34
ataupun mengalihkan hak tersebut dalam bentuk hak lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Selain itu juga dikarenakan Hak Milik merupakan hak yang terkuat dan terpenuh yang memberikan kewenangan kepada pemiliknya untuk memberikan
kembali suatu hak lain di atas bidang tanah Hak Milik. Hak dimaksud dapat berupa Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai, dengan pengecualian Hak Guna Usaha. Hal ini
hampir sama dengan kewenangan Negara sebagai penguasa untuk memberikan tanah kepada warganya,
58
Walaupun hak ini tidak mutlak sama tetapi tetap harus
mempunyai fungsi sosial.
2. Peralihan Hak Milik
Sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat 2 UUPA, Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Peralihan Hak Milik tersebut dapat dalam bentuk
beralih dan dalam bentuk dialihkan: 1. Beralih artinya berpindahnya Hak Milik atas tanah dari pemilik sebelumnya
kepada pihak lain dikarenakan suatu peristiwa hukum. Misalnya : meninggalnya pemilik tanah. Dengan demikian hak milik atas tanahnya terpindah atau beralih
secara hukum kepada ahli warisnya sepanjang ahli warisnya memenuhi syarat- syarat sebagai subjek hukum.
59
2. Dialihkanpemindahan hak artinya beralihnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan adanya suatu perbuatan hukum,
58
Kartini Mulyadi dan Gunawan Wijaya, Hak-Hak Atas Tanah-Seri Hukum Harta Kekayaan, Jakarta: Kencana, 2007, h.30.
59
Ibid, h. 91
Universitas Sumatera Utara
35
perbuatan hukum dimaksud adalah : jual beli, tukar, menukar, hibah pemasukan atau pernyertaan ke dalam modal perusahaan inbreng, lelang, pembagian hak
bersama, pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan
dan Pemberian Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan.
60
Berkenaan dengan pemindahan hak milik undang-undang juga telah mengaturnya, bahwa:
1. “Jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut adat dan perbuatan-perbuatan lain dimaksudkan untuk pemindahan
hak milik serta pengawasannya diatur oleh peraturan pemerintah”.
61
2. Setiap jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung ataupun tidak
langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada seorang warga Negara
yang disamping
kewarganegaraan Indonesianya
mempunyai kewarganegaraan asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali yang
ditetapkan pemerintah, termasuk dalam pasal 21 ayat 2, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak
pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung, serta semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.
62
Peralihan hak atas tanah dan bangunan tersebut berkaitan dengan hukum dan ditandai oleh adanya bukti yang dapat berupa akta jual beli, hibah, fatwa waris, surat
keputusan pemberian hak atas tanah dan bangunan, dan lain-lain. Untuk memberikan kepastian dan kekuatan hukum pemilikan tanah dan bangunan maka setiap peralihan
hak harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang mengatur setiap peralihan
60
Mhd.Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Op.Cit. h. 30.
61
Pasal 37 PP No. 2497.
62
Pasal 26 UUPA
Universitas Sumatera Utara
36
hak dan dilakukan secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk selanjutnya didaftarkan pada instansi yang berwenang yaitu Kantor
Pertanahan setempat untuk memperoleh sertifikat hak. Dengan demikian hak atas tanah dan bangunan secara sah ada pada pihak yang memperoleh hak tersebut
sehingga dapat dipertahankan terhadap semua pihak.
63
3. Terjadinya Hak Milik