28
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, karya ilmiah, pendapat para ahli
hukum, buku-buku teks, surat kabar Koran, pamphlet, lefleat, brosur, dan berita internet, yang berkaitan dengan penelitian.
c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, yang berupa kamus,
ensiklopedi, dan lain-lain.
46
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari serta menganalisa data yang berkaitan
dengan objek
penelitian dan
peraturan perundang-undangan,
menelaah pelaksanaannya dan kemudian mengambil kesimpulan. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Penelitian kepustakaan library research atau studi dokumen, yaitu dengan
membaca, mempelajari
dan menganalisa
literaturbuku-buku, peraturan
perundang-undangan dan bahan-bahan lain, untuk memperoleh data sekunder. 2. Penelitian lapangan field research dilakukan untuk menghimpun data primer
dengan cara wawancara, dilakukan secara langsung kepada nara sumber, dengan mempergunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara.
46
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op Cit, h. 157-158.
Universitas Sumatera Utara
29
6. Analisa Data
a. Analisa data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-
teori yang telah didapat sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan yang memberikan telaah yang dapat berarti menentang,
mengkritik, mendukung, menambah atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri
dan bantuan teori yang telah dikuasai.
47
b. Mensistemasi data. Dimana peneliti mengadakan pemeriksaan terhadap informasi yang didapat dari responden dan narasumber, terutama kelengkapan
jawaban yang diterima dan memperhatikan adanya keterhubungan antara data primer dengan data sekunder, dan diantara bahan-bahan hukum yang
dikumpulkan satu
hal yang
perlu diperhatikan
adalah data
harus diklasifikasikan secara sistematis.
48
c. Menganalisa data kualitatif. Semua data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisa secara kualitatif, yaitu analisis terhadap data-data yang dinyatakan
oleh responden secara tertulis atau lisan serta tingkah laku yang nyata, dan menganalisa bahan-bahan hukum.
49
Karena metode kualitatif ini adalah metode
yang mengungkapkan
fakta-fakta secara
mendalam berdasar
karakteristik ilmiah dari individu atau kelompok untuk memahami dan
47
Ibid, h. 183.
48
Ibid, h. 181.
49
Ibid, h. 192.
Universitas Sumatera Utara
30
mengungkapkan sesuatu.
50
Kemudian peneliti harus dapat menentukan data mana atau bahan hukum mana yang memiliki kualitas sebagai data atau bahan
hukum yang diharapkan atau diperlukan, dan data atau bahan hukum mana yang tidak relevan dan tidak ada hubungannya dengan materi penelitian,
sehingga dalam analisis dengan pendekatan kualitatif ini yang dipentingkan adalah kualitas data.
51
d. Penarikan kesimpulan. Dalam pengolahan data peneliti menarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan cara induktif, yaitu cara berfikir yang bertolak
dari hal-hal yang khusus yang kemudian dicari generalisasinya yang bersifat umum, sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan
objek yang diteliti.
50
Ibid, h. 53.
51
Ibid, h. 192.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II PELAKSANAAN PERUBAHAN HAK MILIK ATAS TANAH MENJADI HAK
GUNA BANGUNAN PADA YASPENDHAR MEDAN
A. Landasan Hukum Hak Milik
Sebelum berlakunya UUPA, hukum atas tanah di Indonesia bersifat dualisme, artinya selain diakui berlakunya hukum tanah adat yang bersumber dari hukum adat,
diakui pula peraturan mengenai tanah yang didasarkan atas hukum barat. Setelah berlakunya UUPA pada tanggal 24 September 1960, berakhirlah masa dualisme
hukum tanah Indonesia menjadi suatu unifikasi hukum tanah. Hak Milik sebagai suatu lembaga hukum dalam hukum tanah telah diatur baik dalam hukum tanah
sebelum UUPA, maupun dalam UUPA.
52
Namun begitu sangat perlu bagi kita untuk memahami benar Hak Milik yang diatur dalam UUPA. Berbeda dengan hak
Eigendom yang dikenal dalam KUHperdata dimana hak tersebut bersifat mutlak seperti disebut pada pasal 570. Sedangkan pada UUPA bahwa hak milik tersebut
tidak boleh bertentangan dengan fungsi sosialnya yang berarti didalam hak tersebut terkandung hak dari masyarakat.
53
Hak milik atas tanah mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagaimana disebutkan pada pasal 20 UUPA ayat :
54
52
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, h. 1.
53
A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria Bandung: Mandar Maju, 2008, h, 137.
54
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Jakarta : Djambatan, 2006, h.12.
31
Universitas Sumatera Utara
32
1 “Hak Turun Temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 Semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial. 2 Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.”
Dari ayat 1 pasal 20 UUPA tersebut dapat di uraikan sebagai berikut: Maksud hak turun temurun adalah Hak Milik atas tanah dapat berlangsung
terus selama pemiliknya masih hidup dan apabila pemiliknya meninggal dunia, maka Hak Milik tersebut dapat dilanjutkan oleh warisnya sepanjang
memenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik. Maksud hak terkuat adalah Hak Milik atas tanah tersebut lebih kuat jika dibandingkan dengan hak atas
tanah
yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu,
mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain dan tidak mudah hapus. sedangkan
terpenuh adalah Hak Milik atas tanah memberi wewenang kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain,
dapat menjadi induk bagi hak atas tanah lain, tidak berinduk pada hak atas tanah yang lain.
55
1. Subjek Hak Milik