4. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Tanjungkarang
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Sebagian besar masyarakat Desa Tanjungkarang adalah etnis Jawa. Masyarakat Jawa secara tradisi menganut konsep sosial gender yang
patriarkis. Peran masing-masing anggota keluarga ditentukan oleh struktur kekuasaan laki-laki ayah sebagai kepala keluarga yang secara hierarkis
memiliki kewenangan paling tinggi dalam keluarga. Hierarki dilanjutkan pada perbedaan usia dan jenis kelamin anggota keluarga, misalnya saudara
laki-laki memiliki struktur sosial lebih tinggi dibanding saudara perempuan. Relasi yang terbangun seringkali menempatkan seolah-olah laki-laki
memiliki kemampuankekuasaankekuatan lebih besar dibanding anggota keluarga perempuan. Banyak streotype bahkan mitos yang sudah tertanam
di masyarakat, misalnya tanggungjawab mutlak terhadap ekonomi keluarga hanya ada ditangan ayahsuami, sementara tanggungjawab domestik
merupakan tanggung jawab ibuistri. Berdasarkan data monografi yang diperoleh, tampak bahwa
perempuan di Desa Tanjungkarang kini sudah banyak yang ikut bekerja di ranah publik. Banyaknya perempuan yang sudah bekerja di ranah publik
menandakan bahwa budaya patriarki yang ada dimasyarakat sudah tidak seperti
jaman dahulu,
dimana masyarakat
menganggap bahwa
tanggungjawab mutlak terhadap ekonomi keluarga hanya ada di tangan ayahsuami. Sekarang, perempuan tidak lagi hanya berkecimpung di ranah
domestik, akan tetapi sudah leluasa mengaktualisasikan dirinya di ranah
publik. Tidak hanya itu, kehadiran PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Tanjungkarang juga turut membuka peran serta atau partisipasi perempuan.
PNPM Mandiri Perkotaan hadir di Desa Tanjungkarang sejak tahun 2007. PNPM Mandiri perkotaan merupakan program nasional dalam wujud
kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang telah
dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum. PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah kelanjutan dari
P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan sebagai upaya membangun kemandirian masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan
secara berkelanjutan. Alasan utama diselenggarakannya P2KP adalah semakin tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia sehingga perlu adanya
upaya-upaya untuk menanggulanginya. Berbagai program dalam rangka menanggulangi kemiskinan di
Indonesia sebenarnya sudah banyak dilaksanakan, tetapi belum mampu menyelesaikan masalah kemiskinan tersebut. Oleh karena itu, paradigma
pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran, yaitu dari pembangunan yang semula top down menjadi pembangunan yang lebih
menitikberatkan pada aspirasi dari masyarakat yang dikenal dengan bottom up. Program-program pembangunan yang semula masih bersifat sentralistik,
kini berubah menjadi pembangunan yang sifatnya partisipatif, yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku aktif dalam pembangunan. Ciri
dari pembangunan ini adalah adanya perencanaan yang merupakan hasil
dari musyawarah bersama masyarakat sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat.
Sebelum hadirnya
PNPM Mandiri
Perkotaan di
Desa Tanjungkarang, perempuan memiliki kegiatan sebagai pengurus domestik
dan bekerja di ranah publik. Hal ini berarti bahwa sebelum adanya PNPM Mandiri Perkotaan, perempuan sudah memiliki beban ganda. Kemudian,
hadirnya PNPM Mandiri Perkotaan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk ikut berpartisipasi. Dalam pembahasan ini berarti bahwa
selain memiliki aktivitas sebagai pengurus domestik dan pencari nafkah, perempuan juga memiliki kesempatan berpartisipasi dalam proses
pemberdayaan melalui PNPM Mandiri Perkotaan.
B. Bentuk Partisipasi Perempuan dalam Proses Pemberdayaan Melalui