pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan BKP, 2010.
Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan
elastisitas terhadap kebutuhan bukan makanan relatif tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah
mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan makanan, sedangkan sisa pendapatan dapat
disimpan sebagai tabungan saving atau diinvestasikan BKP, 2010. Uraian di atas dapat menjelaskan bahwa pola pengeluaran merupakan
salah satu variabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, sedangkan pergeseran komposisi pengeluaran dapat
mengindikasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk BKP, 2010. Faktor - faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan rumah tangga
miskin:
1. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan yang tinggi akan memberi peluang yang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan dalam jumlah maupun jenisnya. Keluarga
atau masyarakat yang berpenghasilan rendah mempergunakan sebagian besar dari penghasilannya untuk membeli makanan, dan semakin tinggi penghasilan
semakin menurun proporsi yang digunakan untuk membeli makanan. Rumah tangga yang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan akan
berakibat buruk pada status gizi anggota rumah tangganya. Pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi
Universitas Sumatera Utara
pangan dimana perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti
memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan
dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli Hardiansyah, 1985. Menurut Suhardjo 1989 hubungan pekerjaan dengan pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas dan kualitas makanan. Jelas ada hubungan antara pendapatan dengan gizi yang didorong oleh
pendapatan yang meningkat. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Berg 1986 bahwa terdapat hubungan
yang erat antara pendapatan dan gizi, dimana peningkatan pendapatan akan memperbaiki kesehatan dan gizi. Namun pengeluaran pangan yang bertambah
tidak selalu membawa perbaikan pada susunan makanannya. Orang yang lebih banyak membelanjakan uang yang dimiliki untuk pangan mungkin akan makan
lebih banyak, tetapi belum tentu mutu makanannya lebih baik. Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat
pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat terpenuhi. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor utama
dalam menentukan kualitas dan kuantitas bahan makanan. Besar kecilnya pendapatan rumah tangga tidak lepas dari jenis pekerjaan ayah dan ibu serta
tingkat pendidikannya Soekirman, 2000. Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60-80 dari
pendapatannya dibelanjakan untuk makanan. Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan kebutuhan akan makanan
Universitas Sumatera Utara
untuk tiap 1 perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya Soekirman, 2000.
Pengeluaran rumah tangga sebagai proksi dari pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga. Semakin besar pengeluaran total mengakibatkan
konsumsi energi rumah tangga juga bertambah dengan kata lain apabila pengeluaran total rumah tangga bertambah maka pertambahan tersebut digunakan
untuk memenuhi kekurangan konsumsi energi Arifin dan Sudaryanto,1991. Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan
daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya
keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh
tidak terpenuhi Apriadji, 1986.
2. Tingkat Pendidikan Ibu