Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan Kendala Dalam Hal Birokrasi

97 Yaspendhar melunasi semua kewajibannya berkenaan dengan biaya-biaya yang dikenakan, maka barulah sertipikat hak Guna Bangunan No. 301Jati diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Medan. 153 Kemudian setelah Yaspendhar melunasi semua kewajibannya berkenaan dengan biaya-biaya yang dikenakan, maka barulah sertipikat hak Guna Bangunan No. 301Jati diterbitkan oleh Kantor Pertanahan KotaMadya Medan. Walaupun proses penurunan dari Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan Yaspendhar tidak dikenakan biaya, namun dikarenakan ada proses penggabungan dalam memperoleh Hak Guna Bangunan tersebut, maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan menjadi sangat besar bagi Yaspendhar, sebagai yayasan yang merupakan badan hukum nirlaba tentunya jumlah tersebut sangat besar. Mengingat adanya kebutuhan lain yang harus diprioritaskan sehubungan dengan aktifitas yayasan pada bidang pendidikan yang notabene bukan untuk mencari keuntungan. Sehingga akhirnya proses terbitnya sertifikat tersebut mengalami kendala salah satunya disebabkan karena keterbatasan anggaran atau dana yang dimiliki yayasan.

2. Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan

Salah satu kendala yang mengghambat proses percepatan pelaksanaan dalam penerbitan sertipikat kepada Yaspendhar adalah terkait pada pengenaan BPHTB yaitu bea perolehan hak atas tanah dan bangunan karena terjadi peralihan dan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Hal ini terkait dengan diterbitkannya 153 Hasil wawancara dengan Syaiful Nahar, Sekretaris II Yaspendhar Medan, pada tanggal 4 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara 98 Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang BPHTB Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dengan Penentuan Nilai Perolehan Objek Tanah Tidak Kena Pajak NPOTKP. Sebelum berlakunya BPHTB ini Yayasan yang memohon hak hanya membayar biaya yang ditentukan oleh instansi BPN, namun dengan adanya BPHTB maka Pemohon wajib membayar uang pemasukan kepada BPN,ditambah dengan BPHTB. Selain itu juga pengenaan BPHTB bagi kegiatan pendaftaran tanah menyimpang dari tujuan pendaftaran tanah itu sendiri,yang semata-mata hanya untuk Rechtscadaster, tidak untuk fiscalcadaster yang merupakan kepentingan perpajakan. Secara operasional pengenaan BPHTB tersebut menghambat percepatan pendaftaran tanah terbitnya sertipikat. 154 Selain itu biaya yang dibebankan atas ketentuan tersebut mengakibatkan proses ini berlarut-larut sehingga menjadikan Yayasan enggan untuk mendaftarkan tanah-tanah lain yang dimiliki Yaspendhar 155

3. Kendala Dalam Hal Birokrasi

Prosedur pendaftaran hak atas tanah dilalui Yaspendhar dengan birokrasi yang panjang dan berbelit-belit menjadi sangat tidak efisien dari segi waktu dan biaya. Semula Yaspendhar mengajukan permohonan pada Tanggal 21 Juli 1997, dikarenakan belum adanya tanggapan dari pihak termohon dalam hal ini kantor pertanahan maka diajukan kembali permohonan pendaftaran hak tersebut pada 154 Hasil wawancara dengan Abd. Rahim Lubis, Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan Kanwil BPN Sumut, Medan, pada tanggal 22 Juli 20011. 155 Hasil Wawancara dengan Saiful Nahar, S.E. M.M, Sekretaris II Yaspendhar Medan, Pada Tanggal 2 Juli 2011. Universitas Sumatera Utara 99 tanggal 10 Oktober 1997 namun juga masih belum ditanggapi, sehingga diajukan beberapa kali lagi permohonan. Kemudian barulah mulai diperoses hingga diterbitkan SK Kepala Kantor Wilayah BPN Sumatera Utara pada tanggal 22 Agustus 2001. Namun begitu proses ini terus berjalan memakan waktu lama dan biaya yang cukup besar, dikarenakan Yaspendhar mengajukan permohonan untuk keringanan pembayaran uang pemasukan pada negara dan hal ini juga memakan waktu yang cukup lama menunggu jawaban dari Menteri Keuangan atas permohonan dimaksud. Karena Poses Birokrasi yang berbelit-belit untuk mengajukan permohonan keringanan biaya yang harus disetor kepada kas Negara saja Yayasan harus melalui beberapa tahap birokrasi, yaitu pertama mengajukan permohonan keringanan biaya kepada Kantor Wilayah pertanahan Kotamadya Medan, untuk kemudian diteruskan kepada kantor wilayah BPN SUMUT dan selanjutnya diteruskan kepada Menteri Negara Agraria Kepala BPN untuk kemudian diteruskan Permohonan tersebut kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia. Menjelang keputusan ini terbit maka Hal ini memakan waktu lebih dari satu tahun Sehingga akhirnya SK Kakanwil BPN Sumut Nomor : 34-550.2-22-2001 Batal dengan sendirinya jika kewajiban kewajiban pemohon sebagaimana dimuat dalam SK tersebut tidak dipenuhi. 156 Ditambah lagi Yaspendhar mengajukan keringanan atas BPHTB yang prosedurnya sama, dan memakan waktu lama karena panjangnya jalur birokrasi yang harus ditempuh Yaspendhar. 156 Hasil wawancara dengan Syaiful Hasil, Sekretaris II Yaspendhar Medan, pada tanggal 4 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara 100

4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki BPN