H
diterima jika nilai signifikansi ≥ α
H
1
diterima jika nilai signifikansi ˂ α
H = tidak ada pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas
H
1
= ada pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas
Untuk tujuan 2, dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan
melihat besar persentase pengeluaran untuk pangan dan nonpangan terhadap
Universitas Sumatera Utara
pendapatan rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :
PF =
TP PP
x 100 Dimana :
PF = Persentase atau pangsa pengeluaran pangan PP = Pengeluaran untuk pangan rumah tangga Rpbulan
TP = Total pengeluaran rumah tangga Rpbulan Apabila hanya menggunakan indikator ekonomi diproksi dari pangsa
pengeluaran pangan, dengan kriteria apabila persentase atau pangsa pengeluaran pangan tinggi
≥ 60 pengeluaran total maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan golongan yang relatif kurang sejahtera. Sementara itu apabila
persentase atau pangsa pengeluaran pangan rendah 60 pengeluaran total maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan golongan yang sejahtera
Purwantini, dan Ariani, M., 2002.
Universitas Sumatera Utara
Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan
operasional yang dibuat adalah:
Defenisi
1. Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa yang meliputi sembilan bahan pokok.
2. Pengeluaran untuk konsumsi pangan adalah total rupiah perbulan yang dikeluarkan untuk belanja pangan padi- padian, makanan berpati, pangan
hewani, minyak dan lemak, buah dan biji berminyak, kacang-kacangan,
gula, sayur dan buah, lain-lain teh, kopi dan bumbu makanan.
3. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh kepala keluarga dan anggota keluarga yang mempunyai
penghasilan. 4. Pendidikan Ibu adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh
oleh ibu rumah tangga. 5. Jumlah anggota keluarga adalah adalah banyaknya orang dalam suatu
rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang menjadi tanggungan kepala keluarga.
6. Jumlah beras raskin yang diterima adalah jumlah beras subsidi yang diberikan pemerintah kepada setiap rumah tangga perbulannya dalam
satuan kg.
Universitas Sumatera Utara
7. Pengeluaran untuk konsumsi nonpangan adalah harga sejumlah uang yang dikeluarkan untuk belanja nonpangan perbulannya biaya pendidikan anak,
biaya kesehatan, biaya listrik, biaya air, dan biaya bahan bakar. 8. Jarak rumah dengan pasar sumber pangan adalah jarak dari rumah
dengan pasar atau tempat dimana seseorang dapat mengaksesmemperoleh pangan.
Batasan Operasional
1. Lokasi Penelitian adalah di enam kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Belawan yaitu Belawan Pulau Sicanang, Belawan Bahagia,
Belawan Bahari, Belawan II, Bagan Deli dan Belawan I. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan dikota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan Medan Belawan terletak antara 03
- 48 LU dan 98
- 42 BT, dan
berada pada ketinggian 3 m diatas permukaan laut. Kecamatan Medan Belawan berbatasan langsung dengan selat malaka di sebelah utara, Kecamatan Medan
Labuhan di sebelah selatan, Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat dan di sebelah timur. Kecamatan Medan Belawan mempunyai luas sekitar 21,82 km
2
. Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu 23 km.
Untuk luas wilayah masing- masing kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Luas Wilayah dirinci per Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009
Kelurahan Luas Km
2
Persentase terhadap Luas Kecamatan
1 2
3 Belawan Pulau Sicanang
15,1 69,2
Belawan Bahagia 0,54
2,74 Belawan Bahari
1,03 4,72
Belawan II 1,75
8,02 Bagan Deli
2,3 10,54
Belawan I 1,1
5,04 Jumlah
21,82 100
Sumber : Kecamatan Medan Belawan dalam Angka 2010, 2011.
Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa lebih dari setengah luas wilayah Kecamatan Medan Belawan adalah Kelurahan Belawan Pulau Sicanang yang
Universitas Sumatera Utara
mencapai 69,2, diikuti oleh Bagan Deli, Belawan II, Belawan I, Belawan Bahari dan yang terakhir yaitu Kelurahan Belawan Bahagia.
Untuk lebih jelasnya peta Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
Gambar 3. Peta Kecamatan Medan Belawan
Dari Gambar 3 tersebut diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa terdapat empat kelurahan yang berbatasan langsung dengan selat malaka yaitu Belawan
Pulau Sicanang, Belawan Bahagia, Belawan I dan Bagan Deli. Dan untuk diketahui berdasarkan profil Kota Medan bahwa Kecamatan Medan Belawan
merupakan Kecamatan terluas ke -2 setelah Kecamatan Medan Labuhan.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan Penduduk a. Kepadatan Penduduk
Luas wilayah di setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Belawan ternyata tidak berbanding lurus dengan banyaknya jumlah penduduk. Hal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4 yang mengindikasikan bahwa meskipun luas wilayah kelurahan Belawan Pulau Sicanang memenuhi lebih dari setengah wilayah
Kecamatan Medan Belawan, jumlah penduduknya tidak lebih besar dari kelurahan lainnya, begitu juga sebaliknya.
Tabel 4. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km Dirinci Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan
Sumber : Kecamatan Medan Belawan dalam Angka 2010, 2011.
Dari Tabel 4 diatas didapat bahwa Kelurahan Belawan Bahagia memiliki kepadatan penduduk yang terbesar diantara kelurahan lainnya, sementara itu
Kelurahan Belawan Pulau Sicanang merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk yang terkecil.
Kelurahan Jumlah
Penduduk Jiwa
Luas Wilayah Km
2
Kepadatan Penduduk per Km
2
1 2
3 4
Belawan Pulau Sicanang
13.935 15,1
923 Belawan Bahagia
13.040 0,54
24.148 Belawan Bahari
10.663 1,03
10.352 Belawan II
23.751 1,75
13.572 Bagan Deli
13.863 2,3
6.027 Belawan I
21.448 1,1
19.498 Jumah
96.700 21,82
4.432
Universitas Sumatera Utara
b. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Penduduk di Kecamatan Medan Belawan berjumlah 96.700 jiwa dengan variasi umur yang berbeda- beda. Dimana umur juga dapat kita jadikan sebagai
suatu patokan produktivitas seorang individu. Dan berdasarkan golongan umur penduduk Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009
Kelompok Umur tahun Jumlah jiwa
Jumlah
0-4 8.111
8,38 5-14
17.564 18,16
15-44 52.062
53,84 45-64
15.120 15,64
≥65 3.843
3,97 Jumlah
96.700 100
Sumber : Kecamatan Medan Belawan dalam Angka 2010, 2011.
Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan usia produktif mencapai 69,48 . Hal ini berarti jumlah angkatan kerja di Kecamatan
Medan Belawan cukup banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa Kecamatan Medan Belawan Memiliki Potensi SDM dari segi kuantitas. Sedangkan penduduk
dengan usia lanjut menduduki tingkat terendah yang hanya mencapai 3,97 .
c. Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Belawan bermacam jenisnya yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, TNIPOLRI, nelayan, pedagang,
pensiunan dan lain sebagainya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencarian penduduk Kecamatan
Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan
Sumber: Kecamatan Medan Belawan dalam angka 2010, 2011.
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 7176 orang 28,2, dan
diikuti oleh nelayan dengan jumlah sebanyak 5238 orang 20,5, pedagang sebanyak 3540 orang 13,9, pegawai negeri sebanyak 1117 orang 4,4,
pensiunan sebanyak 455 orang 1,9 dan polri TNI sebanyak 453 1,8, sementara sebanyak 7449 orang bermata pencaharian selain diatas yang tidak
disebutkan satu-persatu.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan, terkhusus untuk sarana pendidikan yang secara tidak langsung memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia di suatu daerah. Dan tidak kalah pentingnya adalah keberadaan pasar warung sebagai penyedia bahan pangan untuk rumah tangga itu sendiri. Untuk
No Kelurahan Pegawai
Nelayan Pedagang Pensiunan Lain-
lain Negeri Swasta Polri
1 Belawan
Pulau Sicanang
85 1326
8 207
314 17
1152 2
Belawan Bahagia
158 841
82 769
536 52
1291 3
Belawan Bahari
126 965
13 965
246 21
1175 4
Belawan II 381
1751 45
231 1296
110 1451
5 Bagan Deli
112 1062
9 1689
325 27
875 6
Belawan I 255
1231 296
1377 823
228 1505
Jumlah 1117
7176 453
5238 3540
455 7449
Universitas Sumatera Utara
sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Medan Belawan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 7. Sarana dan Prasarana Daerah Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan.
Sumber : BPS Kecamatan Medan Belawan dalam Angka 2010, 2011.
Dilihat dari Tabel 7 diatas dapat kita lihat bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan Medan Belawan dianggap masih kurang memadai, hal ini dapat dilihat
dari jumlah sekolah terkhusus untuk tingkat SMP yang belum merata keberadaannya dan masih adanya kelurahan yang belum memiliki sarana
pendidikan untuk tingkat SMP, dan untuk sarana kesehatan juga masih kurang dimana masih ada kelurahan yang tidak memiliki puskesmas seperti Belawan II.
Dan untuk sejumlah pasar dan pertokoan juga belum cukup ramai mendukung kegiatan perekonomian di wilayah ini, hal itu dapat dilihat hanya terdapatnya 2
pasar yaitu di Kelurahan Bahagia dan Kelurahan Belawan II.
Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga sasaran yang terdapat di Kecamatan Medan Belawan. Karakteristik rumah tangga sampel yang dimaksud
adalah meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan Ibu, jumlah tanggungan, dan pendapatan.
No Kelurahan TK SD SMP SMA
SMK Rumah
Sakit Puskesmas BPU BKIA Pasar
1 Belawan
Pulau Sicanang
3 9
2 1
1 1
1 2
Belawan Bahagia
1 7
3 1
1 1
1 1
1 3
Belawan Bahari
1 2
1 2
1 1
1 4
Belawan II 2
8 4
1 1
2 1
1 5
Bagan Deli 1
4 1
1 1
1 6
Belawan II 5
15 5
1 2
3 1
Jumlah 13
45 15
7 4
5 8
6 2
Universitas Sumatera Utara
a. Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Medan Belawan.
No Tingkat Pendidikan Ibu
tahun Jumlah jiwa
Jumlah
1 1
1,66 2
1 1
1,66 3
2 6
10 4
3 5
8,33 5
4 6
10 6
5 5
8,33 7
6 8
13,33 8
7 5
8,33 9
8 7
11,66 10
9 8
13,33 11
10 3
5 12
11 1
1,66 13
12 4
6,66 Jumlah
60 100
Sumber : Diolah dari lampiran 3, 2011
Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 53,31 ibu yang menjadi sampel hanya berpendidikan SD bahkan 39,98 tidak menamatkan
sekolahnya di Sekolah Dasar. Dan hanya 36,69 berpendidikan diatas SD. Hal ini mengindikasikan bahwa masih kurangnya kualitas sumberdaya manusia di
daerah tersebut yang tentunya sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
b. Jumlah Anggota Keluarga
Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan jumlah tanggungan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi kuantitas beli yang pada gilirannya akan
berpengaruh juga terhadap banyaknya uang yang dikeluarkan untuk belanja pangan tersebut.
Adapun jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Jumlah Anggota Keluarga Sampel di Kecamatan Medan Belawan No
Jumlah anggota keluarga jiwa
Jumlah rumah tangga
Jumlah
1 3
3 5
2 4
15 25
3 5
12 20
4 6
14 23,33
5 7
13 21,66
6 8
3 5
Jumlah 60
100
Sumber : Data diolah dari lampiran 3, 2011.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah anggota rumah tangga terbanyak yaitu pada enam jiwa, dengan asumsi rumah tangga memiliki rata- rata
empat orang anak 23,33 dan hanya sebagian kecil saja yang anggota keluarga berjumlah tiga dan delapan.
c. Pendapatan Keluarga
Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli
masyarakat juga tinggi. Pendapatan rumah tangga di Kecamatan Medan Belawan perbulannya cukup bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Pendapatan Keluarga Sampel di Kecamatan Medan Belawan No
Pendapatan Rpbulan Jumlah
Rumah tangga Jumlah
1 Rp.999.999
3 5
2 Rp 1.000.000 -Rp 1.999.999
47 78,33
3 ≤ Rp 2.000.000
10 16,66
Jumlah 60
100
Sumber : Data diolah dari lampiran 3, 2011.
Dari Tabel diatas dapat dilihat pendapatan Keluarga sampel di Kecamatan Medan Belawan mayoritas berada di kisaran Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999
mencapai 78,33 dan hanya sebagian kecil yang berpendapatan dibawah Rp 1.000.000.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Belawan.
Faktor –faktor yang mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Belawan dianalisis dengan metode
regresi linier berganda. Pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin Y diduga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga X
1
, tingkat pendidikan Ibu X
2
, jumlah anggota keluarga X
3
, jumlah beras raskin yang diterima X
4
, dan jarak rumah tangga dengan pasar sumber pangan X
5
. Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapat
hasil akhir dari estimasi faktor – faktor yang mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Belawan sebagai
berikut :
Y = 700000 + 0.123X
1
– 8000X
2
+ 70000X
3
– 50000X
4
+ 52 X
5
Y = Pengeluaran untuk konsumsi pangan RTM Rp bulan X
1
= Pendapatan keluarga Rp bulan X
2
= Tingkat pendidikan ibu tahun X
3
= Jumlah anggota keluarga jiwa X
4
= Jumlah beras raskin yang diterima kg X
5
= Jarak rumah tangga dengan pasar sumber pangan m Pada model regresi diatas, nilai konstanta tercantum sebesar 700000 yang
menunjukkan bahwa jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan
Universitas Sumatera Utara
nol, maka pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Belawan adalah sebesar Rp 700.000 bulannya.
Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan Adjusted R Square sebesar 0,605. Artinya, 60,5 variabel dependen pengeluaran untuk konsumsi
pangan rumah tangga miskin dijelaskan oleh variabel independen pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, jumlah beras raskin
yang diterima, pengeluaran untuk konsumsi nonpangan dan jarak rumah tangga dengan pasar sumber pangan. Dan sisanya sebesar 39,5 dijelaskan oleh
variabel lain diluar variabel yang digunakan.
1. Pendapatan Keluarga X
1
Pengaruh pendapatan keluarga terhadap pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga dapat dilihat dari koefisien regresi untuk pendapatan
keluarga yang bernilai 0.123, yang berarti bahwa dengan bertambahnya pendapatan keluarga sebesar Rp.1 juta bulan, maka pengeluaran untuk konsumsi
pangan rumah tangga miskin akan bertambah sebesar Rp 123.000. Dimana Secara parsial variabel pendapatan keluarga berpengaruh nyata terhadap
pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari p- value 0.035 0.05.
Hal tersebut dapat dilihat pada rumah tangga miskin di Kecamatan Medan Belawan dimana dengan bertambahnya pendapatan maka rata-rata pengeluaran
untuk konsumsi pangan juga ikut meningkat. Untuk lebih jelasnya tingkat pendapatan rumah tangga sampel dan hubungannya dengan pengeluaran untuk
konsumsi pangan dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Rata–Rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Pangan RTM Berdasarkan Pendapatan Keluarga.
No Pendapatan Rpbln
Rata – rata pendapatan
Rpbln Rata – rata pengeluaran
konsumsi pangan Rpbln
1 Rp.999.999
750.000 562.500
2 Rp 1.000.000 -Rp 1.999.999
1.385.106 738.121
3 ≥ Rp 2.000.000
2.278.000 976.500
Jumlah
Sumber : Data diolah dari lampiran 3, 2011.
Dari Tabel 11 diatas terlihat jelas adanya perbedaan rata – rata pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga dengan berbagai tingkatan
pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan keluarga tersebut, semakin tinggi pula alokasi pengeluaran mereka untuk konsumsi pangan dimana penambahannya
juga cukup signifikan. Menurut penulis di daerah penelitian hal ini sangat wajar terjadi
mengingat dengan bertambahnya pendapatan keluarga, Ibu rumah tangga cenderung untuk menambah atau mengubah menu makanan keluarga, dimana
apabila sebelumnya Ibu rumah tangga hanya menyediakan lauk berupa telur, tahu atau tempe maka ketika pendapatan keluarga naik mereka cenderung untuk
mengubah lauk menjadi ikan atau daging yang sudah tentu memiliki harga yang lebih mahal.
Hal tersebut tentu sesuai dengan pendapat Hardiansah, 1985 yang mengatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan berarti memperbesar
peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal
kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Dengan kata lain adanya hubungan yang positif antara pendapatan dengan konsumsi pangan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Tingkat Pendidikan Ibu X