Jumlah anggota keluarga X

Ini menunjukkan adanya perbedaan yang mendasar dengan asumsi soekirman 2000 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal seorang ibu seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi makanan rumah tangga yang pada akhirnya akan menambah pengeluaran untuk konsumsi pangan itu sendiri dan berbeda juga dengan apa yang dikatakan oleh Hidayat 2005 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan Ibu, disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga. Menurut penulis hal ini diakibatkan karena pendidikan ibu di daerah penelitian hampir merata dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, dan hanya 6.66 ibu rumah tangga yang berpendidikan sampai lulus SMA. Dengan jumlah yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan ibu rumah tangga lainnya, maka mereka cenderung mengikuti kebiasaan masyarakat sekitar. Dimana hal ini sesuai dengan teori Duesenberry yang mengatakan bahwa selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengeruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya tetangga dengan kata lain faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga miskin.

3. Jumlah anggota keluarga X

3 Dilihat dari nilai koefisien regresi untuk jumlah anggota keluarga di daerah penelitian bernilai 70.000. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga sebanyak 1 orang maka pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga bertambah sebesar Rp 70.000 per bulannya. Secara parsial variabel ini juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap Universitas Sumatera Utara pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari nilai p- value 0.002 0.05. Untuk Rumah tangga sampel pada penelitian ini yaitu di Kecamatan Belawan, rata – rata terdiri dari 6 anggota keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini : Tabel 13. Rata – Rata Pengeluaran Untuk Konsumsi Pangan RTM Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga. No Jumlah anggota keluarga Jiwa Jumlah rumah tangga Rata – rata pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga Rpbln 1 3 3 375.500 2 4 15 560.700 3 5 12 640.500 4 6 14 787.282 5 7 13 1.129.336 6 8 3 1.031.900 Jumlah 60 Sumber : Data diolah dari lampiran 3, 2011. Dari Tabel 13 diatas dapat kita lihat adanya pertambahan pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga miskin dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga. Atau dapat dikatakan adanya hubungan yang signifikan, dimana dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga, akan diikuti juga dengan penambahan pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya jumlah anggota rumah tangga maka, rumah tangga tersebut sudah pasti memerlukan penambahan asupan pangan yang tentunya membutuhkan biaya. Dan hal ini sesuai dengan pendapat sanjur 1982 yang mengatakan bahwa nilai absolut belanja pangan akan meningkat pada jumlah anggota keluarga yang besar tetapi belanja pangan perkapita menurun sejalan dengan ukuran ekonomi yang ada. Melihat kondisi tersebut penulis beranggapan bahwa perlunya kesadaran penduduk setempat akan arti pentingnya Universitas Sumatera Utara dari keluarga berencana untuk dapat mengendalikan jumlah anggota keluarga secara khusus bagi rumah tangga miskin itu sendiri. Intinya keluarga miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanan apabila anggota keluarganya kecil. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota besar apabila persediaan pangan cukup, belum tentu dapat mencegah gangguan gizi, karena dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anggota keluarganya berkurang, atau akan menambah alokasi pengeluaran untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga tersebut.

4. Jumlah beras raskin yang diterima X