pada penelitian ini sebesar 71,2, Hutagalung 1996 proporsi kejadiannya adalah 69,50 menyerang laki-laki, Siahaan 1996 menemukan Penderita terbanyak adalah
laki-laki 65,27. Laki-laki lebih banyak menderita tumor ganas THT-KL dibandingkan
perempuan dilaporkan pada hampir semua penelitian, hal ini diduga ada hubungannya dengan kebiasaan hidup serta pekerjaan yang menyebabkan laki-laki sering kontak
dengan karsinogen penyebab tumor ganas THT-KL. Risiko juga meningkat pada peminum alkohol dan merokok. Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi
yang sering ditemukan pada tumor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi terjadi tumor ganas THT-KL dibanding pada yang bukan perokok.
Alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor ganas THT-KL, seseorang dengan riwayat merokok 40 bungkus pertahun dan minum alkohol 5 botol perhari dapat
meningkatkan resiko 40 kali terjadinya tumor ganas THT-KL. Efek langsung dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat karsinogenik.
Merokok dan minum alcohol juga menyebabkan mutasi dari dari gen supresor tumor p53 Goldenberg, et al. 2004
5.1.3 Distribusi frekuensi penderita tumor ganas THT-KL menurut suku bangsa
Pada penelitian ini suku Batak adalah suku yang tersering dijumpai tumor ganas THT-KL sebesar 50,3. Hasil yang serupa juga dijumpai pada penelitian Sihotang
2007, yang menjumpai suku yang sering ditemukan adalah suku Batak 50. Indonesia termasuk kelompok Malaya Polinesia dari ras Mongoloid mempunyai
kekerapan yang cukup tinggi Roezin, 1995; Chew, 1997. Perbedaan yang didapat pada penelitian ini dibandingkan sentra lain mungkin dipengaruhi lokasi rumah sakit dan
Universitas Sumatera Utara
suku terbanyak di daerah tersebut. Pada suku Batak telah ditemukan alel gen yang potensial sebagai penyebab kerentanan timbulnya tumor ganas nasofaring yaitu alel gen
HLA-DRB08, dimana tumor ganas nasofaring termasuk dalam salah satu tumor ganas tersering di bagian THT-KL Munir, 2007. Sedangkan pada penelitian lain terutama
penelitian internasional, suku yang terlibat adalah suku yang paling banyak dijumpai pada negara tersebut, seperti pada penelitian Hashibe et al 2009 di Amerika Serikat
menjumpai ras yang paling banyak dijumpai adalah ras Kulih Putih 73,7 dan yang paling sedikit adalah ras Asia 0,5.
5.1.4 Distribusi frekuensi penderita tumor ganas THT-KL menurut Pendidikan
Pada penelitian ini pendidikan SD adalah paling banyak dijumpai pada penderita tumor ganas THT-KL 33,8, dan yang tidak bersekolah paling sedikit dijumpai
0,7. Hasil yang senada didapatkan pada penelitian Hashibe et al 2009 yang menemukan pendidikan penderita tumor ganas kepala leher yang paling dijumpai adalah
SD 38,7 dan paling sedikit adalah tidak berpendidikan 0,8. Menurut peneliti hal ini dikarenakan banyak penduduk di Indonesia yang masih berpendidikan rendah yaitu
SD. Hasil yang berbeda didapati pada penelitian Ronis et al 2008 dan Deleyianis et al 1996, yang masing-masing menemukan tingkat pendidikan yang paling sering
dijumpai adalah perguruan tinggi 53,5 dan SMA 50.
5.2 Karakteristik Tumor 5.2.1 Distribusi Frekuensi Penderita Tumor Ganas THT-KL menurut Tahun