15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Teori Behavioristik
Dikemukakan dalam Dalyono 2012:30 bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran reward atau penguatan reinforcement dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang
menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa
sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Skinner dalam Supratiknya 2006:319-320 menyatakan bahwa dalam
menganalisis tingkah laku orang awam biasanya mengatribusikan suatu peranan kausal pada lingkungan untuk sejumlah tingkah laku tertentu dan bukan untuk
tingkah laku lainnya. Analisis tentang tingkah laku berdasarkan hubungan sebab akibat, di mana sebab-sebab itu sendiri bersifat dapat dikontrol, yakni stimulus-
stimulus, deprivasi-deprivasi, dan seterusnya. Pendekatan Skinner didasarkan pada asumsi bahwa tingkah laku itu
teratur, dan bahwa tujuan utama kita ialah mengontrolnya. Kontrol ini paling baik dapat dicapai dengan menemukan hubungan-hubungan yang taat asas antara
variabel-variabel bebas atau masukan-masukan ke dalam organisme dengan variabel-variabel tergantung atau keluaran-keluaran dari organisme, dan kemudian
mengontrol tingkah laku yang mengikutinya dengan memanipulasikan masukan- masukan yang sama itu peristiwa-peristiwa lingkungan sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu keluaran tertentu respon. Ia mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku-tingkah laku spesies yang bersifat bawaan
sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Dikemukakan pula oleh Thorndike dalam Dalyono 2012:31
“Law of Readiness”: Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk
bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2.1.2 Teori Kognitif