mengontrol tingkah laku yang mengikutinya dengan memanipulasikan masukan- masukan yang sama itu peristiwa-peristiwa lingkungan sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu keluaran tertentu respon. Ia mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku-tingkah laku spesies yang bersifat bawaan
sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Dikemukakan pula oleh Thorndike dalam Dalyono 2012:31
“Law of Readiness”: Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk
bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2.1.2 Teori Kognitif
Menurut pendapat para ahli jiwa aliran kognifis, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh
“insight” untuk pemecahan masalah. Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt Dalyono, 2012: 35-36
adalah tentang “insight”, yaitu pengamatanpemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau
pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berasal di luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu
memberikan respon terhadap stimulus. Teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan ynag telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif Rifa’i, 2011:128.
J. Bruner mengemukakan pendapatnya dalam Dalyono 2012:42, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin
meningkat ke arah yang abstrak. Dalam mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif untuk anak muda ialah dengan mengkoordinasikan mode
penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu, yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat
reprsentasi sensory enactive ke represntasi konkret iconic dan akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak symbolic.
2.1.3 Teori Akademik dan Integrasi Sosial