Hak dan Kewajiban Notaris

39 c. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu. Muhammad Adam menyebutkan bahwa: “Suatu akta akan memiliki suatu karakter yang otentik, yaitu jika hal itu akan mempunyai daya bukti antara pihak-pihak dan pihak ketiga, maka perbuatan-perbuatan atau keterangan-keterangan yang dikemukakan akan memberikan suatu bukti yang tidak dapat dihilangkan”. 54 Kewenangan yang demikian luas ini tentunya harus didukung pula oleh peningkatan kemampuannya untuk melaksanakannya, sehingga program kegiatan yang bertujuan mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan Notaris merupakan sebuah tuntutan dan sebuah keharusan.

4. Hak dan Kewajiban Notaris

Sumpah jabatan Notaris mengandung substansi rahasia jabatan yang mempunyai konsekuensi adanya hak ingkar bagi Notaris. Letak rahasia jabatan Notaris terletak pada bagian sumpah bahwa Notaris akan merahasikan serapat- rapatnya isi akta-akta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hak ingkar pada Notaris merupakan pengecualian untuk memberikan kesaksian di muka pengadilan yaitu sepanjang mengenai isi akta-akta seperti yang diatur dalam Pasal 1909 ayat 3 KUHPerdata, yang menyatakan: “siapa saja yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya diwajibkan undang-undang untuk merahasiakan 54 Muhammad Adam, Asal Usul dan Sejarah Akta Notaris, Bandung, Sinar Bandung, 1985, hal. 31. Universitas Sumatera Utara 40 sesuatu, namun hanya mengenai hal-hal yang dipercayakankepadanya karena kedudukan, pekerjaan dan jabatannya itu”. Menurut Abdul Kohar, ”Notaris berkewajiban untuk merahasiakan isi aktanya bahkan wajib merahasiakan semua pembicaraan-pembicaraan para langganannya pada waktu diadakan persiapan-persiapan untuk membuat akta”. 55 Terkait dengan hal tersebut, maka tidak semua apa yang diberitahukan oleh kliennya kepadanya dalam jabatannya itu dicantumkan dalam akta. Sementara GHS. Lumban Tobing mengatakan, bahwa kepada mereka sendiri melainkan untuk kepentingan masyarakat umum. Sekalipun kepentingan terakhir berada di tangan Hakim, harus diberikan kebebasan tertentu oleh karena mereka akan merahasiakan atau memberitahukan hal-hal yang mereka ketahui tersebut. 56 Kewajiban merahasiakan ini mempunyai dasar yang bersifat hukum publik een publikekrechttelijke inslag yang kuat. Sungguhpun in concre, seseorang individu memperoleh keuntungan dari adanya rahasia jabatan dan hak ingkar, akan tetapi kewajiban merahasiakan dan hak ingkar itu bukan dibebankan untuk melindungi individu itu, melainkan dibebankan untuk kepentingan masyarakat umum. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa perlindungan dari kepentingan individu itu selalu mempunyai kepentingan umum sebagai latar belakangnya. Lebih lanjut GHS. Lumban Tobing berpendapat, bahwa : Sekalipun hal itu tidak dinyatakan secara tegas bahwa dalam sumpah jabatan Notaris termasuk rahasia jabatan yang menimbulkan hak ingkar, namun tidaklah 55 Abdul Kohar, Notaris Dalam Praktek Hukum, Bandung, Alumni, 1983, hal. 29. 56 G.H.S. Lumban Tobing, Op.cit., hal. 107. Universitas Sumatera Utara 41 berarti, bahwa Notaris dan para pembantunya tidak diwajibkan untuk merahasiakan apa yang dibicarakan atau yang terjadi di Kantor Notaris, yang tidak dicantumkan dalam akta. 57 Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib merahasiakan segala sesuatu bersangkutan dengan jabatannya sebagai pejabat umum. Rahasia yang wajib disimpan ini dikenal dengan sebutan rahasia jabatan. Jabatan Notaris dengan sendirinya melahirkan kewajiban untuk merahasiakan itu, baik menyangkut isi akta ataupun hal-hal yang disampaikan klien kepadanya, tetapi tidak dimuat dalam akta, yakni untuk hal-hal yang diketahui karena jabatannya uit hoofed van zijn ambt. Konsekuensi adanya rahasia jabatan, adalah apabila Notaris tersebut berperan sebagai saksi, dia mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi, dia mempunyai hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi, seperti yang ditetapkan dalam Pasal 1909 ayat 2 point 3e KUHPerdata dan Pasal 170 ayat 1 KUHAP. Dalam ketentuan Pasal 170 ayat 1 KUHAP, dinyatakan: “mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka”. Sedangkan dalam Pasal 1909 ayat 2 point 3e. KUHPerdata dinyatakan: “Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya, atau jabatannya menurut undang-undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya dipercayakan kepadanya sebagai demikian”. 57 Ibid., hal. 116. Universitas Sumatera Utara 42 Ketentuan tersebut di atas, kembali menegaskan bahwa setiap individu yang diberikan secara sadar kepercayaan oleh pihak lain dalam lingkup kedudukan, pekerjaan, dan jabatannya, maka hal-hal yang dipercayakan kepadanya harus dirahasikan sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-undang. Pada asasnya, kewajiban untuk memberikan kesaksian bagi Notaris adalah fakultatif, artinya hal itu tergantung pada penilaian dari Notaris itu sendiri. 58 Hak lain yang dimiliki oleh Notaris adalah hak untuk mengambil cuti, hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai Pasal 35 UUJN. Seorang Notaris yang cuti dianggap meletakkan jabatan untuk sementara, konsekwensinya dari hal itu, dia tidak boleh membuat akta dalam waktu cuti tersebut dan apabil hal tersebut dilanggar maka akta yang dibuatnya menjadi akta dibawah tangan. Notaris juga berhak memungut honorarium atas kliennya dibuatkan suatu akta atas perbuatan hukum yang dilakukan dihadapannya diatur di Pasal 36 UUJN. Sedangkan yang menjadi kewajiban Notaris adalah mengangkat sumpah terlebih dahulu sebelum menjalankan jabatannya dihadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk, selain itu juga mempunyai kewajiban menetap tempat tinggal yang sebenarnya dan tetap di tempat itu, mengadakan kantor dan menyimpan aktanya ditempat kedudukan yang ditunjuk baginya. Notaris berkewajiban pula bagi Notaris untuk memberikan bantuan cuma- cuma kepada mereka yang disebutkan dalam Pasal 37 UUJN. Ada dua hal-hal lain dimana Notaris wajib menolak memberikan bantuannya yaitu dalam hal pembuatan akta yang isinya bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan. Juga dalam 58 Ibid, hal. 119. Universitas Sumatera Utara 43 hal pembuatan akta di mana tidak ada saksi-saksi yang tidak dapat dikenal oleh Notaris ataupun tidak dapat diperkenalkan kepada Notaris. Kewajiban Notaris lainnya diatur dalam Pasal 16 UUJN bagi Notaris, yakni : a. Notaris harus jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam pembuatan hukum; b. Membuat akta dalam minuta akta yang selanjutnya disimpan sebagai protokol notaris; c. Mengeluarkan grosse, salinan, kutipan akta berdasarkan minuta akta; d. Memberikan pelayanan sesuai dengan UU kecuali ada alasan untuk ditolak. e. Merahasiakan segala sesuai akta yang dibuatnya; f. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 akta apabila tidak muat 1 buku maka dapat dibuat 2 buku. g. Membuat daftar akta protes tidak dibayar dan tidak diterimanya surat berharga; h. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat; i. Mengirimkan daftar akta atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat; j. Mencatat dalam reportorium tanggal pengiriman daftar wasiat setiap akhir bulan; k. Mempunyai cap stempel yang membuat lambang garuda; l. Membaca akta dihadapan penghadap dengan dihadiri 2 orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga; m. Menerima magang calon Notaris; n. Penyimpanan minuta akta tidak berlaku apabila Notaris mengeluarkan akta bentuk original contohnya pembayaran uang sewa, bunga dan pensiun; penawaran pembayaran tunai; akta kuasa; keterangan pemilikan; o. Pembacaan akta tidak berlaku apabila penghadap tidak menghendaki akta dibaca karena telah mengetahui dan memahami akta tersebut.

B. Tinjauan Umum tentang Akta Otentik 1. Pengertian Akta

Akta Otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang berkepentingan, Universitas Sumatera Utara 44 Akta otentik terutama memuat keterangan seorang pejabat, yang menerangkan apa yang dilakukannya dan dilihatnya dihadapannya. Para pakar hukum memberi pengertian yang saling berbeda mengenai akta, yaitu diantaranya: Sudikno Mertokusumo menyatakan akta adalah: ”surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu, hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi, untuk dapat digolongkan dalam pengertian akta maka surat harus ditanda tangani”. 59 Menurut Subekti menyatakan akta adalah: ”suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa, karenanya suatu akta harus selalu ditandatangani”. 60 A. Pitlo menyatakan bawah akta adalah: “suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang lain untuk keperluan siapa surat itu dibuat”. 61 Sedangkan akta menurut Abdul Kohar adalah: ”akta atau disebut juga akte, ialah tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti”. 62 Pengertian akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata yaitu: “akta otentik yaitu suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu”. Akta otentik merupakan bukti yang lengkap antara para pihak dan para ahli 59 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, 1993, hal. 120. 60 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa, 1985, hal. 78. 61 Pitlo dalam Victor. M. Situmorang, dkk, Grosse Akta Dalam Pembuktian Dan Eksekusi, Jakarta, Rineka Cipta, 1992, hal. 37. 62 Abdul Kohar, Op.cit., hal. 3. Universitas Sumatera Utara 45 warisnya dan mereka yang mendapat hak dari padanya tentang yang tercantum didalamnya. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai akta oleh para ahli hukum tersebut, maka untuk dapat dikatakan sebagai akta, suatu surat harus memenuhi syarat-syarat yaitu: a. Surat tersebut harus ditandatangani, hal ini untuk membedakan akta yang satu dengan akta yang lain atau dari akta yang dibuat oleh orang lain. Jadi tanda tangan berfungsi untuk memberikan ciri atau mengindividualisir sebuah akta ; b. Surat harus memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak atau peristiwa, yaitu pada akta harus berisi suatu keterangan yang dapat menjadi bukti yang diperlukan; c. Surat tersebut sengaja dibuat sebagai alat bukti, maksudnya dimana di dalam surat tersebut dimaksudkan untuk pembuktian suatu peristiwa hukum yang dapat menimbulkan hak atau perikatan. 63 Secara teroritis, yang dimaksud dengan akta otentik adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja dibuat untuk pembuktian. Sejak semula dengan sengaja berarti bahwa sejak awal dibuatnya surat itu tujuannya adalah untuk pembuktian dikemudian hari apabila terjadi sengketa. 64 Secara umum dapat disimpulkan bahwa akta Notaris adalah akta otentik, yaitu suatu tulisan yang dibuat untuk membuktikan suatu peristiwa atau hubungan tertentu. Sebagai suatu akta otentik, maka akta Notaris tersebut memberikan kekuatan pembuktian yang kuat dan sempurna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam akta tersebut. 63 Suharjono, Sekilas Tinjauan Akta Menurut Hukum, Majalah Varia Peradilan Tahun XI Nomor 123, Desember 1995, hal. 129-130. 64 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Op.cit., hal. 145 Universitas Sumatera Utara 46

2. Jenis-jenis Akta

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

ANALISA YURIDIS SAHNYA PERJANJIAN YANG DIBUAT DENGAN AKTA NOTARIIL YANG DITANDA TANGANI DI RUMAH TAHANAN KEPOLISIAN (Kajian Putusan Mahkamah Agung RI No. 3641 K/Pdt/2001)

0 16 79

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN YANG DIBUAT DI DALAM RUMAH TAHANAN NEGARA ( Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3641.K/Pdt/2001 )

2 8 18