masyarakat melalui program pemberdayaan berbasis pertanian budidaya pembenihan kentang. Proses pemberdayaan dapat berjalan lancar dengan
memanfaatkan birokrasi Desa dan peran tokoh masyarakat. Sesuai penjelasan di atas bahwa pemberdayaan masyarakat sangat
diperlukan untuk mengatasi atau mengarahkan pembangunan terutama masyarakat desa agar menjadi masyarakat yang mandiri. Berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini akan mengkaji program atau proses pemberdayaan masyarakat yang akan ditelaah secara spesifik pada
aspek partisipasi perempuan dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri Perkotaan.
2. Kajian Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi merupakan keterlibatan sosial dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk ikut serta menyumbangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan kelompok dan ikut bertanggungjawab atas tujuan kelompok tersebut. Menurut Mubyarto dalam Suparjan,
2003:58, partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya program sesuai dengan kemampuan setiap orang, bukan berarti harus
mengorbankan kepentingan diri sendiri. Inti dari partisipasi masyarakat adalah sikap sukarela masyarakat untuk membantu keberhasilan program
pembangunan. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikemukakan
oleh Conyers 1992: 154 sebagai berikut :
a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
b. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembanguanan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
c. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan
suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat dapat diharapkan timbul jika terdapat kondisi di mana ada rasa saling mempercayai antara pengelola dan masyarakat, ada
ajakan atau kesempatan bagi masyarakat untuk ikut serta sejak awal perencanaan kegiatan, ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan ada
contoh dari pimpinan masyarakat. Partisipasi yang dibutuhkan adalah partisipasi yang bertanggungjawab, dan hal ini harus dimiliki oleh setiap
orang atau organisasi yang ikut ambil bagian dalam aktivitas bersama tersebut. Partisipasi akan mampu mencapai hasil optimal kalau masing-
masing telah mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dirinya dari kegiatan tersebut.
Keberhasilan dari program pembangunan pada hakekatnya akan ditentukan oleh sejauhmana kebijakan yang diformulasikan tersebut
mendapat dukungan dari warga masyarakat. Sebagus apapun program- program dibuat, jika tidak memperhatikan aspirasi masyarakat pada akhirnya
juga akan berakibat kepada kegagalan program tersebut dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, Emrich
dalam Suparjan, 2003:65 mengusulkan beberapa pedoman dalam penyusunan kebijakan yang berisikan peningkatan partisipasi, yaitu :
a. Partisipasi harus dimulai dari tingkat yang paling bawah yaitu
mengikutsertakan kelompok penduduk paling miskin di desa. b.
Partisipasi harus terjadi pada semua tahap proses pembangunan. c.
Suatu dukungan semata-mata bukanlah partisipasi. d.
Partisipasi harus berisi program-program nyata dibidang produksi dan distribusi.
e. Partisipasi harus mengubah loyalitas organisasi atau kelompok yang sudah
ada. Dari konsep partisipasi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa partisipasi merupakan kekuatan besar dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan, program atau project. Keikutsertaan dari seluruh masyarakat
akan menjadi indikator keberhasilan dari pembangunan partisipatif ini, tidak ketinggalan juga perempuan. Sebagai anggota masyarakat, perempuan
mempunyai hak yang sama dengan laki-laki dalam menyukseskan pembangunan.
Berkaitan dengan persoalan diatas, berbagai pendekatan telah dilakukan pemerintah mulai dari WID, WAD dan GAD. Women In
development WID adalah pengintegrasian perempuan dalam pembangunan dengan menekankan pada upaya mendorong perempuan agar dapat
memberikan sumbangan produktif terhadap pembangunan. Selanjutnya adalah pendekatan WAD, dalam pendekatan WAD tidak dibahas letak
kedudukan laki-laki dan perempuan. Sudah ada pemahaman bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan, kesempatan, dan peran yang
sejajar. Terakhir adalah pendekatan Gender and Development GAD, merupakan pendekatan yang berupaya untuk mengatasi kesenjangan gender
dengan memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi penuh dalam pembangunan, serta memberikan akses
kepada kontrol pembangunan. Berangkat dari pemahaman bahwa perempuan juga memiliki kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan,
maka penelitian ini akan mengupas sejauhmana para perempuan terlibat atau berpartisipasi dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri perkotaan.
Penelitian terdahulu yang terkait dengan partisipasi perempuan dalam pembangunan, salah satunya adalah tulisan Zulhaeni 2010 dengan judul
“Partisipasi Perempuan dalam Forum Warga: Studi tentang Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Melalui Forum
Komunikasi RT, RW Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat”. Penelitian ini mengupas mengenai partisipasi perempuan dalam tahap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Dalam penelitian ini menunjukkan adanya faktor pendorong partisipasi perempuan yaitu adanya rasa suka
berorganisasi dan didukung oleh keluarga maupun forkom.
Menurut hasil penelitian Cahyani 2011 dengan judul “Partisipasi
Perempuan Dalam Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan SPP Kasus PNPM Mandiri Perdesaan di Salah Satu Desa di Kabupaten
Banyumas ” menjelaskan bahwa Partisipasi perempuan anggota Simpan
Pinjam Kelompok Perempuan SPP tidak serta merta meningkatkan keberhasilan kegiatan SPP. Ketepatan dalam penggunaan pinjaman dan
pengalaman usaha lebih menjadi faktor penentu dalam peningkatan pendapatan dibandingkan tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan SPP.
Terdapat tulisan lain, yaitu hasil penelitian dari Endarwati 2002 dengan judul
“Partisipasi Wanita dalam Kegiatan Usaha Koperasi Unit Desa KUD
” menjelaskan bahwa tingkat partisipasi wanita dibandingkan pria lebih tinggi pria. Hal ini dikarenakan wanita lebih memikirkan kebutuhan
keluarga domestik daripada kebutuhan publik. Berbeda dengan penelitian terdahulu, dalam penelitian ini akan
mengupas sejauhmana para perempuan terlibat atau berpartisipasi dalam proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri perkotaan.
3. Kajian Tentang PNPM Mandiri Perkotaan