47
diceritakan oleh orang yang lain kepada Notaris dalam menjalankan jabatannya.
69
Contohnya adalah akta-akta yang memuat perjanjian hibah, jual beli tidak termasuk penjualan di muka umum atau lelang, kemauan terakhir wasiat, kuasa dan
lain-lain. Dalam “akta partij” tercantum secara otentik keterangan-keterangan dari
orang-orang yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta ini, disamping relaas dari Notaris itu sendiri, yang menyatakan bahwa orang-orang yang hadir itu telah
menyatakan kehendaknya, sebagaimana yang dicantumkan dalam akta ini. Jadi Notaris hanya mendengar apa yang dikehendaki oleh kedua belah pihak yang
menghadap dan menyatakan atau mewujudkan kehendak para pihak dalam akta.
3. Akta Notaris Sebagai Akta Otentik
Menurut Abdul Kohar, akta itu dikatakan otentik, kalau dibuat di hadapan pejabat yang berwenang. Otentik itu artinya sah. Karena Notaris itu adalah pejabat
yang berwenang membuat akta, maka akta yang dibuat di hadapan Notaris adalah akta otentik, atau akta itu sah.
70
Pasal 15 ayat 1 UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenangan Notaris, yaitu membuat akta secara umum, dengan batasan sepanjang:
a. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang. b. Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh
69
G.H.S. Lumban Tobing, Op.cit., hal. 51.
70
Abdul Kohar, Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
48
aturan hukum atau yang dikehendaki oleh yang bersangkutan. c. Mengenai subjek hukum orang atau badan hukum untuk kepentingan siapa
akta itu dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan. d. Berwenang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat, hal ini sesuai dengan
tempat kedudukan dan wilayah jabatan Notaris. e. Mengenai waktu pembuatan akta, dalam hal ini Notaris harus menjamin
kepastian waktu menghadap para penghadap yang tercantum dalam akta. Akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta
otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sesuai dengan pendapat Philipus M. Hadjon sebagaimana dikutip oleh Habib Adjie, yang
menyatakan bahwa syarat akta otentik yaitu:
71
1. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang bentuknya baku; 2. Dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Umum.
Sedangkan menurut Irawan Soerodjo menyatakan, bahwa ada 3 tiga unsur esenselia agar terpenuhinya syarat formal suatu akta otentik, yaitu:
72
1. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang; 2. Dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Umum;
3. Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Pejabat Umum yang berwenang untuk itu dan di tempat dimana akta itu dibuat.
71
Habib Adjie, Sanksi Perdata Dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Op.cit., hal. 56.
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
49
Pasal 1868 KUHPerdata merupakan sumber untuk otensitas akta Notaris juga merupakan dasar legalitas eksistensi akta Notaris, dengan syarat-syarat sebagai
berikut: a. Akta itu harus dibuat oleh door atau di hadapan ten overstaan seorang
Pejabat Umum. Akta yang dibuat oleh door Notaris dalam praktik Notaris disebut Akta
Relaas atau Akta Berita Acara yang berisi uraian Notaris yang dilihat dan disaksikan Notaris sendiri atas permintaan para pihak, agar tindakan atau
perbuatan para pihak yang dilakukan dituangkan kedalam bentuk akta Notaris. Akta yang dibuat di hadapan ten overstaan Notaris, dalam praktik Notaris
disebut Akta Pihak atau Akta Partij, yang berisi uraian atau keterangan, pernyataan para pihak yang diberikan atau yang diceritakan di hadapan
Notaris. Para pihak berkeinginan agar uraian atau keterangannya dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris.
73
Pembuatan akta Notaris baik Akta Relaas maupun Akta Pihak, yang menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta Notaris, yaitu harus ada
keinginan atau kehendak wilsvorming dan permintaan dari para pihak, jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada, maka Notaris tidak akan
membuat akta yang dimaksud. Untuk memenuhi keinginan dan permintaan para pihak, Notaris dapat memberikan saran dengan tetap berpijak pada
aturan hukum. Ketika saran Notaris diikuti oleh para pihak dan dituangkan dalam akta Notaris, meskipun demikian hal tersebut tetap merupakan
73
G.H.S. Lumban Tobing, Op.cit., hal. 51-52.
Universitas Sumatera Utara
50
keinginan dan permintaan para pihak, bukan saran atau pendapat Notaris atau isi akta merupakan perbuatan para pihak bukan perbuatan atau tindakan
Notaris.
74
b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang. Dalam hal suatu akta dibuat tetapi tidak memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh undang-undang, maka akta tersebut kehilangan otentisitasnya dan hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah tangan apabila akta
tersebut ditandatangani oleh para penghadap; c. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta tersebut. Wewenang Notaris sebagai pejabat umum dalam pembuatan akta otentik,
meliputi 4 empat hal yaitu:
75
1. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu;
2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang -orang, untuk kepentingan siapa akta itu dibuat;
3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat;
4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.
4. Kekuatan Akta Otentik Sebagai Alat Bukti