33
terdiri dari 34 pasal, Yang merupakan resume dari peraturan-peraturan yang ada sebelumnya.
47
Pada tahun 1860, pemerintah Belanda menganggap sudah waktunya bagi bangsa Indonesia untuk sedapat mungkin
menyesuaikan peraturan-peraturan mengenai jabatan notaris maka diundangkanlah Peraturan Jabatan Notaris Notaris
Reglement tanggal 26 Januari 1860 Stb. No. 3 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1860.
Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai notaris di Indonesia tersebut setelah sekian lama dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum masyarakat Indonesia, oleh karena itu, perlu untuk diadakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu undang-undang
yang mengatur tentang jabatan notaris sehingga dapat tercipta suatu unifikasi hukum, yang berlaku bagi semua penduduk di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
Kemudian pada tanggal 6 Oktober 2004 diundangkanlah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 117 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432.
2. Pengertian Notaris
Munculnya lembaga Notaris dilandasi kebutuhan akan suatu alat bukti yang mengikat selain alat bukti saksi. Adanya alat bukti lain yang mengikat, mengingat
alat bukti saksi kurang memadai lagi sebab sesuai dengan perkembangan masyarakat,
47
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
34
perjanjian-perjanjian yang dilaksanakan anggota masyarakat semakin rumit dan kompleks.
Notaris berasal dari kata notarius, yaitu orang yang menjalankan pekerjaan menulis pada zaman Romawi. Pada abad kelima dan keenam sebutan notarius,
majemuknya notarii, diberikan kepada penulis atau sekretaris pribadi raja.
48
Ada juga pendapat mengatakan bahwa nama notarius itu berasal dari perkataan ”nota
literaria”, yaitu yang menyatakan sesuatu perkataan. Pengertian Notaris menurut Pasal 1 butir 1 UUJN yaitu: “Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud Undang-Undang ini”. Sementara dalam penjelasan atas UUJN menyatakan bahwa: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya”.
Pengertian yang diberikan oleh UUJN tersebut merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh Notaris. Artinya Notaris memliki tugas sebagai
pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh Undang-Undang Jabatan Notaris.
49
Sebutan Notarius pada abad ke-lima dan ke-enam diberikan kepada penulis atau sekretaris pribadi dari raja dan kepada pegawai-pegawai istana yang
melaksanakan pekerjaan administrasi. Pejabat-pejabat yang dinamakan Notaris merupakan pejabat yang menjalankan tugas untuk pemerintah dan tidak melayani
48
Nico, Op.cit., hal. 31.
49
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia persfektif Hukum dan Etika, Yogyakarta, UII Press, 2009, hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
35
publik, yang melayani publik dinamakan tabelliones, yaitu pejabat yang menjalankan pekerjaan penulis untuk publik atau umum yang membutuhkan keahliannya. Fungsi
dari pejabat ini agak mirip dengan Notaris pada masa sekarang, hanya saja tidak mempunyai sifat Ambtelijk, sehingga akta-akta yang dibuatnya tidak mempunyai
sifat otentik. Dalam Peraturan Jabatan Notaris PJN 1860 ditegaskan bahwa pekerjaan
Notaris adalah pekerjaan resmi ambtelijke verrichtingen dan satu-satunya pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik, sepanjang tidak ada peraturan yang
memberi wewenang serupa kepada pejabat lain.
50
Jabatan Notaris merupakan jabatan yang keberadaannya dikehendaki guna mewujudkan hubungan hukum diantara subyek-subyek hukum yang bersifat
perdata. Notaris sebagai salah satu pejabat umum mempunyai peranan penting yang dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam
melayani masyarakat dalam menjamin kepastian, ketertiban, ketertiban dan perlindungan hukum melalui akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapannya,
mengingat akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam setiap hubungan hukum bila terjadi sengketa dalam kehidupan
masyarakat. Notaris sebagai salah satu penegak hukum karena notaris membuat alat bukti tertulis yang mempunyai kekuatan pembuktian.
Para ahli hukum berpendapat bahwa akta notaris dapat diterima dalam pengadilan sebagai bukti yang mutlak mengenai isinya, tetapi meskipun demikian
50
C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 2003, hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
36
dapat diadakan penyangkalan dengan bukti sebaliknya oleh saksi-saksi, yang dapat membuktikan bahwa apa yang diterangkan oleh notaris dalam aktanya adalah benar.
51
3. Tugas Dan Wewenang Notaris