Faktor Keterbatasan Anggaran yang Dimiliki Yayasan

95 Berdasarkan Penelitian yang dilakukan kendala-kendala yang dihadapi antara lain yaitu :

1. Faktor Keterbatasan Anggaran yang Dimiliki Yayasan

Secara teknis, permohonan tersebut memakan waktu yang panjang dan bertahun tahun disebabkan pihak Yaspendhar selaku yayasan yang bergerak pada bidang pendidikan dan badan hukum nirlaba tidak memiliki anggaran yang memadai untuk melunasi uang pemasukan kepada Negara. Ketentuan biaya ini merupakan pelaksanaan dari PMA No.41998 tentang Pedoman Penetapan Uang Pemasukan pada Negara sekarang tidak berlaku lagi dengan diundangkannya PP No 13 tahun 2010. Sebagaimana termuat dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut Nomor : 34-550.2-22-2001, menyatakan bahwa Yaspendhar selaku penerima hak diwajibkan membayar lunas uang pemasukan kepada Negara untuk tanah seluas 9.433 m 2 sebesar Rp. 324.872.550,- tiga ratus dua puluh empat delapan ratus tujuh puluh dua ribu lima ratus lima puluh rupiah. Untuk Biaya tersebut pemohon mengajukan Surat permohonan No;506GY2001, tanggal 24 september 2001, kepada Menteri Keuangan melalui Kanwil BPN Propinsi Sumut untuk diberikan keringanan pembayaran uang pemasukan kepada Negara. Permohonan tersebut kemudian diteruskan kepada menteri keuangan dalam hal mana permohonan tersebut tidak mendapat tanggapan. Demikian juga terhadap permohonan kedua yang isinya sama dengan permohonan sebelumnya untuk mendapatkan keringanan dalam pembayaran pemasukan uang kepada Negara juga tidak mendapat balasan. 152 152 Hasil wawancara dengan Syaiful Nahar, Sekretaris II Yaspendhar Medan, tanggal 4 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara 96 Sehubungan dengan tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh Pemohon dalam hal pembayaran uang pemasukan pada negara, maka SK itu batal dengan sendirinya setelah jangka waktu sembilan bulan sebagaimana termuat dalam diktum kelima SK Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut Nomor : 34-550.2-22-2001. Sehingga pemohon mengajukan permohonan hak kembali kepada kantor pertanahan melalui Surat Nomor : 550.2.35, tanggal 2 Agustus 2005. Sebelumnya telah dilakukan pengukuran ulang yang dimohonkan oleh pemohon berkenaan dengan adanya kesalahan pada pengukuran tanah oleh panitia A, yakni kesalahan pada kekurangan luas dalam pengukuran sebelumnya. Pengukuran dilaksanakan oleh Panitia A, dalam hal ini pemohon dikenakan biaya sebesar Rp. 469.000,- Untuk biaya pengukuran, transportasi dan biaya panitia A sehingga diperoleh Luas keseluruhan tanah yang dimohonkan mencapai 11.274 m 2 sebelas ribu dua ratus tujuh empat meter persegi, sebagaimana tertera dalam Surat Ukur No.02Jati2005, dengan demikian surat ukur No 2Jati 1998 batal demi hukum. Namun demikian ternyata ada kurang bayar atas BPHTB dikarenakan sudah terlalu lamanya jarak antara SK Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut Nomor : 34-550.2-22-2001, ditambah lagi adanya tambahan luasan tanah negara sebesar 544 m 2 , dikarenakan adanya kesalahan ukur pada pengukuran sebelumnya, sehingga BPHTB yang harus dibayarkan menjadi semakin tinggi dengan adanya kurang bayar tersebut. Akhirnya untuk melunasi setoran pada kas Negara dan kekurangan BPHTB tersebut maka Yaspendhar melunasinya dengan cara bertahap. Kemudian setelah Universitas Sumatera Utara 97 Yaspendhar melunasi semua kewajibannya berkenaan dengan biaya-biaya yang dikenakan, maka barulah sertipikat hak Guna Bangunan No. 301Jati diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Medan. 153 Kemudian setelah Yaspendhar melunasi semua kewajibannya berkenaan dengan biaya-biaya yang dikenakan, maka barulah sertipikat hak Guna Bangunan No. 301Jati diterbitkan oleh Kantor Pertanahan KotaMadya Medan. Walaupun proses penurunan dari Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan Yaspendhar tidak dikenakan biaya, namun dikarenakan ada proses penggabungan dalam memperoleh Hak Guna Bangunan tersebut, maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan menjadi sangat besar bagi Yaspendhar, sebagai yayasan yang merupakan badan hukum nirlaba tentunya jumlah tersebut sangat besar. Mengingat adanya kebutuhan lain yang harus diprioritaskan sehubungan dengan aktifitas yayasan pada bidang pendidikan yang notabene bukan untuk mencari keuntungan. Sehingga akhirnya proses terbitnya sertifikat tersebut mengalami kendala salah satunya disebabkan karena keterbatasan anggaran atau dana yang dimiliki yayasan.

2. Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan